LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
|
DISTRIBUSI SOLUT DIANTARA
DUA PELARUT
Tujuan
Percobaan :
- Mempelajari
distribusi senyawa organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur.
-
Mempelajari cara mengidentifikasi lapisan
organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur.
Pendahuluan
Ekstraksi merupakan suatu metode
pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu materi yang bersifat padat atau
cairan dengan menggunakan bantuan pelarut cair (solvent). Pemisahan pada motede
ekstraksi berdasarkan kemampuan larut yang memiliki tingkat yang berbeda dari
komponen-komponen dalam suatu campuran. Ekstraksi dibedakan menjadi dua jenis
berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, yang meliputi :
1. Ekstraksi padat-cair, dimana zat yang diekstraksi
terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak
digunakan di dalam proses isolasi suatu zat tertentu seperti isolasi zat yang
terkandung di dalam bahan alam sepert steroid hormpn, antibiotika dan lipida
pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair, dimana zat yang
diekstraksi terdapat di dalam suatu campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi
cair-cair sering disebut ekstraksi pelarut yang sering dilakukan untuk
memisahkan zat seperti iod atau logam-logam dalam suatu larutan.
(Yazid, 2005).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu pada metode ekstraksi cair-cair. Cara
paling sederhana dan banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Prosedurnya cukup
dengan menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut
pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa
saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan
kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya (Yazid, 2005).
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari
dua penyusun yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Pelarut seringkali digunakan
dalam proses ekstrasi cair-cair melibatkan dua jenis pelarut yang sedikit
bercampur dan tidak bercampur. Ekstraksi cair-cair merupakan teknik dimana
dalam suatu larutan pertama yang biasanya air dibuat bersentuhan dengan suatu
pelarut kedua yang berasal dari pelarut organik. Pelarut air yang bersentuhan dengan
pelarut organik pada hakikatnya tidak akan bercampur, melainkan menimbulkan
satu atau lebih zat terlarut kedalam pelarut yang kedua. Keadaan zat yang tidak
tercampur dijelaskan dalam hukum distribusi Nernst yang menyatakan bahwa dalam
dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut
dalam kedua pelarut tersebut (pelarut organik dan cair), maka akan terjadi
pembagian larutan. Hukum distribusi Nernst dapat dituliskan dengan menggunakan
persamaan:
=
= KD
(1.1)
KD menyatakan nilai dari koefisien distribusi atau
partisi (Basset, 1991).
Ekstraksi cair-cair suatu senyawa
organik menggunakan dua pelarut yang sedikit atau tidak bercampur, akan
memenuhi hukum distribution law atau partition law. Senyawa organik (solut)
akan terdistribusi diantara dua pelarut. Konsentrasi senyawa organik yang larut
pada pelarut satu terhadap pelarut yang lain akan memiliki nilai yang tetep konstan pada temperatur konstan. Senyawa organik lazimnya lebih mudah larut
dalam pelarut organik dibandingkan dalam air, hal ini dikarenakan senyawa
organik dapat diekstrak dari larutan berair (Tim Penyusun, 2018).
Proses ekstraksi cair-cair akan
menghasilkan hasil yang baik jika pelarut yang digunakan memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Kemampuan tinggi untuk melarutkan komponen zat
terlarut di dalam suatu campuran.
2. Kemampuan tinggi untuk diambil kembali.
3. Pelarut dan larutan yang diekstraksi harus
tidak mudah tercampur.
4. Tidak mudah berekasi dengan zat yang tidak
akan diekstraksi.
5. Tidak bersifat korosi.
6. Tidak mudah terbakar, dan tidak beracun
(Martunus & Helmawi, 2004).
Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut
adalah distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan. Ekstraksi pelarut disebut juga
dengan ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.
Pemisahan dengan menggunakan metode ini dapat dilakukan dalam keadaan mikro
ataupun makro. Prinsip yang digunakan dalam ekstraksi pelarut didasarkan pada
distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur seperti senyawa benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform. Zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang berbeda pada kedua
fase zat pelarut (Khopkar, 1998).
