LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
KELARUTAN
Tujuan
Percobaan :
-
Mempelajari
kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya.
Pendahuluan
Nilai suatu kelarutan didasarkan
dengan sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada suatu zat terlarut-pelarut
serta resultan interaksi zat pelarut-pelarutnya. Kelarutan didefinisikan
sebagai konsentrasi zat terlarut yang terdapat dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu, definisi ini berdasarkan kelarutan dalam besaran kuantitatif.
Kelarutan juga didefinisikan sebagai hasil dari adanya suatu interaksi spontan
yang melibatkan dua atau lebih zat sehingga membentuk dispersi molekular
homogen, definisi ini berdasarkan kelarutan dalam besaran kualitatif (Lachman,
1994).
Larutan berdasarkan jumlah zat
terlarut didalamnya dibedakan menjadi larutan jenuh, larutan lewat jenuh,
larutan tidak jenuh dan hampir jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana
zat terlarut berada dalam keadaan yang setimbang dengan zat terlarut sehingga
larutan ini jika ditambah sedikit zat terlarut maka akan terbentuk endapan.
Endapan yang terbentuk menunjukkan larutan tersebut berada dalam keadaan lewat
jenuh, larutan lewat jenuh dipengaruhi oleh temperatur, dimana pada temperatur
tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Larutan tidak jenuh atau
hampir jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut lebih sedikit daripada
zat terlarutnya, sehingga zat larut sempurna dalam pelarut tanpa adanya endapan
(Martin dkk, 1993).
Larutan jenuh dan larutan tidak
jenuh di pengaruhi oleh nilai hasil kali kelarutan (Ksp). Hasil kali
kelarutan adalah hasil kali konsentrasi molar dari ion-ion penyusunnya, dimana
masing-masing dipangkatkan dengan koefisien sterokimia di dalam persamaan
kesetimbangan, nilai hasil kelarutan dapat ditentukan dengan persamaan reaksi
dibawah ini :
AB(s) ā A+(aq) + B-
(aq) Ksp =
[A+][ B-] .....................................(2.1.1)
Larutan jenuh dipengaruhi oleh nilai
hasil kali ion penyusunnya (Q), hubungan antara nilai Ksp dan Q
dapan menentukan kejenuhan dari suatu larutan, jika Q < Ksp maka
larutan bersifat tidak jenuh karena zat terlarut larut sempurna, jika Q > Ksp
maka larutan bersifat jenuh karena zat terlarut tidak larut sempurna sehingga
membentuk endapan, jika Q = Ksp maka zat terlarut dan zat pelarut
berada dalam posisi setimbang (Chang, 2004).
Larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua komponen punyusun yaitu zat terlarut (solut) dan zat pelarut
(solvent). Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak
dinamakan larutan pekat, sengkan larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang kecil dinamakan larutan encer. Kelarutan merupakan salah satu sifat dari suatu zat yang larut.
Kelarutan adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam sejumlah
tertentu suatu pelarut pada kondisi kesetimbangan (Chang, 2004).
Berdasarkan keadaan fasa zat setelah
bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen ialah
campuran yang membentuk satu fasa, yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi
yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Campuran homogen
lebih umum disebut larutan. Contohnya air gula dan alkohol dalam air. Sedangkan
campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih.
Contohnya air susu dan air kopi (Syukri, 1999).
Kelarutan menjelaskan seberapa
banyak suatu zat dapat larut dalam sejumlah pelarut. Kelarutan dapat dituliskan
dalam satuan gram zat terlarut per liter(g/L) atau miligram/mililiter(mL/mg).
Zat terlarut disebut juga solut yang memiliki jumlah yang paling sedikit pada
suatu larutan, sedamgkan zat perlarut juga disebut solven yang memiliki jumlah
lebih banyak daripada jumlah zat terlarut. Zat pelarut yang umum digunakan
adalah air (Tim Penyusun, 2018).
Kelarutan zat padat dalam cairan
ditentukan bukan hanya oleh gaya antar molekul diantara zat terlarut dan
pelarut tetapi juga oleh titik lebur dan entalpi peleburan zat terlarut sebagai
contoh, hidromatik pada 25ĀŗC, pada suhu 25ĀŗC hidrokarbon aromatik padat
fenantrena sangat mudah larut dalam benzena, kelarutan 20,7 persen mol. Kebalikannya,
hidrokarbon aromatik padat antrasena, sebuah isomer fenantrena, hanya bisa
larut sedikit dalam benzena 25ĀŗC, kelarutannya 0,81 persen mol. Untuk kedua zat
terlarut dan benzena pada hakikatnya identik. Walaupun demikian, titik-titik
lebur kedua zat terlarut sangat berbeda, fenantrena meleleh pada 100ĀŗC
sedangkan antrasena pada 217ĀŗC. Secara umum, dapat diperlihatkan bahwa apabila
faktor-faktor lain dibuat konstan, zat terlarut dengan titik lebur lebih tinggi
memiliki kelarutan lebih rendah. Demikian pula, bila faktor-faktor lain dibuat
lebih konstan, zat terlarut dengan entalpi peleburan lebih tinggi memiliki
kelarutan lebih rendah (Reid, 1990).
