IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI
Tujuan
Percobaan :
1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk
identifikasi senyawa organik
2. Mempelajari Uji Kimia identifikasi gugus
fungsional senyawa organik
Pendahuluan
Senyawa di alam
begitu banyak dan melimpah, saat ini diperkirakan sudah mencapai jutaan dan
akan terus bertambah dengan hadirnya senyawa-senyawa baru hasil sintesis para
ahli kimia organik. Senyawa organik merupakan senyawa yang paling banyak dibandingkan
dengan senyawa lain. Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa
organik adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom
karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor
( Riswiyanto,2009).
Senyawa hidrokarbon merupakan
senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen yang dapat di bedakan atas
hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana di golongkan sebagai
senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa aromatik termasuk
senyawa hidrokarbon tak jenuh. Suatu senyawa organik adalah senyawa yang
utamanya terdiri dari kombinasi atom C, H, O, dan N. Atom-atom tersebut
berikatan dalam suatu konformasi unik dan membentuk berbagai senyawa yang
memiliki sifat dan fungsi khusus. Sifat suatu zat merupakan suatu hal
yang sangat penting dan berkaitan erat dengan penggunaannya. Penggolongan
senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dikandungnya. Gugus
Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa
dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai
kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan
senyawa. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang hanya mengandung
karbon dan hidrogen yang dapat dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan tak jenuh (Syukri,
1999).
Senyawa organik selalu dimulai dari
senyawa hidrokarbon. Senyawa tersebut terbagi atas :
a. Hidrokarbon
alifatik, adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung inti benzena, baik
dalam senyawa yang berantai lurus dan bercabang.
b. Hidrokarbon aromatik,
mengandung inti benzena, yaitu enam rantai kanan yang melingkar tapi
stabil (Syukri, 1999).
Gugus fungsional sering ditemui pada
senyawa organik adalah alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan
benzene. Gugus Fungsional diantaranya dapat menghasilkan turunan senyawa
seperti fenol, amina, dan amida. Setiap gugus yang memiliki sifat berbeda
tentunya akan mempunyai reaksi yang berbeda pada suatu indikator. Zat tertentu
dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu gugus secara
kualitatif (Elizabeth, 2010).
Ikatan pada alkana merupakan ikatan
tunggal, kovalen, dan non polar sehingga alkana relatif tidak reaktif. Alkana
tidak bereaksi dengan kebanyakan asam, basa, pengoksi- dasi atau pereduksi,
karena sifatnya yang tidak bereaksi ini, alkana dapat digunakan sebagai pelarut
untuk ekstraksi atau untuk melakukan reaksi-reaksi kimia zat lain. Alkana
bereaksi dengan beberapa pereaksi seperti oksigen dan halogen. alkana dan
halogen yang di simpan pada suhu rendah dalam kamar gelap maka reaksi tidak
terjadi (Rasyid, 2009).
Aldehida
dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting
didalam kimia organik, yaitu gugus karbonil C=O, semua senyawa yang mengandung
gugus ini disebut senyawa karbonil. Gugus karbonil adalah senyawa yang paling
menentukan sifat kima aldehid dan keton. Banyak sekali sifat fisik lain
senyawa-senyawa ini adalah mirip satu sama lainnya. Reaksi untuk pembuatan
aldehid Salah satunya adalah oksidasi dari alkohol primer. Oksidator umumnya
tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat.
Oksidasi khrompiridin kompleks seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator
yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat (Petrucci, 1987).
Gugus fungsi
tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi tertentu dengan memberikan gejala yang
khas, karena itu gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan dapat dikenali
dengan peraksi pengenalnya. Beberapa pereaksi pengenal gugus fungsi adalah
sebagai berikut :
1.
Pereaksi Air Brom
Pereaksi ini menunjukkan bahwa senyawa organik
sebagai senyawa tak jenuh. Pereaksi ini memberikan tanda yaitu hilangnya warna
coklat dari Brom (Br2) apabila positif mengandung ikatan rangkap
pada suatu senyawa organik.
Reaksinya yaitu R-HC=CH-R + Br2 à R-BrHC-CHBr-R
2.
Pereaksi Logam Na
Pereaksi ini penunjuk adanya gugus –OH pada suatu
senyawa organik dengan ditandai oleh timbulnya gelembung gas H2.
Tanda tersebut berarti senyawa tidak memiliki gugus –OH.
Reaksinya yaitu 2R-OH + 2Na à 2R-Ona + H2
3.
Pereaksi Fehling
Pereaksi ini mengandung ion Cu2+
(berwarna biru transparan), penunjuk adanya gugus aldehid (-CHO) oleh timbulnya
endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada reaksi ini, gugus aldehid
mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+
(Hoffman, 2004).