Distribusi solut antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur telah memberikan banyak kemungkinan dalam metode
pemisahan, baik untuk tujuan yang bersifat prefentif maupun analitik. Ekstraksi
pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana yang biasa dijumpai
di dalam laboratorium seperti corong pisah. Ekstraksi ini dapat digunakan untuk
memisahkan suatu solut dalam pelarut A
dengan menggunakan pelarut B. Penambahan
pelarut B akan menyebabkan solut akan terbagi diantara 2 pelarut yang tidak
saling bercampur terebut. Hubungan antara konsentrasi solut dalam 2 pelarut
yang tidak bercampur tersebut terjadi dalam keadaan kesetimbangan. Hal ini
sesuai dengan hukum distribusi oleh Nernst, dimana nilai tetapan distribus
dapat ditentukan dengan hasil bagi konsentrsi solut A dan konsentrasi solut B
(Rydberg, 1992).
Material
Safety Data Sheet (MSDS)
Kloroform
Kloroform berwujud cair, dengan bau yang sedap dan manis.
Berat moleku kloroform yaitu 119,38 g/mol. Kloroform tidak berwarna. Titik
didih kloroform 61Ā°C sedangkan titik
lelehnya -63,5Ā°C. Massa jenis kloroform adalah sebesar 1,45 g/cm3. Kloroform
sangat sedikit dapat larut dalam air. Identifikasi bahaya kloroform dapat
mengakibatkan iritasi jika kontak langsung dengan kulit, mata, dan pernapasan. Penanganan
pertama yang dapat dilakukan adalah membasuh mata yang terkontaminasi cairan
dengan air dingin. Kontak dengan tangan dapat dibasuh dengan air serta sabun
dan dioleskan krim anti-bakterial. Evakuasi korban dilakukan di tempat yang
terbuka dan diberi penanganan medis (Sciencelab, 2018).
Akuades
Akuades adalah bahan
kimia yang memiliki rumus kimia H2O. Bahan ini memiliki berat
molekul 18 g/mol dengan massa jenis 1 g/cm3, dengan titik didih 100
0C dan titik beku 0 0C. Bahan ini memiliki ciri-ciri berbentuk
cairan, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, memiliki tingkat keasaman
netral (pH = 7), selain itu bahan ini bersifat tidak beracun karena tidak menimbulkan
bahaya jika kontak dengan kulit dan mata. Penyimpanan bahan ini tidak
memerlukan perlakuan khusus (Sciencelab, 2018).
Heksana
Heksana memiliki rumus kimia C6H14 dan
berwujud cair. Berat molekul heksana sebesar 86,18 g/mol. Heksana berbau
seperti bensin dan minyak bumi. Titik didih heksana yaitu 68Ā°C sedangkan titik lelehnya sebesar -95Ā°C.
Massa jenis heksana adalah sebesar 0,65 g/cm3. Heksana mudah larut
dalam air, dietil eter, dan aseton.
Identifikasi bahaya heksana dapat mengakibatkan iritasi jika kontak
langsung dengan kulit, mata, dan pernapasan. Penanganan pertama yang
dapat dilakukan adalah membasuh mata yang terkontaminasi cairan dengan air
dingin. Kontak dengan tangan dapat dibasuh dengan air serta sabun dan dioleskan
krim anti-bakterial. Evakuasi korban dilakukan di tempat yang terbuka dan
diberi penanganan medis (Sciencelab, 2018).
Asam Benzoat
Asam benzoat memiliki rumus kimia C6H5COOH
dan berwujud padat. Berat molekul heksana sebesar 122,12 g/mol. Titik didih
asam benzoat yaitu 249,2Ā°C sedangkan
titik lelehnya sebesar 122,4Ā°C. Identifikasi bahaya asam benzoat dapat
mengakibatkan iritasi jika kontak langsung dengan kulit, mata, dan pernapasan. Penanganan
pertama yang dapat dilakukan adalah membasuh mata yang terkontaminasi cairan
dengan air dingin. Kontak dengan tangan dapat dibasuh dengan air serta sabun
dan dioleskan krim anti-bakterial. Evakuasi korban dilakukan di tempat yang
terbuka dan diberi penanganan medis (Sciencelab, 2018).