Faktor-faktor penting yang dapat
mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dari pelarut, dan
juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut. Pengaruh kenaikan suhu
pada kelarutan zat berbeda satu sama lain. Kebanyakkan garam-aram anorganik
lebih dapat larut dalam air daripada dalam larutan-larutan organik. Air
mempunyai momen dipol besar dan ditarik ke kation dan anion untuk membentuk
ion-ion hidrat. Semua ion tanpa diragukan lagi terhidrasi pada suhu tingkat
dalam larutan air, dan energi yang dilepaskan oleh interaksi ion-ion dengan
pelarut mengatasi gaya tarik-menarik yang cenderung untuk menahan ion-ion dalam
kristal tidak mempunyai gaya yang cukup besar bagi pelarut-pelarut organik,
untuk itu kelarutannya biasanya kecil daripada dalam air (Day & Underwood,
1999).
Alkohol
merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh rantai atau
cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih yang
tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama.Hal ini disebabkan antara molekul alkohol
membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum alkohol R ā OH, dengan R adalah suatu
alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam alkohol, semakin banyak cabang semakin
rendah titik didihnya. Sedangkan dalam air, metanol, etanol,
propanol mudah larut dan hanya
butanol yang sedikit larut. Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah
bercampur dengan air dalam segala perbandingan (Brady, 1999).
MSDS
(Material Safety Data Sheet)
Anilin
(C6H5NH2)
Anilin adalah produk
yang mudah terbakar. Anilin mempunyai sifat fisik dansifat kimia berwujud cair
seperti minyak, berbau aromatik dan tidak berwarna. Anilin memiliki berat
molekul sebesar 93,13 g/mol, pH pada keadaan basa, titik didih 181,4 ā,
titik cair -6 ā, berat jenis 1,02 g/cmĀ3, dan tekanan 0.1 kPa. Bahaya
anilin yang paling utama adalah pada kulit. Pertolongan pertama saat terkena
kulitadalah menyiram kulit yang terkena anilin dengan air yang banyak, tutupi
yangteriritasi dengan emolien (Sciencelab, 2018).
Akuades (H2O)
Akuades
merupakan hasil penyulingan air sehingga tidak terdapat kandungan mineral
didalamnya. Akuades berupa zat yang berfase cair, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Akuades termasuk bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan
perlakuan khusus. Akuades tidak berbahaya jika terhirup maupun tertelan dan
tidak menyebabkan korosi jika terjadi kontak dengan tubuh (Sciencelab, 2018).
Asam Benzoat (C6H5COOH)
Asam benzoat merupakan
padatan tidak berwarna yang berat molekul sebesar 122,12 g/mol, sedang titik
didih dan titik leburnya adalah 249,2ā dan 122,4ā. Asam benzoat larut dalam air
dingin. Asam benzoate sebaiknya disimpan dalam lemari asam dan dijauhkan dari
pamas. Berbahaya apabila terkena mata, kulit, tertelan dan terhirup dan seger
basuh dengan air mengalir apabila terkena mata atu kulit kemudian tutupi
anggota tubuh yang terkontaminasi dengan krim anti bakteri (Sciencelab, 2018).
Asetanilida (CH3CONHC6H5)
Asetanilida
berwujud padatan tidak berwarna, tidak berasa yang mudah larut dalam air
dingin. Berat molekul asetanilida sebesar 135,16 g/mol. Titik didih dan titik
leleh astanilidia sebesar 304ā dan 114,3ā. Asetanilida tidak mengkorosi gelas.
Penanganan bila terjadi kontak terhadap mata dan kulit, segera basuh dengan air
mengalir selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
Etanol (C2H3OH)
Etanol
dalam keadaan suhu kamar berwujud cair tidak berwarna. Etanol memiliki berat
molekul sebesar 46,07 g/mol dan titik didih serta titik lelehnya sebesar 78ā
dan -155ā. Etanol dapat larut dalam air, eter, aseton, dan asam. Etanol mudah
menguap jika dipanaskan sedikit. Penanganan jika terjadi kontak dengan tubuh
segera basuh dengan air selama 15 menit, jika bahan tertelan jangan memaksakan
untuk dimuntahkan, segera cari bantuan medis (Sciencelab, 2018).
Metanol (CH3OH)
Metanol memiliki rumus molekul CH3OH.