Identifikasi gugus aldehida dapat dilakukan
dengan melakukan Tes Tollens. Tes tollens ini menggunakan reagen Tollen. Tes
ini didasarkan pada oksidasi suatu aldehid oleh larutan ion perak (Ag+)
dalam basa amonia. Larutan ini mengandung ion kompleks [Ag(NH3)2]+.
Oksidasi terhadap aldehid diikuti dengan reduksi ion perak menjadi logam perak
yang tampak sebagai cermin perak. Tes Fehling juga dapat mendeteksi aldehid.
Tes Fehling dilakukan menggunakan larutan Fehling, dimana larutan ini
mengandung ion kompleks tembaga (II) yang disiapkan dengan mencampurkan larutan
Fehling A yang mengandung tembaga sulfat, ke dalam larutan Fehling B yang
mengandung natrium hidroksida dan garam Rochelle (natrium kalium tartarat).
Selama oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, ion tembaga (II)
direduksimenjadi tembaga (I) yang mengendap sebagai tembaga (I) oksida yang
berwarna merah (Fessenden, 1986).
Tujuan dari
identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat dalam
suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang spesifik, yaitu reaksi kimia
yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus fungsi tertentu
dan tidak dapat bereaksi dengan gugus fungsi yang lain. Senyawa organik asing-masing
memiliki sifat tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang dimilikinya.
Senyawa dengan gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang sama/mirip
(Prasojo, 2010).
MSDS
Akuades (H2O)
Akuades
merupakan hasil penyulingan air sehingga tidak terdapat kandungan mineral
didalamnya. Akuades berupa zat yang berfase cair, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Akuades termasuk bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan
perlakuan khusus. Akuades tidak berbahaya jika terhirup maupun tertelan dan
tidak menyebabkan korosi jika terjadi kontak dengan tubuh (Sciencelab, 2013).
Etanol
Etanol
dalam keadaan suhu kamar berwujud cair tidak berwarna. Etanol memiliki berat
molekul sebesar 46,07 g/mol dan titik didih serta titik lelehnya sebesar 78℃
dan -155℃. Etanol dapat larut dalam air, eter, aseton, dan asam. Etanol mudah
menguap jika dipanaskan sedikit. Penanganan jika terjadi kontak dengan tubuh
segera basuh dengan air selama 15 menit, jika bahan tertelan jangan memaksakan
untuk dimuntahkan, segera cari bantuan medis (Sciencelab, 2013).
Aseton (C3H6O)
Aseton
dalam suhu kamar berwujud cairan tidak berwarna, memiliki bau dan rasa. Berat
molekul aseton adalah 58,08 g/mol, titik didihnya sebesar 56,2℃ dan titik
lelehnya sebesar -96,35℃. Aseton mudah larut dalam air panas maupun dingin.
Penanganan bila terjadi kontak terhadap mata dan kulit, segera basuh dengan air
mengalir selama 15 menit (Sciencelab, 2013).
Toluena (C6H5CH3)
Toluena
memiliki wujud cair dan bau seperti benzena. Berat molekul toluene adalah 92,14
g/mol dan titik didihnya sebesar 110,6℃. Toluene larut dalam dietil eter,
aseton dan tidak larut dalam air dingin. Penanganan yang dapat dilakukan jika
terjadi kontak dengan tubuh, segera basuh dengan air mengalir selama 15 menit
dan jika bahan tertelan segeralah meminta pertolongan tim medis (Sciencelab,
2013).
Air
Brom
Air brom
merupakan bahan berwujud cair dan tidak memiliki warna. Air brom memiliki pH
yang netral dan mudah larut dalam air dingin. Titik didih terendah yang
diketahui adalah sebesar 58,85℃ dan titik lelehnya sebesar -7,3℃. Bahan ini
korosif terhadap alumunium dan seng. Bahan ini berbahaya jika terjadi kontak
dengan mata, inhalasi dan proses penelanan bahan. Pertolongan pertama jika
terjadi inhalasi segera bawa ke tempat berudara segar, jika tidak bernafas beri
nafas buatan dan jika sulit bernafas beri oksigen. Hubungi segera tim medis
untuk pertolongan serius (Sciencelab,2013).