Kafein
Kafein memiliki rumus kimia C8H10N4O2
dan berwujud padat atau kristal padat. Berat molekul heksana sebesar
194,2 g/mol. Kafein tidak berbau. Kisaran pH kafein yakni 6,9 termasuk netral.
Titik leleh kafein yaitu sebesar 238Ā°C.
Kafein mudah larut dalam air dan
dietil eter. Identifikasi bahaya kafein
dapat mengakibatkan iritasi jika kontak langsung dengan kulit, mata, dan
pernapasan. Penanganan pertama yang dapat dilakukan adalah membasuh mata
yang terkontaminasi cairan dengan air dingin. Kontak dengan tangan dapat
dibasuh dengan air serta sabun dan dioleskan krim anti-bakterial. Evakuasi
korban dilakukan di tempat yang terbuka dan diberi penanganan medis (Sciencelab,
2018).
Magnesium Sulfat
Anhidrat
MgSO4 berwujud cair, dengan bau tidak
menyengat. Berat molekul MgSO4 yaitu 120,38 g/mol. MgSO4
berwarna putih. Titik didih MgSO4 61Ā°C sedangkan titik lelehnya -63,5Ā°C. MgSO4 mudah larut dalam air. Identifikasi bahaya MgSO4
dapat mengakibatkan iritasi jika kontak
langsung dengan kulit, mata, dan pernapasan. Penanganan pertama yang
dapat dilakukan adalah membasuh mata yang terkontaminasi cairan dengan air
dingin. Kontak dengan tangan dapat dibasuh dengan air serta sabun dan dioleskan
krim anti-bakterial. Evakuasi korban dilakukan di tempat yang terbuka dan diberi
penanganan medis (Sciencelab, 2018).
Prinsip
Kerja
Prinsip kerja dari percobaan ini
yaitu berdasarkan kelarutan zat terlarut pada pelarut organik dan pelarut air
dengan bantuan metode pemisahan ekstraksi untuk mengetahui jumlah masing-masing
zat terlarut yang larut pada setiap pelarut.
Alat
- Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
neraca
- Penangas air
- Batang pengaduk
- Penjepit tabung reaksi
Bahan
-
Akuades
-
MgSO4 Anhidrat
-
Heksana
-
Kloroform
-
Asam benzoat
-
Kafein
Prosedur
Kerja
A.
Mengidentifikasi dua lapisan pelarut
Dua buah tabung reaksi yang bersih disiapkan
kemudian masing-masing diisi dengan campuran 2 pelarut A dan B yang telah disediakan. Pengocokan campuran pelarut A dan
B sebelum dipindahkan kedalam masing-masing tabung reaksi. Masing-masing
pelarut diidentifikasi dalam campuran 2 pelarut, antara lapisan organik dan
lapisan air dibedakan. Hasil pengamatan dicatat kemudian dikonfirmasi
menggunakan data
berat jenis masing-masing pelarut
yang digunakan.
B.
Distribusi solut
diantara dua pelarut
Asam benzoat sebanyak 0, 125 gram dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5
mL kloroform dan 5 mL air. Tabung reaksi dikocok sampai padatan asam benzoat
larut, tabung reaksi didiamkan sampai terbentuk dua lapisan pelarut. Lapisan
bagian bawah dipindahkan dengan menggunkana pipet tetes kedalam tabung reaksi
yang lain. Sedikit MgSO4 anhidrat ditambahkan kedalam tabung reaksi
yang berisi pelarut hasil pemindahan campuran pelarut. MgSO4 anhidrat
dipisahkan dengan cara menuangkan cairannya kedalam tabung reaksi yang baru. Pelarutnya
diuapkan menggunakan penangas air sampai padatan asam benzoat terbentuk.
Dihitung harga koefisien distribusi dari asam benzoat dalam air dan kloroform.
Langkah diatas diulangi dengan menggunakan sampel kafein.