Metanol mempunyai sifat berbentuk cair, berbau seperti alkohol dan tidak
berwarna.Metanol memiliki titik didih 64,5 Ā°C, dan memiliki berat molekul
sebesar 32,04 g/mol. Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan air panas.
Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan
mata. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal 15
menit (Sciencelab,
2018).
1-Butanol (C4H7OH)
Butanol memiliki rumus molekul C4H9OH.
Butanol memiliki sifat berbentuk cair, tidak berwarna, berbau sedikit
menyengat. Titik didih butanol yaitu 117,7 ā, dan berat jenisnya 0,81
g/cm3. Butanol mudah larutdalam metanol, dietil eter, namun sebagian
larut dalam air dingin, air panas, n-oktanol. Butanol berbahaya pada kasus
kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup. Pertolongan
pertama saat terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir selama minimal 15 (Sciencelab,
2018).
Fenol (C6H5OH)
Fenol memiliki rumus molekul C6 H5OH.
Fenol mempunyai sifat berbentuk padat, berbau seperti bahan bakar, memiliki
berat molekul 94,11 g/mol, tidak berwarna sampai berwarna pink, memiliki titik
didih 182 ā dan memiliki titik leleh 42 ā.
Fenol reaktif dengan oksidasi, besi, asam, dan alkali. Fenol dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung,selaput
lendir, dan mata. Pertolongan pertama saat terkena mata yaitu dibilasdengan air
minimal selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
Aseton (C3H6O)
Aseton
dalam suhu kamar berwujud cairan tidak berwarna, memiliki bau dan rasa. Berat
molekul aseton adalah 58,08 g/mol, titik didihnya sebesar 56,2ā dan titik
lelehnya sebesar -96,35ā. Aseton mudah larut dalam air panas maupun dingin.
Penanganan bila terjadi kontak terhadap mata dan kulit, segera basuh dengan air
mengalir selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
Etil Asetat (C6H8O2)
Etil
asetat memiliki wujud cair yang berbau dan berasa. Bahan ini mudah larut dalam
air panas dan dingin, dietil eter, aseton, benzene, alcohol. Berat molekul etil
asetat sebesar 88,11 g/mol, titik didih dan titik lelehnya adalah 77ā dan -83ā.
Penanganan yang dapat dilakukan
jika terkena mata yaitu dibilas dengan air mengalir minimal selama 15 menit
(Sciencelab, 2018).
N-Heksana (C6H14)
Heksana
dalam suhu kamar berwujud cairan dan memiliki bau seperti minyak. Heksana
memiliki berat molekul sebesar 86,18 g/mol, sedangkan titik didih dan titik
lelehnya adalah 68ā dan -95ā. Hekasana larut dalam dietil eter, aseton dan
tidak larut dalam air. Heksana harus disimpan ditempat yang tidak terpapar
sinar matahari langsung. Penanganan yang dapat dilakukan jika terjadi kontak
dengan tubuh, segera basuh dengan air selama 15 menit (Sciencelab,2018).
Kloroform (CHCl3)
Kloroform berwujud cair, dengan bau yang sedap dan
manis. Berat moleku kloroform yaitu 119,38 g/mol. Kloroform tidak berwarna.
Titik didih kloroform 61Ā°C sedangkan
titik lelehnya -63,5Ā°C. kloroform sangat sedikit dapat larut dalam air.
Identifikasi bahaya kloroform dapat mengakibatkan iritasi jika kontak langsung
dengan kulit, mata, dan pernapasan. Penanganan pertama yang dapat
dilakukan adalah membasuh mata yang terkontaminasi cairan dengan air dingin.
Kontak dengan tangan dapat dibasuh dengan air serta sabun dan dioleskan krim
anti-bakterial. Evakuasi korban dilakukan di tempat yang terbuka dan diberi
penanganan medis (Sciencelab, 2018).
Natrium Hidroksida (NaOH)
Rumus
molekul natrium hidroksida adalah NaOH. NaOH berwujud padat, berwarna putih,
berbau, memiliki titik didih dan titik leleh sebesar 13388ā dan 327ā. NaOH
mudah larut dalam air dingin, bersifat reaktif dengan alkali dan logam. NaOH
berbahaya apabila terjadi kontak dengan mata, kulit, terhirup dan tertelan.
Penanganan yang dapat dilakukab apabila tertelan adalah segera minta bantuan
medis dan lakukan intruksi dari tenaga medis (Sciencelab, 2016).
Asam
Klorida (HCl)
Asam Klorida mempunyai
rumus kimia HCl. wujud asam klorida yaitu cair, tidak berwarna, berbau pedas
dan tidak berasa. Asam klorida memiliki titik didih sebesar 108,58 ā, titik
leleh sebesar -62,25 ā, berat jenisnya 1,1-1,9 g/cm3, tekanan uap
sebesar 16 kPa. Asam klorida larut dalam air dingin, panas, dan dietil eter. Bahan
ini juga reaktif dengan agen pengoksidasi, bahan organik, alkali dan air serta
korosif terhadap logam. Asam klorida merupakan bahan yang sangat berbahaya
untuk kulit, mata dan menelan. Pertolongan pertama saat terkena mata bilas
dengan air yang banyak minimal 15 menit (Sciencelab, 2018).