AgNO3
Perak nitrat merupakan
bahan yang berwujud padat (kristal padat) mempunyai rasa seperti logam dan
berwarna putih. Berat molekul perak nitrat yaitu sebesar 169,87 g/mol. Bahan
ini sedikit asam mendekati netral atau memiliki pH sekitar 6-7. Titik didih
perak nitrat merupakan suhu penguraiannya sebesar 440℃ dan titik lelehnya
sebesar 212℃. Perak nitrat mudah larut dalam air dingin dan air panas, dapat
larut dalam dietil eter dan sedikit larut dalam aseton. Bahan reaktif dengan
agen pengoksidasi, bahan mudah terbakar, bahan organik dan alkali. Berbahaya
jika terjadi kontak dengan kulit karena merupakan padatan korosif. Penanganan
yang dapat dilakukan jika terjadi kontak dengan kulit segera basuh dengan air
mengalir selama 15 menit (Sciencelab, 2013).
Kloroform (CHCl3)
Kloroform merupakan bahan yang
berwujud cair berbau nyaman agak manis, mempunyai rasa manis, membakar dan
tidak mempunyai warna. Bahan ini mempunyai berat molekul sebesar 199,38 g/mol,
titik didihnya sebesar 61℃ dan titik lelehnya sebesar -63,5℃. Bahan ini sangat
sedikit larut dalam air dingin. Bahan ini termasuk bahan yang mudah menguap dan
reaktif dengan logam dan alkali. Bahan ini dapat mengiritasi apabila terkena
kulit. Pertolongan pertama apabila terkena kulit segera basuh degan air
mengalir selama 15 menit dan tutupi bagian terkena bahan dengan krim
anti-bakteri (Sciencelab, 2013).
KMnO4
Kalium permanganate
merupakan bahan yang berbetnuk padatan berwarna ungu (gelap) dan memiliki rasa
kemanisan. Bahan ini memiliki berat
molekul sebesar 158 g/mol. Bahan ini mudah larut dalam methanol, aseton, larut
sebagian dalam air dingin air panas, mudah larut dalam asam sulfat. Kalium
permanganate sangat reaktif dengan bahan organik, logam, asam dan reaktif
dengan agen pereduksi dan bahan mudah terbakar. Berbahaya jika terjadi kontak dengan mata, inhalasi dan
proses penelanan bahan. Pertolongan pertama jika terjadi inhalasi segera bawa
ke tempat berudara segar, jika tidak bernafas beri nafas buatan dan jika sulit
bernafas beri oksigen. Hubungi segera tim medis untuk pertolongan serius
(Sciencelab,2013).
Minyak
Minyak merupakan bahan
beruwujud cairan berwarna kuning memiliki rasa halus. Vahan ini sangat sedikit
larut dalam methanol, n-oktanol dan tidak larut dalam air dingin. Bahan ini
reaktif dengan agen pengoksidasi dan asam. Bahan ini sedikit berbahaya jika
terjadi kontak kulit, penelanan dan inhalasi dan tidak menyebabkan bahaya yang
serius. Penanganan yang dapat dilakukan jika terjadi kontak kulit cuci dengan
sabun dan air (Sciencelab, 2013).
Benzaldehid
(C7H6O)
Benzaldehid merupakan
bahan yang berwujud cairan dalam suhu ruang dan tidak berwarna. Bahan ini
memiliki berat molekul sebesar 106,13 g/mol, titik didihnya sebesar 179℃ dan
titik lelehnya sebesar -26℃. Benzaldehid sangat sedikit larut dalam air. Bahan
ini merupakan bahan yang mudah terbakar dan menghasilkan karbon monoksida dan
karbon dioksida dari pembakaran tersebut. Wadah bahan dijaga tetap sejuk dan
tertutup rapat. Berbahaya jika terjadi penelanan bahan, jika terjadi jangan
berusaha memuntahkan dengan paksa kecuali dengan arahan tim medis. Longgarkan
pakaian yang rapat seperti dasi, kancing sabuk atau ikat pinggang dan jangan
pernah memberikan apapun lewat mulut ke mulut (Sciencelab, 2013).
Fruktosa
(C6H12O6)
Fruktosa merupakan
bahan berwujud padat (padatan Kristal) berwarna putih dan memiliki rasa manis.
Titik lelehnya merupakan suhu dimana fruktosa terurai yaitu pada suhu 103℃.
Berat molekul fruktosa yaitu sebesar 180,16 g/mol. Bahan ini mudah larut dalam
air dingin dan air panas. bahan ini reaktif dengan agen pengoksidasi dan tidak
ada kemungkinan dapat korosif pada logam
dan gelas. Bahan ini dapat terbakar pada suhu yang tinggi dan menghasilkan
karbon monoksida dan karbon dioksida. Berbahaya jika terjadi kontak dengan
mata, segera lepaskan kontak lensa dan basuh dengan air mengalir selama 15
menit (Sciencelab, 2013).
