LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA
KIMIA
KEKENTALAN DAN
TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN
Disusun Oleh :
Nama : Erna Rosinawati N.
NIM :
171810301043
Kelompok :
2
Asisten :
Widya Puspita Dewi
LABORATORIUM KIMIA FISIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cairan merupakan salah satu
fasa dari suatu zat. Cairan memiliki sifat dapat mengalir dalam suatu wadah
dengan kecepatan tertentu bergantung pada tingkat kekentalannya. Kekentalan merupakan salah satu sifat zat cair untuk
melawan tegangan geser pada waktu bergerak/mengalir. Kekentalan adalah akibat
dari adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik) antar partikel zat cair. Zat cair
yang mempunyai kekentalan yang besar contohnya yaitu oli, sirup dan minyak
sayur sedangkan yang mempunyai kekentalan kecil yaitu air dan bensin.
Sifat kekentalan setiap zat cair berbeda-beda. Perbedaan
kekentalan tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor.Penentuan nilai kekentalan
zat cair dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan pada
percobaan ini yaitu Metode Ostwald dengan bahan yang diuji kekentalannya yaitu
alkohol, aseton dan zat X yang dibandingkan kekentalannya dengan air. Faktor
yang diuji pengaruhnya pada percobaan kali ini yaitu suhu dengan cara
memberikan variasi suhu agar diketahui kecenderungannya.
Praktikum
ini perlu dilakukan karena viskositas sangat bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
dalam menentukan
tingkat kekentalan oli pelumas untuk mesin kendaraan, pada saat darah mengalir dalam pembuluh darah, dan saat air PDAM dialirkan ke rumah-rumah
masyarakat. Sifat kekentalan zat cair juga dapat diterapkan pada proses
pembuatan sirup, kecap, minyak goreng dan caramel gula.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimana angka
kekentalan relatif suatu zat cair bila dibandingkan dengan air?
2.
Bagaimana
menentukan tenaga pengaktifan suatu zat cair?
1.3
Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah mengamati angka
kekentalan relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai
pembanding, dan menentukan tenaga pengaktifan zat cair tertentu.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades meupakan distilat cair dari distilasi air
sehingga tidak terkandung mineral didalamnya. Akuades memiliki berat molekul
sebesar 18,0153 g/mol yang berwujud cair dalam keadaan ruang dan mendidih pada
suhu 100℃. Akuades tidak berbahaya jika terjadi suatu tumpahan ataupun kontak
dengan tubuh sehingga tidak memerlukan penyimpana dan penanganan khusus (Sciencelab,2013).
2.1.2 Alkohol
Alkohol
atau etanol dalam keadaan suhu kamar
berwujud cair tidak berwarna. Etanol memiliki berat molekul sebesar 46,07 g/mol
dan titik didih serta titik lelehnya sebesar 78℃ dan -155℃. Bahan ini dapat
larut dalam air, eter, aseton, dan asam. Alkohol mudah menguap jika dipanaskan
sedikit. Penanganan jika terjadi kontak dengan tubuh segera basuh dengan air
selama 15 menit, jika bahan tertelan jangan memaksakan untuk dimuntahkan,
segera cari bantuan medis (Sciencelab,
2013).
2.1.3 Aseton
Aseton dalam suhu kamar berwujud cairan tidak berwarna,
memiliki bau dan rasa. Berat molekul aseton adalah 58,08 g/mol, titik didihnya
sebesar 56,2℃ dan titik lelehnya sebesar -96,35℃. Aseton mudah larut dalam air
panas maupun dingin. Penanganan bila terjadi kontak terhadap mata dan kulit,
segera basuh dengan air mengalir selama 15 menit (Sciencelab, 2013).
2.2 Dasar
Teori
Sifat suatu sistem yang berkaitan dengan aliran yaitu kekentalan. Kekentalan
(h) dari dua lapisan zat alir yang masing-masing
mempunyai luas A, jarak kedua lapisan dy bergerak dengan arah yang sama dan
mempunyai selisih kecepatan dv, dapat
didefinisikan
dengan persamaan berikut.
F = - Ah dv/dy (2.1)
F adalah
gaya gesek yang berbanding terbalik dengan aliran dengan penambahan tanda negatif
menunjukksn bahwa arah gayak gesek berlawanan dengan arah kecepatan nisbi dv (Tim
Penyusun, 2018).