2-naftol (C10H7OH)
2-naftol memiliki rumus kimia C10H7OH.
2-naftol berbentuk padat, tidak berbau dan berasa. berat molekul 2-naftol adalah
sebesar 144,17 g/mol, titik didh 285,5 oC, dan titik leleh 122 oC.
2-naftol sangat sedikit larut dalam air dingin. 2-naftol sangat berbahaya jika
terkontak mata dan kulit karena dapat menimbulkan iritasi jika tertelan dan terhirup. 2-naftol yang
terkontak dengan mata daopat diberi pertolongan pertama yaitu lepaskan lensa
kontak membasuh mata dengan air selama 15 menit
(Sciencelab, 2018).
Ter-butanol ((CH3)3COH)
Ter-butanol memiliki rumus kimia (CH3)3COH.
Keadaan fisik ter-butanol berbentuk cair saat suhu
diatas 78 F, dan berbau seperti kamper. Ter-butanol memiliki berat molekul
74,12 g/mol, titik didih 82,41 oC, dan titik leleh 25,7 oC.
Ter-butanol larut dalam air dingin, air panas, ester, alkhol dan eter.
Ter-butanol berbahaya dalam kasus kontak kulit, kontak mata, tertelan dan
terhirup. Ter-butanol yang terhirup dapat diberi pertolongan pertama yaitu
mengendurkan pakaian yang ketat, bawa korban ke tempat yang
berudara segar. Nafas buatan diberikan ketika korban sulit bernafas, apabila
susah gunakan oksigen dapatkan bantuan medis (Sciencelab, 2018).
Sikloheksana (C6H12)
Sikloheksana memiliki rumus kimia C6H12.
Keadaan fisik sikloheksana berbentuk cair, memiliki
berat molekul 84,16 g/mol, titik didih 81 oC, titik lebur 6,5 oC.
Sikloheksana memiliki massa jenis 0,78 g/L, titik nyala -18 oC, dan
kelarutan 0,05 g/L. Bahan berbahaya dalam kasus terkontak dengan kulit,
terkontak dengan mata, terhirup dan tertelan. Sikloheksana yang terkontak denga
mata dapat diberi pertolongan pertama yaitu lepaskan lensa
kontak, membasuh mata dengan air selama 15 menit dan dapatkan
pertolongan tim medis (Sciencelab, 2018).
Dietil eter ((C2H5)2OH)
Dietil eter memiliki rumus kimia (C2H5)2OH.
Dietil eter berwujud cair dan berwarna bening. Dieter etil memiliki
massa molar 74,12 g/mol, titik didih 34,6 Ā°C dan titik lebur -116,3 Ā°C. Dietil
eter juga memilik kepadatan 713 kg/m3. Dietil eter sangat berbahaya
dan mudah terbakar. Penanganan jika terkena mata dapat menyebabkan gangguan
mata, kontak kulit dapat iritasi, dan menyebabkan luka bakar pada kulit. Dietil
eter juga berbahaya jika tertelan dan inhalasi. Pertolongan pertama
saat terkena kontak mata, cuci dengan air mengalir
selama minimal 15 menit dan buka kelopak mata. Kontak kulit
cuci menggunakan air bersih selama 15 menit (Sciencelab, 2018).
Prinsip
Kerja
A.
Kelarutan suatu padatan
Prinsip kerja percobaan ini yaitu kepolaran suatu
zat, senyawa polar akan larut pada pelarut polar begitu juga senyawa non polar
akan larut pada senyawa non polar. Kelarutan suatu padatan dilihat dari hasil
pemanasan larutan padatan tersebut dengan pelarut. Padatan yang dihasilkan dari
pemanasan menunjukkan bahwa padatannya tidak larut dan jika padatan tidak
tersisa dari pemanasan berarti padatannya larut.
B.
Kelarutan Alkohol
Kelarutan suatu alkohol dilihat dari terbentuk
atau tidaknya dua fasa saat ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi air, jika
terbentuk dua fasa menunjukkan bahwa alkohol tersebut tidak larut dan begitu
sebaliknya jika tidak terbentuk dua fasa maka alkohol tersebut larut.
C.
Kelarutan asam-basa organik
Senyawa asam dapat larut dalam pelarut basa karen
adanya reaksi netralisasi dan akan membentuk H2O sebagai produk,
begitu pula pada senyawa basa dalam pelarut asam. Zat dikatakan larut sebab
sifat kepolarannya dalam zat tertentu.
D.