FeCl3
FeCl3
merupakan bahan yang berbentuk padat yang memiliki berat molekul sebesar 162,21
g/mol. Bahan ini dapat larut dalam air dingin dan memiliki pH sebesar 2
bersifat asam. Bahan ini merupakan bahan yang tidak mudah terbakar. Berbahaya
jika terjadi proses penelanan, jika terjadi jangan berusaha memuntahkan dengan
paksa kecuali dengan arahan tim medis. Longgarkan pakaian yang rapat seperti
dasi, kancing sabuk atau ikat pinggang dan jangan pernah memberikan apapun
lewat mulut ke mulut (Sciencelab, 2013).
Fenol
(C6H5OH)
Fenol merupakan bahan
berbentuk padatan mempunyai bau aromatic berwarna pink transparan dan mempunyai
rasa seperti terbakar. Bahan ini memiliki berat molekul sebesar 94,11 g/mol,
titik didihnya sebesar 182℃ dan titik lelehnya sebesar 42℃. Bahan ini mudah
larut dalam methanol, dietil eter, larut dalam air dingin, aseton, benzene dan
sangat larut dalam alcohol, kloroform, gliserol, petroleum, karbon sulfide,
larutan hidroksida alkali, asam asetat, cairan sulfur dioksida. Fenol reaktif
dengan agen pengoksidasi, logam, asam, dan alkali. Bahan ini sangat korosif
pada tembaga, sedikit korosif pada baja. Berbahaya jika terjadi kontak mata,
segera lepaskan kontak lensa dan basuh dengan air mengalir selama 15 menit
(Sciencelab, 2013).
Prinsip
Kerja
Prinsip kerja pada
percobaan kali ini adalah mereaksikan sampel dengan reagen tertentu sesuai dengan
gugus fungsi yang akan diidentifikasi.
1. Uji kimia ketidakjenuhan dilakukan untuk menguji
senyawa jenuh atau tak jenuh
a. Uji reaksi air brom, positif jika larutan
menjadi jernih.
b. Uji reaksi oksidasi dengan KMnO4,
positif jika terbentuk endapan coklat
2. Uji Halogen dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya gugus halogen
a. Reagen 2% AgNO3, positif jika terbentuk
endapan
b.
Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton
kering (disimpan dalam botol gelap), positif jika terbentuk endapan
3. Uji terhadap Aldehida
a.
Tes Fehling, dilakukan untuk menguji adanya gugus aldehid, positif jika terjadi perubahan ada endapan merah bata untuk
sampel aldehid atau keton (aseton).
b.
Tes Tollen, dilakukan untuk menguji adanya gugus aldehid atau keton, positif
jika terbentuk cermin perak
4.
Uji terhadap Fenol dilakukan untuk menguji adanya gugus fungsi
hidroksil (-OH), positif jika terjadi perubahan warna
dari oranye/kuning menjadi kehijauan/ungu (tes positif untuk gugus OH).
Alat
Set alat destilasi, labu ukur 10 ml,
10 tabung reaksi, pemanas listrik, pipet
tetes, gelas ukur 50 ml, pipet volum 10 ml, thermometer, penangas air.
Bahan
Larutan 5% Br2 dalam
khloroform, toluena, etanol, aseton, heksena, fenol, klorobensen, larutan FeCl3
, larutan KmnO4, larutan 15%
NaI dalam aseton, 1% AgNO3 dalam etanol, Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O
dalam 500 mL larutan air, Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500
mL larutan air.
Prosedur
Kerja
1. Uji
kimia ketidakjenuhan
a. Uji
reaksi air brom
Reagen: 5% Brom
dalam etanol
Heksena/minyak
kelapa atau sampel yang disediakan laboran, seperti toluene, dan aseton
dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi bersih dan kering sebanyak 4
tetes, 2 ml etanol ditambahkan, campuran dikocok perlahan-lahan dan ditambahkan
tetes demi tetes larutan KMnO4 sampai terjadi endapan hitam
dan dicatat jumlah tetesnya untuk setiap sampel.
b. Uji
reaksi oksidasi dengan KMnO4
Reagen:
larutan 2% KMnO4
Heksena/minyak
kelapa atau sampel lainnya yang disediakan laboran, seperti toluena, dan aseton
dilarutkan masing-masing ke dalam tabung reaksi bersih dan kering sebanyak 4
tetes, ditambahkan 2 ml etanol, campuran dikocok perlahan-lahan dan ditambahkan
tetes demi tetes air brom sampai warnanya tetap dan dicatat jumlah tetesnya
untuk setiap sampel.
2. Uji
Halogen
a.