Menurut Bird (1993) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekentalan
suatu zat cair, diantaranya adalah sebagi berikut.
a.
Tekanan
b.
Temperatur
Hubungan kekentalan suatu zat cair
dengan pengaruh temperatur dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
ln h = ln a+
(2.2)
dengan a dan E adalah suatu
tetapan. Persamaan (2.2) dapat juga dinyatakan dengan persamaan berikut:
h = A exp(
(2.3)
E adalah tenaga pengaktifan
aliran, yang besarnya dapat ditentukan melalui memplotkan ln h terhadap 1/T (Tim Penyusun, 2018).
c.
Adanya zat lain
d.
Ukuran dan berat molekul
e.
Berat molekul
f.
Kekuatan antar molekul
Viskositas atau kekentalan merupakan salah satu sifat polimer yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan suatu membran, karena viskositas menggambarkan
cepat atau lambatnya cairan tersebut mengalir. Dalam pembuatan membran serat
berongga ada batasan viskositas larutan polimer minimal yang harus dimiliki
oleh larutan yang akan dipintal ( Ahmad, 2007).
Gaya gesek untuk mengalir pada cairan lebih besar daripada gas, sehingga
koefisien viskositas cairan lebih besar daripada gas. Viskositas gas akan meningkat
seiring dengan meningkatnya temperature, sedangkan viskositas cairan justru
akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas suatu cairan akan meningkat
dengan makin tingginya temperature, sehingga kekentalan suatu cairan berbanding
terbalik dengan temperatur dan fluiditasnya (Martin, 1993). Koefisisen
viskositas gas tidak dipengaruhi begitu besar oleh tekanan, atau dengan kata
lain bahwa viskositas gas tidak bergantung pada tekanan, sedangkan viskositas cairan
naik dengan naiknya tekanan (Sukuarjo, 1997).
Kekentalan suatu zat cair dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah
satunya yaitu dengan cara Hoppler. Metode Hoppler menggunakan prinsip
berdasarkan Hukum Stokes, yakni: Gaya gesek yang bersifat menahan gerakan bola
di dalam medium adalah 6πhrv, dengan r adalah jari-jari bola
dan v adalah kecepatan bola. Keseimbangan gaya akan terjadi saat kecepatan bola
mencapai maksimal. Bola yang meluncur ke bawah di dalam suatu medium maka
diberlakukan suatu persamaan:
F = w – FA (2.4)
dengan F =
gaya gesek, w= gaya berat, dan FA= Gaya Archimides, yang berlaku
setelah mencapai kecepatan maksimal.
6πhrv = (
) r3 ( ρ - ρ1 )
g (2.5)
Dengan Vmaks
adalah kecepatan maksimal pada bola.
Vmaks
=
(2.6)
Keterangan : ρ = kerapatan bola
t = waktu untuk menempuh jarak h
ρ1= kerapatan medium air
g = percepatan gravitasi
h = jarak luncur dengan kondisi kecepatan
maksimal
Dari
persamaan (2.5) dan (2.6) diperoleh
ha =
(2.7)
(Tim
Penyusun, 2018)
Cara lain untuk menentukan kekentalan zat cair yaitu dengan Metode Ostwald.
Variabel yang diukur pada Metode Ostwald adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Percobaan Ostwald yang sebenarnya
sejumlah tertentu cairan dipipet ke dalam viskometer. Cairan kemudian diisap
melalui labu pengukur dari viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari
batas atas ‘a’ stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas bawah
‘b’ maka stopwatch dimatikan. Waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak
antara ‘a’ dan ‘b’ dapat ditentukan dari pengukuran stopwatch. Tekanan P
merupakan perbedaan tekanan antara kedua ujung pipa U dan besarnya sebanding
dengan berat jenis cairan (Atkins, 1997).
a
|
b
|
Gambar 2.1 Viskometer Ostwald
(Sumber :
Atkins, 1997)
Cara Ostwald untuk menentukan kekentalan suatu zat cair didasarkan pada
hukum Haegen Poiseuille, yaitu dengan persamaan :
h = π p r4 t / (8VL) ;
p= ρ g h
= π p r4 t ρ g h / (8VL) (2.8)
dimana : P =
tekanan hidrostatis
R =
jari-jari kapiler
T= waktu
alir zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h
L= panjang
kapiler
(Tim Penyusun, 2018).
