KONSENTRASI
KRITIS MISEL
LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Erna Rosinawati N.
NIM :
171810301043
Kelompok :
2
Asisten :
Nurul Zahro’ul Vikriya
LABORATORIUM
KIMIA FISIK
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
JEMBER
2018
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Misel adalah molekul-molekul sufaktan yang mulai
berasosiasi karena adanya penambahan surfaktan berikutnya, sehingga pada suatu
saat akan tercapai keadaan dimana permukaan antarmuka menjadi jenuh atau
tertutupi oleh surfaktan dan adsorbs surfaktan ke permukaan-permukaan tidak
terjadi lagi. Surfaktan berasar dari kata surface
active agent, yang merupakan senyawa kimia yang dapat mengaktifkan
permukaan suatu zat lain yang sebelumnya tidak dapat berinteraksi dengan
senyawa yang polar dan juga non polar. Kutub polar dari surfaktan ini dapat
berinteraksi dengan air sehingga bersifat hidrofil (Atkins, 1997).
Fenomena yang sering dijumpai dikehidupan
sehari-hari salah satunya yaitu pada detergen. Detergen dapat membersihkan
bahan seperti minyak kotoran atau lemak yang tidak dapat air bersihkan.
Detergen dapat membantu membrsihkan suatu benda yang kotor dengan menurunkan
tegangan permukaan air. Surfaktan dapat meurunkan tegangan permukaan sehinga
memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci
terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air (Effendi, 2003).
Sifat fisik yang terjadi pada misel seperti tekanan
osmosis, turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Percobaan kali ini
akan menguji konduktivitas larutan SDS sebagai surfaktan. Percobaan ini
dilakukan pada variasi konsentrasi pada berbagai temperatur (Sukardjo, 1997).
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimana cara menentukan
konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air?
2.
Bagaimana cara menentukan
harga entalpi konsentrasi kritis misel?
1.3
Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan
konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air
2.
Menentukan harga
entalpi konsentrasi kritis misel
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades meupakan distilat cair dari distilasi air
sehingga tidak terkandung mineral didalamnya. Akuades memiliki berat molekul
sebesar 18,0153 g/mol yang berwujud cair dalam keadaan ruang dan mendidih pada
suhu 100℃. Akuades tidak berbahaya jika terjadi suatu tumpahan ataupun kontak
dengan tubuh sehingga tidak memerlukan penyimpana dan penanganan khusus (Sciencelab,2018).
2.1.2 Sodium Dodesil Sulfat (SDS)
Sodium dodesil sulfat atau yang
biasa disebut SDS merupakan bahan berwujud cair yang tidak berwarna dan jernih.
Derajat keasaman bahan ini pada suhu 25℃ yaitu sekitar 5-8. Titik didih
terendah yang diketahui yaitu 100℃. Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan
air panas. Bahan ini sedikit reaktif dengan agen pengoksidasi. SDS termasuk
bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi, kemerahan dan sakit jika terkena
mata langsung kontak kulit dapat menyebabkan iritasi kulit atau alergi.
Pertolongan ertama jika terkena mata basuh dengan air selama kurang lebih 15
menit. Bahan ini merupakan bahan yang stabil dan higroskopis, bahan ini perlu
disimpan ditempat yang kering dan sejuk didalam wadah (Sciencelab, 2018).
2.2 Dasar
Teori
Surfaktan adalah molekul amfifilik yang mempunyai
sifat hidrofobik dan hidrofilik. Molekul surfaktan secara umum mempunyai ekor
yang berupa rantai hidrokarbon panjang yang larut dalam hidrokarbon dan pelarut
non polar lainnya, dan kepala hidrofilik yang larut dalam pelarut polar seperti
air. Bahan yang memiliki karakter seperti ini salah satunya adalah Sodium
Dodesil Sulfat (SDS). Zat pengaktif permukaan (surfaktan) dalam larutan encer
bersifat sebagai zat terlarut normal. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
atau larutan pekat akan terjadi perubahan mendadak pada bebrapa sifat fisik
seperti tekanan osmotic, turbiditas, daya hantas listrik dan tegangan muka.
Surfaktan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka dua fase seperti hidrofil
dan hidrofob. Surfaktan berakumulasi pada antarmuka dan mengubah tegangan
permukaan. Sifat khas yang dimilki surfaktan salah satunya adalah pembentukan
misel. (Atkins, 1997).