Reagen: 2% AgNO3
Klorobenzena
atau sampel lainnya yang disediakan laboran, seperti toluena, aceton, dan
kloroform dimasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi kering dan bersih
sebanyak 3 tetes, ditambahkan 2 mL
reagen 2%AgNO3. Didiamkan 5 menit , tabung reaksi dimasukkan ke
dalam penangas air (50-60oC). Waktu yang diperlukan dicatat sampai
terjadi endapan untuk masing-masing sampel.
b. Reagen: larutan 15% NaI dalam aseton
kering (disimpan dalam botol gelap)
Klorobenzena atau sampel lainnya yang disediakan laboran, seperti
toluena, aceton, kloroform, dimasukkan masing-masing
ke dalam tabung reaksi kering dan bersih sebanyak 3 tetes, ditambahkan ke dalam 2 mL reagen NaI, campuran dikocok perlahan-lahan dan
didiamkan sekitar 5 menit, tabung reaksi dimasukkan dalam penangas air (50-60oC)
dan dicatat waktu yang diperlukan sampai terjadi endapan untuk
masing-masing sampel.
3. Uji terhadap Aldehida
a. Tes Fehling
Reagen: Fehling A: 34,64 gram CuSO4.5H2O
dalam 500 mL larutan
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 gram KNaTartrat dalam 500 mL
larutan Kedalam tabung reaksi yang bersih dan kering dimasukkan 1 mL Fehling A
dan 1 mL Fehling B. Dipanaskan tabung reaksi di dalam penangas air mendidih
selama 10 menit, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Tes positif jika
terjadi perubahan ada endapan merah bata untuk sampel aldehid atau keton
(aseton).
b. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3,
larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer
Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, dimasukkan 1
mL sampel, seperti aseton, benzaldehida, fruktosa, atau yang lain, 1 mL larutan
5% AgNO3 dan 1 mL larutan 5% NaOH serta 5 tetes ammonia. Dipanaskan
tabung reaksi di dalam penangas air mendidih selama 10 menit, diamati dan
dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida atau keton (aseton).
4. Uji terhadap Fenol
Ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering masukkan 2 tetes
sampel, seperti fenol, alkohol, aseton, dan 1 tetes
larutan FeCl3 5 % . Lakukan penggojokan kuat-kuat, amati dan catat
terjadinya perubahan berwarna yang terjadi pada setiap sampel. Perubahan warna
dari oranye/kuning menjadi kehijauan/ungu (tes positif untuk gugus OH).
Waktu yang
Dibutuhkan
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Persiapan praktikum
|
10 menit
|
2
|
Uji kimia ketidakjenuhan
|
30 menit
|
3
|
Uji adanya halogen
|
30 menit
|
4
|
Uji adanya aldehida dan keton
|
45 menit
|
5
|
Uji fenol
|
30 menit
|
6
|
Post Tes
|
15 menit
|
Total
|
160 menit
|
Hasil
1.
Uji Kimia Ketidakjenuhan
a.
Reaksi dengan Brom
Sampel
|
Jumlah Tetesan
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Toluena
|
64
|
Larutan keruh
|
Tidak ada ikatan rangkap
|
|
Aseton
|
43
|
Larutan keruh berwarna kuning
|
Tidak ada ikatan rangkap
|
|
Minyak Kelapa
|
200
|
Larutan jernih menjadi keruh
|
ada ikatan rangkap
|
b.
Oksidasi dengan KMnO4
Sampel
|
Jumlah Tetesan
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Toluena
|
25
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada ikatan rangkap
|
|
Aseton
|
33
|
Tidak ada endapan
|
Tidak ada ikatan rangkap
|
|
Minyak Kelapa
|
5
|
Ada endapan
|
Ada ikatan rangkap
|
2.
Uji adanya Halogen
a. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Sampel
|
Waktu mengendap
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Toluena
|
-
|
Larutan bening
|
Tidak ada endapan
|
|
Aseton
|
-
|
Larutan bening
|
Tidak ada endapan
|
|
Kloroform
|
-
|
Larutan bening
|
Tidak ada endapan
|
b. Reagen: Larutan 15% NaI dalam Aseton kering
Sampel
|
Waktu mengendap
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Toluena
|
-
|
Larutan kuning
|
-
Negatif
|
|
Aseton
|
-
|
Larutan kuning
|
-
Negatif
|
|
Kloroform
|
-
|
Larutan kuning
|
-
Negatif
|
3.
Uji terhadap Aldehida
a. Tes Fehling
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Aseton
|
Berwarna biru
|
Negatif
|
|
Benzaldehid
|
Berwarna biru
|
Negatif
|
|
Fruktosa
|
Berwarna coklat + endapan
|
Positif
|
b. Tes Tollen
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Aseton
|
Abu-abu
|
ada cincin perak
|
|
Benzaldehida
|
hitam
|
Tidak ada
|
|
Fruktosa
|
Hitam → endapan hitam (larutan berwarna merah kecoklatan)
|
ada cincin perak
|
4.