BAB 3.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Piknometer
-
Pipet tetes
-
Pipet Mohr
-
Ball pipet
-
Stopwatch
-
Viskometer
Ostwald
-
Termometer
-
Gelas kimia
-
Neraca Analitik
-
Waterbath
3.1.2 Bahan
-
Air
-
Alkohol
-
Aseton
-
Zat X
-
Es batu
3.2 Diagram
Kerja
3.2.1 Penentuan Kerapatan dengan Piknometer
Akuades
|
-
ditimbang piknometer dalam keadaan kering, kosong
dan bersih, dilakukan dua kali pengulangan
-
dipanaskan dalam waterbath hingga suhu 35℃
-
dimasukkan ke dalam piknometer saat suhu turun
menjadi 31℃, diisi penuh hingga melewati batas hingga meluap saat
termometer dipasangkan, kemudian ditutup dan dipastikan tidak ada gelembung
udara
-
ditimbang dengan neraca analitik dengan cara diplo
-
diulangi untuk suhu 29℃ dan 27℃ dengan cara diturunkan
suhunya terlebih dahulu dengan bantuan air es
-
diulangi percobaan tersebut untuk zat lain :
alkohol, aseton, dan zat X
|
Hasil
|
3.2.2 Penentuan Kekentalan Zat Cair dengan
Viskometer Ostwald
Akuades
|
-
dipanaskan dalam waterbath hingga suhu 35℃
-
dimasukkan ke dalam viskometer saat suhu turun
menjadi 31℃, diisi penuh hingga melewati tanda batas atas dan dipipet
dengan ball pipet
-
dilepaskan ball pipet hingga mencapai tanda batas
atas serentak dengan dihidupkan stopwatch dan dimatikan setelah mencapai
tanda batas bawah, sehingga diperoleh waktu tempuh dari batas atas ke batas
bawah
-
diulangi sebanyak dua kali
-
diulangi untuk suhu 29℃ dan 27℃ dengan cara
diturunkan suhunya terlebih dahulu dengan bantuan air es
-
diulangi percobaan tersebut untuk zat lain :
alkohol, aseton, dan zat X
|
Hasil
|
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji
Kerapatan dengan Piknometer
No.
|
Jenis Zat
|
Temperatur (K)
|
Kerapatan (ρ) (g/mL)
|
1.
|
Akuades
|
304
|
1,0058
|
302
|
1,02395
|
||
300
|
1,0246
|
||
2.
|
Alkohol
|
304
|
0,81525
|
302
|
0,8178
|
||
300
|
0,8207
|
||
3.
|
Aseton
|
304
|
0,81355
|
302
|
0,81515
|
||
300
|
0,81595
|
||
4.
|
Zat X
|
304
|
0,82335
|
302
|
0,82395
|
||
300
|
0,8258
|
4.1.2 Uji
Kekentalan dan Tenaga Pengaktifan Aliran
No.
|
Jenis
Zat
|
Temperatur
(K)
|
1/T
|
h
|
ln
h
|
E (kJ/K.mol)
|
1.
|
Akuades
|
304
|
0,00328
|
0,7840
|
-0,24
|
1,499
|
302
|
0,00331
|
0,8100
|
-0,21
|
|||
300
|
0,00333
|
0,8545
|
-0,16
|
|||
2.
|
Alkohol
|
304
|
0,00328
|
0,179
|
-1,27
|
14,887
|
302
|
0,00331
|
0,307
|
-1,18
|
|||
300
|
0,00333
|
0,376
|
-0,98
|
|||
|
Aseton
|
304
|
0,00328
|
0,852
|
-0,160
|
-1,916
|
302
|
0,00331
|
0,854
|
-0,157
|
|||
300
|
0,00333
|
0,747
|
-0,292
|
|||
4.
|
Zat X
|
304
|
0,00328
|
0,662
|
-0,41
|
11,435
|
302
|
0,00331
|
0,684
|
-0,38
|
|||
300
|
0,00333
|
1,401
|
-0,34
|
4.2 Pembahasan
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu zat cair yang menunjukkan besar kecilnya gesekan
internal zat cair. Viskositas
disebabkan oleh adanya gaya
kohesi antar molekul, setiap zat cair memiliki nilai viskositas yang berbeda yang dinyatakan dengan
“Ƞ”. Viskositas suatu zat cair dapat dihitung jika waktu alir dan massa jenis dari zat cair tersebut telah diketahui, oleh karena itu dua percobaan yang dilakukan pada
praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan data waktu alir dan juga data massa
dari berbagai zat cair menggunakan dua alat yang berbeda (Chang, 2004).