Bercampur atau tidak bercampur
Prinsip percobaan ini yaitu dengan mencampurkan
dua pelarut dan jika tidak terbentuk dua fasa maka kedua pelarut tersebut larut
dan jika terbentuk dua fasa maka kedua pelarut tersebut tidak larut.
Alat
Gelas beaker, pipet tetes, tabung reaksi, gelas ukur, penangas
air, dan botol semprot.
Bahan
Air, metanol,
heksana, etanol, 1-butanol, benzofenon, ter-butanol, 2-naftol, asam benzoat,
anilin, fenol, NaOH 1,0 M, HCl 1,0 M, sikloheksana, aseton, kloroform dan etil
asetat.
Prosedur Kerja
a)
Kelarutan suatu padatan
Asam benzoate dimasukan
masing-masing sekitar 40 mg (0,040 g) kedalam 4 tabung reaksi yang bersih dan
kering. Masing-masing tabung reaksi diberi label, kemudian ditambahkan 1 mL air
pada tabung reaksi pertama, 1 mL metanol pada tabung reaksi kedua, dan 1 mL
heksana pada tabung ketiga. Tabung reaksi keempat digunakan sebagai kontrol. Campuran
diaduk pada tabung reaksi 1 -3 dengan pengaduk selama sekitar 1 menit, dan didiamkan
beberapa saat, lalu diamati apakah sampelnya larut, tidak larut, atau larut
sebagian dengan membandingkan banyaknya sisa padatan dalam tabung 1-3 terhadap
tabung 4. Hasil pengamatan dicatat kedalam lembar pengamtan. Larutan (bagian
cairan) pada tabung reaksi 1-3 masing-masing dipipet pada 3 tabung reaksi yang
lain menggunakan pipet Pasteur dan dilakukan dengan hati-hati supaya sisa
padatan (bila ada) tidak ikut dipipet. Cairan yang dipindahkan dari tabung
reaksi 1-3 diuapkan dengan penangas air hingga seluruh cairan menguap. Diamati padatan
yang tersisa pada tabung 1-3. Padatan yang ada dalam tabung reaksi menunjukkan
sampelnya tidak larut. Padatan yang
tidak ada atau hanya sedikit dalam tabung reaksi menunjukkan sampelnya larut.
b)
Kelarutan Alkohol
Dimasukkan
masing-masing sebanyak 1 mL pelarut air kedalam 3 tabung reaksi. Ditambahkan 10 tetes metanol
pada tabung reaksi 1 , dikocok setiap penambahan metanol kemudian diamati.
Diulangi percobaan ini dengan mengganti metanol dengan etanol, 1-butanol, dan
ter-butanol. Diulangi percobaan ini kembali dengan mengganti pelarut air dengan
heksana kemudian diamati perubahan yang terjadi.
c)
Kelarutan asam-basa organik
Asam benzoat dimasukkan
masing-masing sekitar 30 mg kedalam tiga tabung reaksi yang kering, ditambahkan
1 mL air pada tabung reaksi pertama, ditambahkan NaoHM 1,0 M pada tabung kedua
dan HCl 1,0 M paada tabung ketiga. Diaduk setiap tabung reaksi dengan pengaduk
selama 10-20 detik. Didiamkan lalu diamati perubahan yang terjadi, kemudian
diulangi percobaan yang sama dengan mengganti asam benzoat dengan 1 mL anilin
dan 1 mL fenol.
d)
Bercampur atau tidak bercampur
Disediakan 5 tabung
reaksi yang masing-masing diisi air 1 mL dan diberi label 1-5. Dimasukkan
masing-masing 1 mL, etanol pada tabung pertama, sikloheksana pada tabung kedua,
aseton pada tabung ketiga, etil asetat pada tabung keempat, dan kloroform pada
tabung kelima. Dikocok masing-masing tabung reaksi 10-20 detik untuk menentukan
apakah kedua cairan bercampur atau tidak bercampur. Dicatat dalam lembar pengamatan.
Waktu yang
Dibutuhkan
No
|
Jam
|
Keterangan
|
Waktu
|
1
|
07.00-07.15
|
Presensi dan persiapan
praktikum
|
15 menit
|
2
|
07.15-07.50
|
Percobaan kelarutan suatu padatan
|
35 menit
|
3
|
07.50-08.20
|
Percobaan kelarutan alkohol
|
30 menit
|
4
|
08.20-08.50
|
Percobaan kelarutan asam-basa organik
|
30 menit
|
5
|
08.50-09.20
|
Percobaan bercampur atau tidak bercampur
|
30 menit
|
6
|
09.20-09.40
|
Pos tes
|
20 menit
|
Total
|
160 menit
|
Hasil
A.