Uji Fenol
Sampel
|
Hasil
|
Keterangan
|
Gambar
|
Aseton
|
Larutan berwarna kuning
|
Tidak ada gugus OH
|
|
Fenol
|
Larutan berwarna ungu
|
Positif gugus OH
|
|
Etanol
|
Larutan berwarna kehijauan
|
Bukan gugus OH
|
Pembahasan
Tujuan dari
identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu yang terdapat dalam
suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang spesifik, yaitu reaksi kimia
yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung gugus fungsi tertentu
dan tidak dapat bereaksi dengan gugus fungsi yang lain. Masing-masing senyawa
organik memiliki sifat tertentu yang bergantung pada gugus fungsional yang
dimilikinya. Beberapa senyawa dengan gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat
yang sama/mirip (Prasojo, 2010).
Praktikum kali ini adalah tentang
identifikasi gugus fungsional senyawa organik. Percobaan yang dilakukan pertama
adalah uji kimia ketidakjenuhan, uji ini
dilakukan dengan dua metode yaitu reaksi dengan brom dan oksidasi dengan KMnO4.
Sampel yang diuji adalah aseton, toluena, dan minyak kelapa. Uji ketidakjenuhan
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya ikatan rangkap antar atom C dalam sampel. Menurut literatur,
reaksi memberikan hasil positif apabila saat ditetesi brom larutan menjadi
tidak berubah warna. Hidrogen tak jenuh yang direaksikan dengan brom akan
menghasilkan reaksi adisi yaitu pemutusan ikatan rangkap 2 (C=C) atau rangkap 3
(-C≡C-) antar atom C menjadi ikatan tunggal antar atom C (-C-C-) atau senyawa
hidrokarbon jenuh. Karbon-karbon yang berikatan tunggal atau hidrokarbon jenuh
tidak akan terjadi reaksi apabila direaksikan dengan brom karena sifat alkana
yang kurang reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Brom yang direaksikan
dengan senyawa karbon tak jenuh akan menyebabkan warna berubah yang semula
berwarna coklat menjadi memudar, hal ini dikarenakan konsentrasi Br2 yang
berkurang karena digunakan untuk mengadisi senyawa karbon tak jenuh.
Ketiga sampel yang tersedia hanya minyak
kelapa yang tidak berubah warna, toluena dan aseton berubah warna menjadi agak
kuning hingga kuning. Minyak kelapa merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh
atau memiliki ikatan rangkap. Minyak kelapa akan bereaksi adisi dengan brom.
Toluena memiliki
ikatan rangkap dua antar atom C (-C=C-) dalam cincinnya, namun toluena tidak
dapat langsung bereaksi dengan brom. Toluena membutuhkan katalis agar dapat
bereaksi dengan brom. Umumnya toluena dapat diadisi oleh brom apabila dalam
keadaan asam. Toluena termasuk kedalam aromatik yang memiliki kestabilan lebih
tinggi daripada alkena. Aromatik memiliki ikatan pi yang terkonjugasi sempurna
serta sulit membentuk muatan (+) dan muatan (-) dan menyebabkan tidak dapat
diadisi. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Aseton merupakan
senyawa hidrokarbon jenuh yang memiliki ikatan rangkap antara atom C dan O
sedangkan ikatan rangkap yang dapat diadisi oleh brom adalah ikatan rangkap
antar atom C(C=C-) sehingga aseton tidak dapat bereaksi dengan brom. Persamaan
reaksi yang terjadi adalah :
Uji ketidakjenuhan kedua adalah dengan oksidasi
KMnO4. Larutan KMnO4 berwarna ungu. Larutan KMnO4 digunakan
sebagai larutan penguji karena larutan KMnO4 merupakan agen
pengoksidasi yang mampu mengoksidasi ikatan rangkap karbon-karbon yang terindikasi
dengan adanya perubahan warna larutan. Toluena tidak dapat bereaksi dengan KMnO4,
karena antara toluena dengan KMNO4 membentuk endapan dengan larutan
ungu kehitaman dan reaksi antara toluena dengan KMnO4 tidak dapat
terjadi karena toluena merupakan senyawa tak jenuh yang tidak dapat mengalami
oksidasi. Sampel aseton warna larutan berubah
ungu kehitaman. Aseton tidak dapat dioksidasi karena senyawa ini tidak memiliki
gugus OH yang tidak dapat dilepaskan saat bereaksi sehingga larutannya berwarna
ungu dan terdapat endapan. Hasil percobaan yang
dilakukan merupakan senyawa yang memiliki ikatan tak jenuh dan bisa dioksidasi.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Reaksi dengan Aseton
Reaksi dengan Toluena
Percobaan
selanjutnya yaitu uji adanya halogen. Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya gugus halogen dengan dua macam reagen. Reagen pertama dengan AgNO3