Waktu yang
Dibutuhkan
No
|
Jam
|
Keterangan
|
Waktu
|
1
|
07.00-07.10
|
Pengisian presensi
|
10 menit
|
2
|
07.10-07.20
|
Preparasi alat dan bahan
|
10 menit
|
3
|
07.20-08.20
|
Percobaan Identifikasi dua lapisan pelarut
|
60 menit
|
4
|
08.20-09.20
|
Percobaan distribusi solut diantara dua pelarut
|
60 menit
|
5
|
09.20-09.40
|
Pos tes
|
20 menit
|
Total
|
160 menit
|
Data
No.
|
Nama Percobaan
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Identifikasi dua lapisan pelarut
|
Aquadest + Kloroform
|
Terbentuk 2 fase
-
Fase atas
adalah aquadest (berair)
-
Fase bawah
adalah kloroform (organik)
|
Aquadest + Heksana
|
Terbentuk
dua fase
-
Fase atas adalah heksana
(organik)
-
Fase bawah adalah aquadest
(berair)
|
||
2.
|
Distribusi
solut diantara dua pelarut
|
a.
Asam Benzoat
Asam
benzoat +
kloroform + aquadest
|
Massa awal asam benzoat = 0,126 gram
Terbentuk dua
fase
-
Fase atas adalah aquadest
(berair)
- Fase bawah adalah kloroform (organik)
Asam benzoat
larut sempurna
|
Fase bawah :
Kloroform
+ MgSO4
|
Terbentuk
sedikit endapan putih
|
||
Proses Dekantasi :
Kloroform +
bahan
Dipanaskan
|
Pelarut
kloroform menguap dan terbentuk endapan putih asam benzoat
Massa endapan
= 0,008 gram
|
||
b.Kafein
Kafein
+ kloroform + aquadest
|
Massa awal asam benzoat = 0,129 gram
Terbentuk dua
fase
-
Fase atas adalah aquadest
(berair)
-
Fase bawah
adalah kloroform (organik)
Kafein tidak
larut sempurna (terdapat sedikit endapan)
|
||
Fase bawah :
Kloroform + MgSO4
|
Terbentuk
sedikit endapan putih
|
||
Proses Dekantasi :
Kloroform +
bahan
Dipanaskan
|
Pelarut
kloroform menguap dan terbentuk endapan putih kafein
Massa endapan
= 0,111 gram
|
Perhitungan
Keterangan
:
Ca
= massa endapan
Cb
= (massa awal ā massa endapan)
a.
Asam benzoat + kloroform
m awal asam benzoat =
0,126 gram
Ca = 0,008
gram
Cb = massa
awal ā massa endapan
= 0,126 gram ā 0,008 gram
= 0,108 gram
K =
=
= 0,074
Massa asam
benzoate yang larut dalam air = 0,008 gram
Massa asam
benzoate yang larut dalam kloroform = 0,126 gram - 0,008 gram = 0,118 gram
b. Kafein
+ kloroform
m awal kafein = 0,129 gram
Ca =
0,111
gram
Cb = massa awal
ā massa endapan
= 0,129 gram ā 0,111 gram
= 0,018 gram
K =
=
= 6,167
Massa
kafein yang larut dalam kloroform = 0,111 gram
Massa
kafein yang larut dalam air = 0,129 gram - 0,111 gram = 0,018 gram
Hasil
A. Identifikasi dua
lapisan pelarut
No.
|
Perlakuan Bahan
|
Hasil
Pengamatan
|
Gambar
|
1.
|
Heksana + aquadest
|
-
Fase atas
adalah heksana
-
Fasa bawah
adalah aquadest
|
|
2.
|
Kloroform + aquadest
|
-
Fase atas
adalah aquadest
-
Fasa bawah
adalah kloroform
|
|
B.