Percobaan untuk mengukur kekentalan zat cair dilakukan
dengan mencari kerapatannya dan waktu alirnya. Kerapatan zat cair diukur dengan
menggunakan piknometer. Prinsip kerja piknometer yaitu mengukur massa suatu zat
pada volume tertentu. Sebelum melakukan penimbangan massa zat, terlebih dahulu
harus diketahui massa piknometer kosong agar diperoleh massa zatnya saja.
Percobaan untuk mengetahui kekentalan zat cair Prinsip kerja dari viskometer ostwald yaitu mengukur
waktu alir dari batas atas sampai batas bawah suatu zat cair dengan suhu
tertentu menggunakan stopwatch.
Percobaan
pertama dilakukan dengan cara menyiapkan zat cair dengan suhu diatas suhu tertinggi
terlebih dahulu, yaitu sebesar 310C. Zat cair
dengan suhu yang telah ditentukan disiapkan
dengan cara memanaskannya dalam waterbath
yang diatur suhunya agar didapatkan suhu sesuai yang diinginkan. Zat cair yang
telah dipanaskan kemudian dimasukkan dalam viskometer sampai melewati tanda
batas atas, setelah itu dihitung waktu alirnya dari tanda batas atas sampai
bawah menggunakan stopwatch. Percobaan dilakukan menggunakan variasi suhu 31℃, 29℃ dan 27℃ dan dilakukan secara
duplo atau dua kali perhitungan waktu alir untuk masing-masing suhu setiap zat cair. Variasi
suhu pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
suhu terhadap viskositas suatu zat cair.
Percobaan
dilakukan terhadap
akuades sebagai pembanding dan zat cair lain yaitu alkohol, aseton, dan zat X. Hasil uji viskositas dicantumkan dalam tabel 4.1.2.
Nilai viskositas atau kekentalan akuades memiliki harga yang cenderung
meningkat seiring dengan menurunnya suhu. Hal tersebut dapat digambarkan dengan
grafik berikut.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan ln h dengan 1/T pada Akuades
Grafik tersebut
merupakan grafik hubungan ln h dengan 1/T. Grafik tersebut menunujukkan bahwa
semakin suhunya rendah maka kekentalannya semakin tinggi. Menurut Kramer (1997) mengatakan bahwa suhu berbanding
terbalik dengan kekentalan/viskositas, semakin tinggi suhu suatu zat cair maka
nilai kekentalannya pun semakin rendah dan sebaliknya. Hal ini
disebabkan apabila suhunya tinggi maka molekul-molekul yang ada dalam zat cair
tersebut akan bergerak bebas atau semakin merenggang. Waktu alir pada akuades semakin suhunya rendah waktu alirnya
semakin lambat, waktu alir berbanding
lurus dengan kekentalan dan berbanding terbalik dengan suhu.
Hasil
percobaan viskositas pada alkohol tercantum dalam tabel 4.1.2. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai viskositas atau kekentalan alkohol terhadap variabel suhu
besarnya meningkat seiring menurunnya suhu. Nilai viskositas yang diperoleh
dibandingkan dengan nilai viskositas akuades. Hal ini dapat digambarkan pada
grafik berikut.