Kelarutan suatu padatan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Gambar
|
1
|
As.
benzoat+air+dipanaskan
|
Larut
|
|
2
|
As. benzoat+
heksana+dipanaskan
|
Tidak larut
|
|
3
|
As. benzoat+ metanol+dipanaskan
|
Tidak larut
|
|
4
|
Kolestrol+air+dipanaskan
|
Tidak larut
|
|
5
|
Kolestrol+
heksana+dipanaskan
|
Tidak larut
|
|
6
|
Kolestrol+ metanol+dipanaskan
|
Tidak larut
|
B.
Kelarutan
Alkohol
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Gambar
|
1
|
Etanol + air
|
Larut
|
|
2
|
1-butanol + air
|
Tidak larut
|
|
3
|
Tert-butanol + air
|
Larut
|
|
4
|
Metanol + air
|
Larut
|
|
5
|
Etanol + heksana
|
Tidak larut
|
|
6
|
1-butanol + heksana
|
Larut
|
|
7
|
Tert-butanol + heksana
|
Larut
|
|
8
|
Metanol + heksana
|
Tidak larut
|
C.
Kelarutan
Asam-Basa Organik
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Gambar
|
1
|
Asam Benzoat+Air
|
Larut
|
|
2
|
Asam Benzoat+NaOH
|
Larut
|
|
3
|
Asam Benzoat+HCl
|
Tidak larut
|
|
4
|
Anilin+Air
|
Tidak larut
|
|
5
|
Anilin +HCl
|
Tidak larut
|
|
6
|
Anilin+Air
|
Tidak larut
|
|
7
|
Fenol+Air
|
Larut
|
|
8
|
Fenol+NaOH
|
Larut
|
|
9
|
Fenol+HCl
|
Larut
|
D.
Bercampur atau Tidak Bercampur
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Gambar
|
1
|
Air+Etanol
|
Larut
|
|
2
|
Air+Aseton
|
Larut
|
|
3
|
Air+Etil asetat
|
Tidak larut
|
|
4
|
Air+Sikloheksana
|
Tidak larut
|
|
5
|
Air+Kloroform
|
Tidak larut
|
Pembahasan
A.
Kelarutan suatu
padatan
Percobaan kelarutan suatu padatan
dilakukan dengan menambahkan zat terlarut pada beberapa pelarut yaitu air,
metanol, dan heksana. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut yang memiliki meniliki
sifat kepolaran yang berbeda. Air dan methanol merupakan molekul polar
sedangkan heksana merupakan molekul non polar. Metanol merupakan jenis pelarut
yang memiliki gugus fungsi alkohol, yang bersifat polar karena adanya perbedaan
keelektronegatifan antara atom C dan O. Heksana merupakan jenis pelarut yang
tidak memiliki gugus fungsi sehingga struktur kimianya hanya terdiri dari atom
H dan C. Atom C dan H tidak memiliki beda keelektronegatifan sehingga pada
senyawa heksana tidak terjadi pembagian elektron akibat keelektronegatifan yang
mengakibatkan heksana bersifat non polar. Molekul polar akan larut terhadap
molekul polar, dan tidak larut terhadap molekul non polar.
Percobaan pertama yaitu pada sampel
asam benzoat yang dilarutkan pada air, methanol dan heksana. Hasil yang didapat
menunjukkan asam benzoat larut dalam air, tidak larut dalam methanol dan
heksana. Asam benzoat tersusun dari karbon siklik yang bersifat non polar dan
memiliki ikatan hidrogen yang terdapat pada gugus fungsi dari asam benzoat.
Sisi polar memiliki panjang yang sama dengan sisi non polar sehingga asam
benzoat bersifat semi polar. Penambahan pelarut air pada asam benzoat
air akan menyebabkan asam benzoate larut karena asam benzoate bersifat
polar dan air bersifat polar, sehingga memenuhi hokum Like Dissolve Like, selain itu interaksi asam benzoat akan
membentuk ikatan hidrogen dengan air, ikatan hidrogen menyebabkan sampel
semakin larut terhadap pelarut air. Kelarutan asam benzoat dalam methanol
dipengaruhi karena perbedaan kepolaran keduanya. Asam benzoate tidak larut
dalam methanol karena
Asam benzoate tidak larut dalam
heksana karena heksana merupakan senyawa non polar sedangkan asam benzoate
mempunyai kepolaran, sehingga sesuai hokum Like
Dissolve Like, senyawa polar tidak akan larut dalam senyawa non polar.
Pelarutan kolesterol pada tiga
pelarut menunjukkan bahwa kolesterol tidak larut dalam ketiga pelarut air,
methanol dan heksana. Kolesterol merupakan salah satu jenis lemak yang bersifat
nonpolar dilihat dari struktur molekulnya.