Distribusi solut
diantara dua pelarut
No.
|
Perlakuan Bahan
|
Massa
Awal
|
Massa Endapan
|
|
1.
|
Asam Benzoat dalam
kloroform
|
0,126 g
|
0,008
g
|
|
2.
|
Kafein dalam kloforom
|
0,129 g
|
0,111
g
|
Pembahasan
Percobaan
pertama pada praktikum ini yaitu mengidentifikasi dua lapisan pelarut. Campuran
pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu campuran air dan hekasana (A)
dan air dan kloroform (B). Campuran pelarut A (air dan heksana) menghasilkan
dua lapisan seperti pada gambar dalam tabel hasil A nomor 1. Kedua lapisan
tersebut diidentifikasi bahwa lapisan pelarut yang berada diatas adalah heksana
dan lapisan pelarut yang dibawah adalah air. Hal tersebut didasarkan pada massa
jenis heksana yang lebih kecil dari air, sehingga heksana berada diatas air.
Hal ini sesuai dengan data pada MSDS (Scienclab,2018)
yang menyebutkan bahwa massa jenis heksana adalah 0,6 g/cm3
sedangkan massa jenis air adalah 1 g/cm3.
Campuran pelarut B (air
dan kloroform) menghasilkan dua lapisan seperti pada gambar dalam tabel hasil A
nomor 2. Kedua lapisan tersebut diidentifikasi bahwa lapisan pelarut yang
berada diatas adalah air dan pelarut yang berada dibawah adalah kloroform. Hal
ini sama halnya seperti percobaan sebelumnya yakni didasarkan pada massa jenis
air dan kloroform. Massa jenis air lebih ringan daripada kloroform sehingga air
berada dilapisan atas. Hal ini sesuai dengan data pada MSDS (Sciencelab, 2018) bahwa massa jenis air
sebesar 2 g/cm3, sedangkan massa jenis kloroform adalah 1,49 g/cm3.
Adapun pada percobaan
ini kedua pelarut tidak saling bercampur bukan hanya karena massa jenisnya yang
berbeda, tetapi juga disebabkan oleh kepolaran kedua pelarut tersebut yang
berbeda. Ditinjau dari struktur molekulnya, air merupakan pelarut yang polar
sedangkan hekasana dan kloroform merupakan pelarut yang nonpolar.
Gambar 1. Struktur Molekul H2O
Kepolaran pada air
disebabkan oleh terjadinya pembentukan parsial positif dan parsial negatif
karena adanya perbedaan keelektronegatifan antara hidrogen dan oksigen,
sehingga terjadi pengkutuban pada
molekul air yang menyebabkan kepolaran pada air.
Gambar 2. Struktur Molekul C6H14
Pengkutuban yang tidak
terjadi pada heksana disebabkan karena tidak ada perbedaan keelektronegatifan
pada molekul heksana, sehingga heksana merupakan pelarut yang nonpolar.
Gambar 3. Struktur Molekul CHCl3
Karbon dan klor
mempunyai perbedaan keelektronegatifan, namun nilai resultan Ī¼=0 sehingga tidak
terbentuk parsial positif dan negatif, maka kloroform merupakan senyawa
nonpolar.
Oleh karena itu,
campuran air dan heksana serta air dan kloroform tidak akan saling bercampur.
Hal ini didasarkan pada prinsip Like
Dissolve Like, yang menyatakan bahwa suatu senyawa akan larut bila pada
senyawa yan mempunyai sifat yang sama. Senyawa polar akan larut dalam senyawa
yang polar dan senyawa non polar akan larut dalam senyawa nonpolar pula.
Percobaan kedua dari praktikum ini yaitu menentukan
distribusi solut pada dua pelarut. Percobaan ini dilakukan terhadap zat
terlarut asam benzoat dan kafein dengan campuran dua pelarut. Campuran pelarut
yang digunakan yaitu kloroform dan air, berdasarkan percobaan yang pertama, campuran
kloroform dengan air akan menghasilkan lapisan air yang berada diatas. Hal ini dapat mempermudah untuk memperoleh
larutan pada pelarut kloroform yang akan diidentifikasi kelarutannya terhadap
zat terlarut dengan mempipet lapisan air yang ada diatas hingga tersisa lapisan
kloroform. Lapisan pelarut kloroform belum sepenuhnya murni, maka ditambahkan
MgSO4 anhidrat untuk menyerap air yang masih tersisa pada larutan,
sehingga diperoleh larutan kloroform.