2% dan reagen kedua dengan larutan NaI 15%. Sampel yang digunakan yaitu
toluena, aseton, dan kloroform. Pada percobaan ini terjadi reaksi substitusi
yaitu pertukaran antara dua atom atau lebih. Hasil percobaan yang dihasilkan
tidak sesuai dengan literatur dimana tidak ada yang menghasilkan endapan yang
mengindikasikan adanya gugus halogen, sedangkan pada kloroform seharusnya
terdapat gugus halogen yaitu Cl. Ketidaksesuaian hasil percobaan yang dilakukan
dengan literatur dimungkinkan karena halogen yang terdapat pada senyawa
tersebut telah menguap sehingga tidak dapat menghasilkan endapan, karena
kloroform sendiri merupakan senyawa volatil. Menurut literatur penambahan AgNO3
pada kloroform membuat larutan terpisah menjadi dua fase yaitu terbentuknya gel
dan larutan tak berwarna. Pemanasan sampel membuat campuran menjadi sedikit
keruh. Penambahan AgNO3 pada kloroform membuat larutan terpisah
menjadi dua fase yaitu terbentuknya gel didasar tabung dan larutan tak
berwarna, setelah didiamkan selama 5 menit larutan berubah menjadi agak keruh.
Posisi Cl- pada senyawa kloroform dan klorobenzena dapat diganti
dengan NO3 pada reagen AgNO3. Sedangkan pada toluena dan
aseton tidak terjadi reaksi dikarenakan toluena dan aseton bukan senyawa
halogen. Persamaan reaksi kimia yang terjadi adalah :
Reaksi dengan Kloroform
CH3Cl(l)
+ AgNO3(l) à CH3NO3(l) + AgCl(l)
Reaksi dengan toluena
Reaksi dengan
aseton
Uji adanya halogen
kedua ialah dengan penambahan NaI. Sampel kloroform, toluena, dan aseton
memiliki warna bening ketika suhunya dinaikkan atau dipanaskan yang menandakan
bahwa reaksi tidak dapat terjadi. Sampel toluena dan aseton tidak dapat
bereaksi dengan reagen NaI karena toluena dan aseton merupakan bukan senyawa
halogen. Kloroform tidak dapat bereaksi dengan reagen NaI dikarenakan ion
iodida memiliki keelektronegatifan yang lebih kecil daripada ion klorida
sehingga ion iodida tidak dapat mendesak ion klorida. Persamaan reaksi yang
terjadi ialah :
Reaksi dengan Kloroform
Reaksi dengan
Aseton
Reaksi dengan Toluena
Percobaan
selanjutnya adalah uji
aldehida. Uji terhadap aldehida dibagi menjadi tes fehling dan tes tollen. Tes
fehling menggunakan reagen fehling A yakni 34,64 gram CuSO4.5H2O dalam 500 mL
larutan dan fehling B yakni 65 g NaOH dan 173 gram KNaTartrat dalam 500 mL larutan. Uji fehling dilakukan terhadap sampel
fruktosa, benzaldehid dan aseton. Metode ini memberikan hasil positif untuk
sampel fruktosa. Uji tes
fehling hanya untuk mendeteksi adanya gugus aldehid dan fehling tidak bereaksi
dengan keton. Pada sampel aseton, sebelum
dipanaskan terbentuk 2 fase yaitu larutan berwarna keruh kebiruan diatas dan
larutan biru pekat dibawahnya, serta terbentuk endapan berwarna biru muda
dilapisan paling bawah. Setelah dipanaskan semua fase larut menjadi larutan
berwarna biru pekat
yang menunjukkan tidak adanya gugus benzaldehid karena aseton hanya memilki
gugus keton seperti berikut struktur
molekulnya
Benzaldehid dengan fehling memberikan hasil larutan larutan biru pekat dan setelah dipanaskan
terbentuk 2 fase yaitu larutan berwarna biru pekat dibagian paling bawah dan
larutan tak berwarna diatasnya. Hasil ini tidak
mengindikasikan adanya gugus aldehid pada benzaldehid. Kesalahan ini
dimungkinkan karena praktikan
yang kurang teliti dalam melakukan percobaan. Reaksi benzaldehid dengan fehling
A
dan B sebagai berikut
Sampel fruktosa menghasilkan larutan berwarna merah
kecoklatan yang menandakan fruktosa positif mengandung gugus aldehida dan keton
bebas menghasilkan endapan Cu2O dan D-asam glukonat. Fehling hanya digunakan untuk mengidentifikasi
aldehid. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Metode uji adanya
aldehida yang terakhir adalah tes tollen. Aseton
tidak dapat dioksidasi karena merupakan senyawa keton yang tidak memiliki atom
hidrogen yang menempel pada atom karbon untuk dilepaskan. Aseton merupakan
golongan keton, indikasinya adanya gugus keton pada percobaan yaitu terdapat
endapan perak abu-abu Benzaldehid yang direaksikan dengan reagen tollen seharusnya
akan menghasilkan cermin perak tetapi pada percobaan hanya menghasilkan larutan
warna hitam. Fruktosa yang direaksikan dengan reagen tollen akan menghasilkan