Air dan methanol merupakan senyawa
polar, sehingga kolesterol yang bersifat non polar tidak dapat larut dalam
kedua pelarut tersebut. Kolesterol yang bersifat non polar tidak dapat larut
dalam heksana yang non polar, hal ini dikarenakan kolesterol masih memiliki
sedikit momen dipol karena adanya gugus OH sedangkan heksana tidak memiliki
momen dipol sama sekali, karena itulah kolesterol tidak dapat larut dalam
heksana.
B.
Kelarutan
alkohol
Percobaan ini dilakukan dengan
menambahkan setetes demi setetes alkohol pada masing-masing pelarut air dan
heksana. Alkohol yang digunakan yaitu methanol, etanol, 1-butanol dan
tert-butanol. Alkohol yang dapat larut pada pelarut air yaitu methanol, etanol
dan tert-butanol, sedangkan 1-butanol tidak larut. Air merupakan senyawa polar,
dan keempat alkohol tersebut juga merupaka senyawa polar, tetapi memiliki
kepolaran yang berbeda. Methanol, etanol dan tert-butanol dapat larut dalam air
karena ketiganya merupakan senyawa polar, sehingga sesuai dengan hokum Like Dissolve Like. Kepolaran 1-butanol
tidak sebesar kepolaran ketiga alkohol lainnya, karena 1-butanol memilki 4
gugus alkil yang non polar, sehingga kepolarannya semakin berkurang karena
adanya gugus alkil, oleh karena itu, dibandingkan ketiga alkohol lainnya,
1-butanol tidak dapat larut dengan air karena kepolarannya yang paling rendah. Interaksi
alkohol yang larut dengan air akan membentuk ikatan hydrogen. Alkohol yang
larut dalam heksana yaitu 1-butanol dan tert-butanol, sedangkan methanol dan
etanol tidak larut. Heksana merupakan senyawa non polar, 1-butanol memiliki
kepolaran yang paling rendah sehingga dapat larut dalam heksana, begitu juga
tert-butanol, memiliki kepolaran yang rendah meski tetap dapat larut dalam
senyawa polar, tetapi dapat larut dalam senyawa non polar karena gugus alkil
yang lebih banyak dibandingkan gugus hidroksil. Methanol dan etanol tidak dapat
larut dalam heksana karena keduanya memiliki kepolaran yang lebih besar
sehingga tidak dapat larut dalam heksana yang merupakan senyawa non polar.
C.
Kelarutan asam
basa organik
Percobaan ini dilakukan dengan
penambahan pelarut air, NaOH, dan HCl pada sampel asam benzoate, anilin dan
fenol. Hasil pengamatan menunjukkan asam benzoate larut dalam air dan NaOH
sedangkan dalam HCl tidak larut. Penambahan pelarut air pada asam benzoat
air akan menyebabkan asam benzoat larut karena keduanya memiliki sifat
yang sama yaitu senyawa polar, akan membentuk ikatan hidrogen dengan air ,
ikatan hidrogen menyebabkan sampel semakin tidak larut terhadap pelarut air. Asam
benzoate larut dalam NaOH sebab terjadi reaksi netralisasi antara asam dan basa
menghasilkan air, berikut reaksinya.
Asam benzoat tidak larut dalam
pelarut HCl, hal ini dikarenakan asam benzoat bersifat asam dan pelarutnya
bersifat asam sehingga asam benzoat tidak larut dalam HCl yang bersifat asam
sehingga tidak terjadi reaksi netralisasi. Asam benzoat dan HCl memiliki ion H+,
sehingga asam benzoat tidak bereaksi. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa asam
benzoat merupakan jenis asam organik yang bersifat asam lemah dimana ciri asam
lemah salah satunya larut terhadap pelarut basa kuat.
Percobaan berikutnya yaitu dilakukan
dengan penambahan pelarut air, NaOH, dan HCl pada sampel anilin yang bertindak
sebagai asam organik. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa penambahan pelarut air, NaOH dan HCl sama-sama menyebabkan
anilin tidak larut. Anilin merupakan benzena tersubtitusi sehingga bersifat non
polar. Hal ini menyebabkan anilin tidak larut dalam pelarut air, NaOH, dan HCl karena ketiga pelarut tersebut
bersifat polar dan juga tidak terjadi reaksi netralisasi. Menurut Fesssenden
(1982) seharusnya anilin larut dalam HCl dikarenakan anilin yang merupakan
senyawa benzena dapat mengikat gugus NH2 (amina) yang bersifat basa
akan bereaksi dengan asam. Kesalahan terjadi karena penambahan HCl yang tidak
ekuivalen dengan anilin sehingga hanya sedikit anilin yang bereaksi dan
sebagian besar tidak larut dalam pelarut HCl.
Percobaan selanjutnya dilakukan
dengan penambahan pelarut air, NaOH, dan HCl pada sampel fenol. Hasil yang
didapat menunjukkan bahwa fenol larut terhadap pelarut air, NaOH, dan HCl.