Gambar
4.2 Grafik Hubungan ln h dengan 1/T pada Alkohol
Grafik tersebut
merupakan grafik hubungan ln h dengan 1/T. Grafik tersebut menunujukkan bahwa
semakin suhunya rendah maka nilai kekentalan alkohol semakin tinggi. Hal ini
disebabkan karena perbandingan kekentalan dan suhu berhubungan terbalik yang
disebabkan karena suhu yang tinggi dapat meningkatkan energi kinetik molekul
sehingga molekul semakin merenggang. Alkohol yang memiliki ikatan yang kuat yaitu ikatan
hidrogen, kekuatan ikatan dari molekul-molekul berkurang karena peningkatan suhu dan menyebabkan jarak molekul-molekul tersebut menjadi renggang, sehingga nilai
viskositasnya menjadi menurun seiring dengan meningkatnya suhu.. Waktu alir
yang dihasilkan pada alkohol juga telah sesuai literatur, pada suhu tinggi
waktu alirnya cepat sehingga ketika dihitung kekentalannya pun kecil, sedangkan
pada suhu rendah waktu alirnya lebih lambat sehingga ketika dihitung
kekentalannya pun besar.
Nilai
viskositas pada aseton cenderung naik seiring menurunnya suhu. Nilai viskositas
yang telah diperoleh dibandingkan dengan nilai viskositas akuades. Nilai
viskositas aseton lebih kecil dibandingkan nilai viskositas akuades.
Perbandingan nilai viskositas aseton dengan akuades cenderung meningkat, namun
disuhu 27℃. Nilai
perbandingannya menurun dari sebelumnya. Hal tersebut digambarkan dalam grafik
berikut.
Gambar
4.2 Grafik Hubungan ln h dengan 1/T pada Aseton
Grafik tersebut
menunjukkan hubungan ln h dengan 1/T, pada suhu 27℃
grafik menurun. Hal ini disebabkan karena nilai ln h pada grafik merupakan nilai h yang dibandingkan dengan nilai h akuades. Nilai viskositas aseton saat suhu 27℃
lebih kecil dari nilai viskositas akuades, sehingga nilai perbandingan yang
diperoleh menurun. Namun untuk nilai kekentalannya, berdasarkan massa jenis dan
waktu alirnya, nilai viskossitas aseton sesuai dengan literature bahwa nilai
viskositasnya berbanding terbalik dengan suhu.
Besar kekentalan Zat X cenderung meningkat seiring dengan
menurunnya suhu. Nilai viskositas Zat X dibandingkan dengan akuades memiliki
perbandingan yang cenderung tetap meningkat, hal ini digambarkan pada grafik
berikut.
Gambar
4.2 Grafik Hubungan ln h dengan 1/T pada Zat X
Grafik tersebut menunjukkan hubungan
viskositas dengan suhu. Hubungan tersebut telah sesuai literatur bahwa
viskositas besarnya berbanding terbalik dengan suhu.
Energi
pengaktifan aliran diperoleh melalui slope
grafik. Besarnya energy pengaktifan aliran pada setiap zat cair berbeda karena
dipengaruhi kekentalan masing-masing zat cair. Energi pengaktifan aliran yang
terbesar adalah alkohol, kemudian berurutan Zat X, akuades dan terakhir aseton.
Energi pengaktifan aliran merupakan energy yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
partikel-partikel sehingga bergerak, besarnya berbanding lurus dengan
viskositas.
Pengukuran
massa jenis zat cair dengan piknometer dilakukan dengan menimbang massa zat
cair yang berada dalam piknometer volume 10 mL, dan dipastikan piknometer
terisi penuh oleh zat cair serta tidak ada gelembung udara yang tersisa.
Gelembung udara yang tersisa dalam piknometer akan mempengaruhi massa zat cair,
massa zat cair akan berkurang dari yang sebenarnya. Percobaan ini dilakukan
pada variasi suhu yang berbeda yaitu pada suhu 31℃, 29℃ dan
27℃. Variasi suhu zat cair diperoleh dengan memanaskan
zat cair dalam waterbath hingga suhu
diatas suhu yang diperlukan, sehingga untuk mendapatkan setiap variasi suhu
hanya perlu menurunkan suhunya dengan cara didinginkan dengan es batu. Perlakuan
dengan variasi suhu yang menurun bertujuan agar percobaan dapat dilakukan
dengan lebih cepat dibanding dengan variasi suhu yang meningkat, karena
menurunkan suhu lebih cepat dilakukan dibandingkan menaikkan suhu. .Variasi
suhu pada percobaan ini bertujuan agar mengetahui pengaruh variabel suhu
terhadap massa jenis zat. Pengukuran massa jenis ini dilakukan terhadap seluruh
jenis zat dengan perlakuan yang sama.