Misel merupakan
koloid sabun asam organic yang molekulnya mempunyai ujung hidrofobik
(tidak larut dalam air) dan ujung hidrofilik (larut dalam air). Kehadiran misel
mungkin akan meningkatkan kelarutan hidrokarbon dalam air dengan bertindak
sebagai penghubung antara radikal OH pada ujung hidrofilik dan molekul
hidrokarbon pada ujung hidrofobik. Prinsip mengenai sabun digunakan untuk
meningkatkan hidrokarbon. Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis
besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder,
dan bilayer. Misel adalah struktur bulat dengan diameter sekitar 5 nm yang
terbentuk dari monomer-monomer surfaktan. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi
dari geometri molekular dari molekul
surfaktan tersebut dan kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan,
temperature, pH, dan kekuatan ionic. Proses pembentukan misel disebut miselisasi
(Selley, 1985).
Teori misel laminar memperkirakan bahwa molekul
surfakan terkumpul dalam bentuk double
layer dengan bagian kepala menghadap keluar. Teori misel laminar didukung
dengan kenyataan bila berkas sinar x yang monokromatis dilewatkan melalui
lapisan tipis dari larutan sabun akan terjadi difraksi. Interpretasi melalui
persamaan Bragg menghasilkan bentul laminar sesuai dengan yang diharapkan.
Misel bentuk laminar pada umumnya
terjadi pada konsentrasi tinggi yang lebih tinggi dari konsentrasi kritis
misel. Misel-misel tidak dianggap sebagi partikel padat. Harkin menganggap
bahwa bentuk silindris juga mungkin ada. Berikut adalah bentuk misel (Shaw,
1980).
Gambar 2.1 Misel
Sperik dan Laminer (Sumber : Shaw, 1980)
Gugus hidrofilik pada sabun memiliki afinitas yang
sangat kuat pada medium air, sedangkan gugus hidrofobik bergabung dengan gugus
hidrofobik dari molekul sabun lain membentuk agregat yang dinamakan misel.
Misel-mosel ini dapat terdiri dari seratus molekul. Gugus-gugus hidrofonik
molekul sabun baru akan membentuk misel apabila telah mencapai konsentrasi
tertentu, pada sabun konsentrasi ini berkisar antara 10-2 dan 10-4
mol perliter (Bird, 1993).
Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan yaitu
dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi surfaktan (sabun) yang mengalami
adopsi pada antarmuka bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan.
Titik dimana baik antarmuka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer
keadaan inilah disebut kkm, jika surfakta terus bertambah lagi higga
berlebihan, maka merea akan beragregasi terus membentuk misel. Miselisasi 1 mol
zat dapat ditemtuka dengan persamaan berikut ini.
ΔGo =
(2.1)
ΔGo = -(RT/m) ln (C.x/m) + RT ln [c(1-x)] (2.2)
Pada saat kkm x
= 0 dan ΔGo =
RT ln (kkm)
Sehingga:
ΔSo =
(2.3)
ΔHo = ΔGo + TΔSo, ΔGo = 0
= [-RT2 d ln
(kkm)]/dt (2.4)
Integralkan
persamaan 2.4, sehingga diperoleh
ln(kkm) =
konst
(2.5)
(Tim Penyusun,
2018).
Kesetimbangan diantara molekul-molekul atau ion-ion
dari misel yang tdak berikatan berlaku hokum aksi massa, dimana C merupakan
konsentrasi stoikiometri larutan, x merupakan fraksi satuan monomer, m
merupakan jumlah satuan monomer per misel. X menjadi semakin kecil pada nilai C
tertentu da sesudah itu naik dengan tepat. Penentuan entalpinya didapat dengan
cara membuat grafik in (kkm) terhadap 1/T, sehingga diperoleh harga ΔHo/R sebagi slopenya (Bird, 1993).
Termodinamika pembentukan misel menunjukkan bahwa entalpi
pembentukannya dalam system air mungkin positif (endotermik). Kkm menunjukkan
bahwa perubahan entropi yang menyertai pembentukkan pati positif pada
temperature kamar. perubahan entalpi (entropi) yang positif walaupun molekul
itu berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi dan molekul
akan lebih bebas bergerak setelah molekul terlarut terkumpul menjadi kumpulan
kecil. Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik mendadak
pada daerah pengemulsi yang akan melarutkan senyaw asecara normal tidak larut
dalam pelarut yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies yang tidak mudah
larut dapat dimasukkan kedalam inti misel dimana spesises tersebut terlarut
didalam sebagian besar pelarut oleh kebalikan kepala gugus yang berinteraksi
dengan baik pada spesises pelarut (Sukardjo, 2004).
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk
menentukan daya hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu
larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan.