cermin perak yang menempel pada dinding tabung setelah dipanaskan yang
menandakan bahwa fruktosa merupakan gugus aldehida. Metode tollen menguji adanya gugus aledhid atau gugus keton seperti pada
fruktosa dan aston. Persamaan reaksi yang terjadi adalah :
Percobaan terakhir yaitu uji reaksi fenol, sampel yang digunakan adalah
aseton, fenol, dan etanol . Uji fenol bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
gugus hidroksil (-OH), positif pada
reaksi ini ditandai dengan perubahan warna larutan dari oranye/kuning menjadi
kehijauan/ungu. Fenol menghasilkan larutan berwarna ungu, hal ini menunjukkan
reaksi yang terjadi merupakan reaksi positif mengandung guguh -OH. Aseton
menghasilkan warna yang tidak berubah yakni berwarna kuning. Hasil tersebut
sesuai dengan literatur karena aseton tidak memiliki gugus fungsi alkohol
sehingga warna dari aseton tidak berubah atau tetap berwarna kuning. Etanol
menghasilkan warna kehijauan yang menunjukkan adanya gugus –OH pada etanol. Gugus
pada alkohol terikat pada karbon jenuh, bukan pada karbon tak jenuh. Reaksinya
dengan fenol adalah sebagai berikut.
Kesimpulan
Sampel yang akan
diidentifikasi gugus fungsinya dapat dilakukan dengan mereaksikannya dengan beberapa
reagen khusus. Uji kimia ketidakjenuhan menggunakan reagen brom, minyak
merupakan senyawa karbon tak jenuh sedangkan toluena dan aseton merupakan
senyawa karbon. Oksidasi KMnO4, hanya minyak yang memberikan hasil
positif. Uji adanya halogen menggunakan reagen AgNO3, khloroform
memberi hasil positif bahwa pada kloroform terdapat gugus halogen. Uji aldehida
dan keton menggunakan tes fehling dan tollens, menunjukkan bahwa aseton
memiliki gugus fungsi keton dan fruktosa memiliki gugus aldehida. Uji fenol
menunjukkan bahwa fenol dan etanol memiliki gugus hidroksil (-OH).
Referensi
Fessenden, Ralp J dan Joan S.
Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Hoffman, Robert V. 2004. Organic Chemistry
Second Edition. America : John Wiley and Sons.
Kristiani, Elisabeth. 2010. Petunjuk
Praktikum Kimia. Salatiga: UKSW.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia
Dasar Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Prasojo. 2010. Kimia Organik I. Yogyakarta
: Gajah Mada Press.
Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia Organik I. Makassar : UNM.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Aceton [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99196123
[Diakses tanggal 17 Oktober 2018].
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Aquadest [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99196565
[Diakses tanggal 1 Oktober 2018].
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet for AgNO3[Serial
Online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99272726
Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet for
Benzaldehyde [Serial Online]
Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet Bromine
Water [Serial Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet for
Chloroform [Serial Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet for
Ethanol [Serial Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet FeCl3
[Serial Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet for
Fructose [Serial Online]
Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet Oil [Serial
Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet for Potassium
Permanganate [Serial Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Sciencelab.
2013. Material Safety Data Sheet
forToluene[Serial Online]
Diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar
Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.
Tim
Dosen Kimia Organik. 2018. Petunjuk
Praktikum Kimia Organik. Jember: Universitas Jember
Saran
Saran yang
harus dilakukan pada percobaan identifikasi gugus fungsional senyawa organik
adalah praktikan harus lebih hati-hati dan teliti saat penambahan setiap sampel
atau larutan yang diperlukan. Praktikan juga harus memerhatikan MSDS (Material
Safety Data Sheet) juga mempelajarinya supaya mengetahui sifat dari setiap
zat dan bahaya penanganannya.
Nama
Praktikan
Erna Rosinawati N. (171810301043)
nice mbak
ReplyDelete