Hasil
percobaan penentuan kerapatan setiap zat cair dicantumkan dalam tabel 4.1.1.
Kerapatan akuades yang diperoleh besarnya cenderung meningkat seiring
menurunnya suhu. Hal yang sama juga terjadi pada zat yang lainnya, yakni
alkohol, aseton dan zat X diperoleh nilai kerapatannya yang meningkat seiring
menurunnya suhu. Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang seharusnya terjadi
pada zat cair dimana massa jenisnya akan meningkat seiring menurunnya suhu. Kenaikan
suhu menyebabkan partikel-partikel alkohol maupun
aseton mendapat
tambahan energi yang menaikkan energi kinetiknya sehingga bergerak lebih cepat.
Partikel-partikel yang
bergerak semakin cepat akan semakin berjauhan sehingga menyebabkan volumenya semakin besar dan nilai massa maupun massa jenisnya semakin kecil. Menurut Martin
(1993) viskositas cairan akan meningkat jika temperatur menurun. Berdasarkan
persamaan (2.5), nilai massa jenis berbanding lurus dengan viskositas, sehingga
massa jenis cairan dengan temperatur adalah berbanding terbalik. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa percobaan penentuan massa jenis sesuai dengan
seharusnya.
Berdasarkan nilai kekentalan dan massa jenisnya, Zat X
dapat diketahui dengan membandingkan terhadap zat cair lainnya. Kekentalan Zat
X nilainya mendekati aseton sedangkan massa jenisnya mendekati alkohol. Namun,
karena terjadi beberapa kekeliruan saat mengukur waktu alir Zat X, sehingga
nilai yang lebih akurat yaitu massa jenisnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Zat X adalah alcohol.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1.
Angka kekentalan
relatif suatu zat cair dibandingkan dengan air masih lebih besar air, karena
air memiliki kerapatan yang lebih besar dibandingkan zat cair lainnya.
2.
Harga tenaga
pengaktifan aliran ditentukan melalui nilai slope
grafik hubungan ln h
dengan 1/T
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan
berdasarkan praktikum kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran yaitu praktikan
harus cekatan dalam mengerjakan percobaan.
Percobaan menggunakan piknometer salah satunya, harus dikerjakan dengan cepat
pada saat menimbang dengan variasi suhu yang berbeda, karena saat menimbang zat
cair yang volatile hasil pengukuran massanya akan tidak akurat karena sebagian
cairannya menguap. Praktikan
juga diharapkan berhati-hati saat menggunakan akat laboratorium agar tidak
terjadi hal yang tak diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad,
S. 2007. Mempelajari Hubungan antara
Viskositas Larutan Dope dan Karakteristik Membran Serat Berongga. Bandung:
LIPI
Atkins,
P.W. 1997. Kimia Fisik. Jakarta:
Erlangga.
Bird,
Tony. 1993. Kimia Fisik untuk
Universitas. Jakarta : Gramedia.
Kramer.
1997. Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga.
Martin,
dkk. 1993. Farmasi Fisik 2 Edisi III.
Jakarta: UI Press
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Alkohol
[Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99276574 [Diakses tanggal 30 September 2018].
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Aquades [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99196565 [Diakses
tanggal 30 September
2018].
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Aseto [Serial
Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99873958 [Diakses tanggal 30 September 2018].
Sukardjo.
1997. Kimia Fisik. Ygyakarta: Rineka
Cipta.
Tim
Penyusun. 2018. Penuntun
Praktikum Termodinamika Kimia. Jember : Universitas
Jember
LAMPIRAN
Perhitungan
1.