Fenol merupakan salah satu senyawa dengan gugus fungsi OH yang bersifat lebih
asam daripada alkohol karena gugus OH pada fenol langsung terikat kepada cicin
aromatik. Hasil kelarutan dengan air menunjukkan bahwa fenol larut terhadap
air, hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana menurut Fesssenden (1982)
fenol merupakan senyawa non polar karena memiliki sisi non polar lebih panjang
dibandingkan sisi polar, yang seharusnya tidak larut dalam air yang bersifat
polar. Kesalahan ini disebabkan karena sampel fenol yang digunakan terlalu
sedikit sehingga memungkinkan air seperti melarutkan fenol. Penambahan pelarut
NaOH mampu melarutkan fenol, hal ini dikarenakan fenol mempunyai cincin
aromatik yang relatif stabil sehingga fenol mempunyai sifat polar yang mampu
larut dalam larutan NaOH dengan melepas satu protonnya untuk menjadi satu
anion yang larut terhadap NaOH. Fenol larut dalam larutan basa yang menandakan
bahwa fenol merupakan salah satu senyawa yang bersifat asam organik.
D.
Bercampur atau
tidak bercampur
Percobaan ini dilakukan dengan
mencampurkan air dengan beberapa larutan lainnya yaitu etanol, sikloheksana,
aseton, etil asetat dan kloroform. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa air
bercampur dengan etanol dan aseton, sedangkan dengan yang lainnya tidak
bercampur. Campur atau tidak bercampur dilihat dari terbentuk atau tidaknya dua
fasa, saat dicampurkan dengan etanol dan aseton, air bercampur dan hanya
terbentuk satu fasa. Hal ini dikarenakan etanol dan aseton merupakan senyawa
yang memiliki sifat polar karena adanya momen dipol dan air juga bersifat polar,
sehingga dapat saling bercampur karena adanya kesamaan sifat tersebut sesuai
dengan hokum Like Dissolve Like. Sikloheksana,
etil asetat dan kloroform saat dicampurkan dengan air membentuk dua fasa yag
artinya tidak dapat bercampur dengan air. Hal ini dikarenakan ketiganya
merupakan senyawa yang non polar karena tidak ada momen dipol yang terbentuk,
sehingga tidak dapat bercampur dengan air yang bersifat polar karena sesuai
dengan prinsip Like Dissolve Like,
bahwa jika sifanya tidak sama, maka tidak akan saling bercampur.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari percobaan ini yaitu kelarutan suatu sampel terhadap pelarut ditentukan
oleh sifat kepolaran dari suatu sampel dan pelarut, semakin polar suatu pelarut
maka kelarutan sampel yang bersifat polar akan lebih larut. Kepolaran suatu zat dipengaruhi oleh momen dipol yang terbentuk
karena perbedaan keelektronegatifan pada molekul tersebut. Kekuatan kepolaran
suatu molekul juga dapat berkurang dengan bertambahnya gugus non polar pada
suatu molekul, dan dapat menyebabkan kepolarannya lemah atau bahkan menjadi non
polar.
Referensi
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas Asas dab Struktur. Bandung : Binapura Aksara.
Day & Underwood . 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Chang, R, J . 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi ketiga. Jakarta :
Erlangga
Fessenden, R. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Lachman, L., Lieberman, H.A., and Karing, J.L,.
1994. Teori dan Praktik Industri Farmasi 643-705,
diterjemahkan oleh Suyatmi, S, Jakarta : UI Press.
Martin, A., Swarbick., J., dan A. Cammarata.
1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III.
Jakarta : UI Press. Pp. 940-1010, 1162, 1163, 1170.
Reid, C, R. 1990. Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta : PT Gramedia.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Anilin. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Aseton. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Butanol. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Benzoat Acid. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Benzofenon. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Dietil Eter. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Etanol. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Fenon. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Heksana. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Hydchloric Acid. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Metanol. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Metilen chloric. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Metanol. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Water. [Serial Online] https://www.sciencelab.com/.php?Id=9927321.
(diakses pada tanggal 3 November 2018).
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung : ITB.
Tim Penyusun,
2018. Petunjuk Praktikum Kimia
Organik. Universitas Jember : Jember
Saran
Saran yang bisa diberikan bedasarkan percobaan kelarutan yaitu
sebaiknya sebelum melakukan praktikum harus memahami dengan baik prosedur yang
akan dilakukan. Praktikan harus lebih teliti dalam percobaan kelarutan alkohol,
karena alkohol yang ditambahkan hanya sedikit sehingga perlu ketelitian saat
mengamati untuk menentukan larut atau tidaknya dari fasa yang terbentuk. Proses
yang memerlukan pemanasan sebaiknya dilakukan dengan baik supaya tidak terjadi
kesalahan.
Nama
Praktikan
Erna Rosinawati N. (171810301043)
Comments
Post a Comment