Larutan kloroform yang telah diekstraksi dari endapan
MgSO4 anhidrat kemudian dipanaskan hingga pelarut menguap
seluruhnya. Pemanasan ini bertujuan untuk mendapatkan zat terlarut yang semual
larut dalam kloroform menjadi bentuk endapan. Jumlah endapan ini ditimbang
massanya, dari hal tersebut dapat diketahui jumlah zat terlarut yang larut
dalam kloroform dan zat terlarut yang larut dalam air, sehingga diperoleh
konstanta distribusi solute tersebut.
Percobaan yang dilakukan pada zat terlarut asam benzoate
sebanyak 0,126 gram yang dilarutkan pada campuran dua pelarut, diperoleh massa
asam benzoate yang larut dalam kloroform yaitu 0,008 gram, maka yang larut
dalam air yaitu 0,118 gram. Berdasarkan data tersebut, asam benzoate lebih
banyak larut pada air dibandingkan pada kloroform. Hal tersebut dikarenakan
asam benzoate merupakan senyawa yang polar, sehingga larut pada air yang juga
merupakan senyawa polar. Percobaan yang
dilakukan pada zat terlarut kafein sebanyak 0,129 gram yang dilarutkan pada
campuran dua pelarut, diperoleh massa kafein yang larut dalam kloroform
sebanyak 0,111 gram maka yang larut dalam air yaitu 0,018 gram. Kafein yang
larut pada kloroform lebih banyak dibandingkan kafein yang larut pada air. Hal
ini disebabkan kafein merupakan senyawa non polar dan klorform juga merupakan
senyawa nonpolar, sehingga kafein lebih larut pada kloroform dibanding air yang
polar.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari
hasil praktikum ini adalah :
1.
Distribusi senyawa organik dapat dilihat dari nilai
K. Kenaikan nilai K menandakan jumlah zat terlarut organik yang larut terhadap
pelarut organik semakin banyak, sehingga distribusi pelarut organik lebih besar
daripada distribusi pelarut air begitu pula sebaliknya.
2.
Identifikasi larutan organik dapat ditentukan dengan
berdasarkan salah satu sifat fisika suatu zat. Zat yang berada di lapisan
bawah merupakan zat yang memiliki massa jenis yang lebih besar. Zat terlarut
yang tidak larut dalam zat pelarut dapat disebabkan karena adanya perbedaan sifat kepolaran antara kedua zat tersebut.
Referensi
Basset, J.,1991. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik, (diterjemahkan oleh : Handayana, A. dan Setiono, L.), Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Khopkar,
S,M., 1998. Basic Concepts Of Analytical
Chemistry, New Age International Ltd : New Delhi.
Martunus
dan Helmawi, Z., 2004. Ekstraksi Senyawa
Aromatik dari Heavy Gas Oil (HGO)
Dengan Pelarut Dietilen Glikol (DEG). J. Si. Tek. 3[2]:46-50.
Ryberg,
J. et al.,1992. Solvent Extraction Principle and Practice, Revised and Expanded,
Marcel
Dekker Inc : New York.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Aquades. [serial
online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Kloroform. [serial
online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Dichlorometane.
[serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Kafein. [serial
online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Benzoat acid.
[serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Hexane. [serial
online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November
2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Magnesium
Sulphate. [serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 11 November 2018].
Tim
Penyusun, 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Universitas Jember : Jember.
Yazid, E,
2005. Kimia Fisika untk Paramedis, Penerbit Andi :Yogyakarta.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari praktikum ini
yaitu praktikan harus menggunakan masker dalam melakukan praktikum ini karena
bahan yang digunakan mudah menguap. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan
setiap percobaan terutama pastikan pelarutan zat terlarut terhadap dua pelarut
dilakukan saat kedua pelarut telah ditambahkan. Praktikan juga harus
berhati-hati saat memanaskan larutan, pastikan ventilasi udara memadai.
Nama
Praktikan
Erna Rosinawati N. (171810301043)
Comments
Post a Comment