Menentukan
Kerapatan Zat Cair
Keterangan:
·
Akuades
Suhu 31°C
m1= 37,266 g
– 27,028 g = 10,058 g
m2= 37,266 g
– 27,028 g = 10,058 g
Suhu 29°C
m1= 37,268 g
– 27,028 g = 10,24 g
m2= 37,267 g
– 27,028 g = 10,239 g
Suhu 27°C
m1= 37,274 g
– 27,028 g = 10,246 g
m2= 37,274 g
– 27,028 g = 10,246 g
·
Alkohol
Suhu 31°C
m1= 35,180 g
– 27,028 g = 8,152 g
m2= 35,181 g
– 27,028 g = 8,153 g
Suhu 29°C
m1= 35,208 g
– 27,028 g = 8,18 g
m2= 35,204 g
– 27,028 g = 8,176 g
Suhu 27°C
m1= 35,234 g
– 27,028 g = 8,206 g
m2= 35,236 g
– 27,028 g = 8,208 g
·
Aseton
Suhu 31°C
m1= 35,164 g
– 27,028 g = 8,136 g
m2= 35,163 g
– 27,028 g = 8,135 g
Suhu 29°C
m1= 35,180 g
– 27,028 g = 8,152 g
m2= 35,179 g
– 27,028 g = 8,151 g
Suhu 27°C
m1= 35,187 g
– 27,028 g = 8,159 g
m2= 35,188 g
– 27,028 g = 8,16 g
·
Zat X
Suhu 31°C
m1= 35,262 g
– 27,028 g = 8,234 g
m2= 35,261 g
– 27,028 g = 8,233 g
Suhu 29°C
m1= 35,268 g
– 27,028 g = 8,24 g
m2= 35,267 g
– 27,028 g = 8,239 g
Suhu 27°C
m1= 35,287 g
– 27,028 g = 8,259 g
m2= 35,285 g
– 27,028 g = 8,257 g
2.
Menentukan
Kekentalan Zat Cair
Keterangan:
·
Akuades
tair pada Suhu 31 °C = 1,6 s
Suhu 29 °C = 2,0 s
Suhu 27 °C = 2,55 s
pada
Suhu 31 °C = 0,7840 poise
Suhu 29 °C = 0,8100
poise
Suhu 27 °C = 0,8545
poise
·
Alkohol
Suhu 31 °C
Suhu 29 °C
Suhu 27 °C
·
Aseton
Suhu 31 °C
Suhu 29 °C
Suhu 27 °C
·
Zat X
Suhu 31 °C
Suhu 29 °C
Suhu 27 °C
ln
η terhadap 1/T
akuades
:
x
|
Y
|
||
T (K)
|
1/T
|
η (poise)
|
ln η
|
304
|
0,00328
|
0,7840
|
-0,24
|
302
|
0,00331
|
0,8100
|
-0,21
|
300
|
0,00333
|
0,8545
|
-0,16
|
Energi pengaktifan
aliran
|
ln η terhadap 1/T
|
y
= mx + c
y
= 1552x - 5,337
m
= 1552
m
=
E = m × R
= 1552 ×
0,966 J/mol
= 1499,232
J/mol
= 1,499
kJ/mol
Alkohol :
x
|
Y
|
||
T (K)
|
1/T
|
η (poise)
|
ln η
|
304
|
0,00328
|
0,179
|
-1,72
|
302
|
0,00331
|
0,307
|
-1,18
|
300
|
0,00333
|
0,376
|
-0,98
|
Energi pengaktifan
aliran
|
ln η terhadap 1/T
|
y
= mx + c
y
= 15053x - 51,06
m
= 15053
m
=
E = m × R
= 15053 ×
0,989 J/mol
= 14887,417
J/mol
= 14,887
kJ/mol
Aseton :
x
|
y
|
||
T (K)
|
1/T
|
η (poise)
|
ln η
|
304
|
0,00328
|
0,852
|
-0,160
|
302
|
0,00331
|
0,854
|
-0,157
|
300
|
0,00333
|
0,747
|
-0,292
|
Energi pengaktifan
aliran
|
ln η terhadap 1/T
|
y
= mx + c
y
= -2423,x + 7,811
m
= -2423
m
=
E = m × R
= - 2423 ×
0,791 J/mol
= -
1916,593 J/mol
= - 1,916
kJ/mol
Zat X :
x
|
y
|
||
T (K)
|
1/T
|
η (poise)
|
ln η
|
304
|
0,00328
|
0,662
|
-0,41
|
302
|
0,00331
|
0,684
|
-0,38
|
300
|
0,00333
|
1,401
|
0,34
|
Energi pengaktifan
aliran
|
ln η terhadap 1/T
|
y
= mx + c
y
= 13895x - 46,09
m
= 13895
m
=
E = m × R
= 13895 ×
0,823 J/mol
= 11435,585
J/mol
= 11,435
kJ/mol
Semoga bermanfaat :)
ReplyDelete