Konduktometer memiliki kegunaan lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam larutan. Prinsip kerja konduktometer
yaitu larutan dengan konsentrasi dan suhu tertentu akan dimasuki elektroda
sehingga elektroda akan menerima rangsang dari ion-ion yang menempel atau
menyentuhnya lalu hasilnya diproses dan dilanjutkan pada aoutputnya berupa
angka. Konsentrasi misel semakin banyak dalam larutan maka semakin besar nilai
daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh
konduktor. Suhu suatu larutan yang semakin tinggi akan menyebabkan nilai daya
hantar semakin besar. Hal ini disebabkan saat suatu partikel berada pada
lingkungan yang memiliki suhu yang tinggi maka partikel dalam larutan tersebut
secara tidak langsung akan mendapatkan tambahan energi dari luar dan energy
kinetic partikel tersebut semakin besar. Energi kinetic yang semakin besar
menyebabkan semakin sering konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan
(Sukardjo, 1997).
Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, tetapi
ketika surfaktan dilarutkan ke dalam air maka tegangan perumkaan dari larutan
itu akan turun sampai tercapainya suatu konsentrasi. Konsentrasi dimana
tegangan permukaan turun disebut konsentrasi kritis misel. Konsentrasi kritis
misel (kkm) dapat ditentukan dari ketika sejumlah kecil dari surfakatan
ditambahkan ke dalam air , ion-ion surfaktan atau molekul-molekul pada
surfaktan terorientasi pada gugus hidrofil ke dalam air dan gugus hidrofob
(menjauhi air). Surfaktan dapat dilarutkan dalam minyak maka gugus hidrofob
akan ikut dengan minyak dan gugus hidrofil mejauhi minyak. Larutan menjadi
jenuh dalam keadaan normal, tetapi pada kebanyakan surfakta, apabila dilarutkan
pada cairan maka akan membentuk misel. Misel adalah kumpulan anion surfaktan
atau molekul surfaktan yang berkumpul menjadi satu bentuk, dengan gugus
hidrofil diluar dan terikat pada air sedangkan gugus hidrofob berada didalam
untuk membentuk globulan-globulan minyak. Zat terlarut pada cairan dapat
menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan bergantung sifar zat terlarutnya.
Penurunan tegangan permukaann oleh sabun menyebabkan perkuasan film air dengan
pembentukkan gelembung atau busa (Yazid, E., 2005).
BAB 3.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Labu ukur
-
Hot plate stirer
-
Gelas ukur
-
Pipet volume
-
Pipet tetes
-
Beaker glass
-
Ball
pipet
-
Termometer
-
Neraca
-
Konduktometer
-
Batang pengaduk
-
Botol semprot
-
Waterbath
3.1.2 Bahan
-
Akuades (H2O)
-
Sodium Dodesil
Sulfat (NaC12H25SO4)
3.2 Diagram
Kerja
Surfaktan
|
-
dilarutkan sebanyak 1 gram dalam 250 mL akuades
pada hot plate stirer
-
diambil
dari larutan tersebut sebanyak 40,0 mL, 42,0 mL, 44,0 mL, 46,0 mL dan 48,0
mL, kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda
batas
-
diambil masing-masing
hasil pengenceran sebanyak 20 mL
-
diukur daya
hantar masing-masing larutan pada temperatur kamar (dicek suhu saat
pengukuran)
-
diulangi
pengukuran daya hantar pada temperatur 35℃, 40℃, 45℃, dan 50℃
|
Hasil
|
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
Hasil Penentuan Konduktivitas Surfaktan
Volume (L)
|
Konsentrasi(M)
|
Konduktivitas
|
|||||
Larutan induk
|
Pengenceran
|
301 K
|
308 K
|
313 K
|
318 K
|
323 K
|
|
0,040
|
1,424 x 10-2
|
5,69 x 10-2
|
1,93
|
2,12
|
4,20
|
4,48
|
2,53
|
0,042
|
5,98 x 10-2
|
2,1
|
2,33
|
4,22
|
4,63
|
2,67
|
|
0,044
|
6,26 x 10-2
|
2,21
|
2,35
|
4,36
|
4,75
|
4,55
|
|
0,046
|
6,55 x 10-2
|
2,3
|
2,47
|
4,62
|
5,12
|
4,74
|
|
0,048
|
6,83
x 10-2
|
2,41
|
2,57
|
4,80
|
5,29
|
6,97
|
4.1.2 Tabel Hasil Penentuan Entalpi Surfaktan
Suhu (K)
|
1/T (K-1)
|
kkm
|
ln kkm
|
ΔHo (J)
|
301
|
3,32 x 10-3
|
6,17
|
-5,088
|
-4140,21
|
308
|
3,25 x 10-3
|
4,76
|
-5,347
|
|
313
|
3,19 x 10-3
|
6,19
|
-5,084
|
|
318
|
3,14 x 10-3
|
6,2
|
-5,083
|
|
323
|
3,09 x 10-3
|
6,31
|
-5,065
|
4.2 Pembahasan
Percobaan
kali ini membahas mengenai konsentrasi kritis misel. Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan SDS pada pelarut air dan
menentukan harga entalpinya. Konsentrasi kritis misel merupakan konsentrasi
pada saat misel mulai terbentuk. Proses terbentuknya misel yaitu berada dibawah
konsentrasi misel, konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar
permukaan bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan, akhirnya
tercapai suatu titik dimana antarmuka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan
monomer. Keaadan inilah yang disebut konsentrasi kritis misel. Surfaktan yang
terus ditambah lagi hingga berlebihan, maka surfaktan akan beragregasi terus
membentuk misel. Gugus polar (hidrofilik) dan gugus non-polar (hidrofobik)
dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari larutan polar dan non-polar.
Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan yang bekerja menurunkan tegangan
permukaan pada cairan. Sifat dari surfaktan ini diperoleh dari sifat ganda yang
dimiliki molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif,
maupun netral. Bagian polar mempunyai gugus hidroksil, sementara bagian
non-polar biasanya berupa rantai alkil panjang.
Konsentrasi
awal surfaktan SDS yang digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 1,424
10-2
M pada 250 mL akuades. Larutan induk kemudian diencerkan menjadi 100 mL dengan
mengambil berbagai volume yang berbeda yaitu 40 mL, 42 mL, 44 mL, 46 mL dan 48
mL sehingga diperoleh konsentrasi tiap larutan berturut-turut 5,69 x 10-2 M;
5,98 x 10-2 M; 6,26 x 10-2 M; 6,55 x 10-2 M; dan 6,83 x 10-2 M.
Pembuatan larutan dengan konsentrasi berbeda bertujuan untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi pada penentuan konsentrasi kritis misel.
Larutan yang
telah dibuat dalam berbagai variasi konsentrasi kemudian diuji konduktivitasnya
dengan konduktometer, masing-masing pada suhu ruang (28℃), 35℃, 40℃, 45℃, dan
50℃. Konduktometer sebelumnya dikalibrasi dengan mencelupkan konduktometer ke
dalam larutan KCl, kalibrasi ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik
terhadap garam-garam terlarut pada KCl. Dengan demikian, dapat diketahui
kinerja konduktometer tersebut. Uji konduktivitas pada berbagai varian suhu
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap konsentrasi kritis misel. Konsentrasi
kritis misel (kkm) yang diperoleh pada suhu ruang dapat dilihat seperti pada
grafik berikut.
Gambar 4.1 Grafik
Penentuan Ln KKM pada Suhu Ruang
Konsentrasi
kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 35℃ yaitu seperti pada grafik
berikut ini.
Gambar 4.2 Grafik
Penentuan Ln KKM pada Suhu 35℃
Konsentrasi
kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 40℃ yaitu seperti pada grafik
berikut ini.
Gambar 4.3 Grafik
Penentuan Ln KKM pada Suhu 40℃
Konsentrasi
kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 45℃ yaitu seperti pada grafik
berikut ini.
Gambar 4.4 Grafik
Penentuan Ln KKM pada Suhu 45℃
Konsentrasi
kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 50℃ yaitu seperti pada grafik
berikut ini.
Gambar 4.5 Grafik
Penentuan Ln KKM pada Suhu 50℃
Berdasarkan
data dari grafik-grafik diatas dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan sangat
menentukan besarnya konduktivitas larutan. Konsentrasi yang semakin tinggi
menyebabkan semakin tinggi pula konduktivitasnya. Hal ini terjadi karena
gerakan dari larutan SDS memiliki energy kinetic yang besar untuk mencapai
suatu larutan yang bersifat koloid. Tingginya garam-garam yang terlarut
menyebabkan semakin baik pula daya hantar listrik tersebut. Pengaruh suhu pada
percobaan juga dapat diamati dengan membandingkan Gambar 4.1, Gambar 4.2,
Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.1. Berdasarkan grafik-grafik tersebut,
semakin meningkatnya suhu maka konduktivitas larutan juga semakin meningkat,
akibatnya kkm yang diperoleh juga meningkat. Hal ini disebabkan karena suhu
yang semakin tinggi menyebabkan energy kinetic partikel dalam partikel semakin
meningkat sehingga meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan. Menurut Sukardjo (1997), energi kinetic yang semakin besar
menyebabkan semakin sering konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan
sehingga daya hantar listriknya semakin besar.
Nilai entalpi miselisasi pada
percobaan ini diperoleh dengan mengubungkan ln kkm dan 1/T. Nilai entalpi
merupakan slope dari grafik ln kkm
terhadap 1/T, seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.6
Grafik Hubungan Ln KKM dengan 1/T
Nilai entalpi diperoleh sebesar -4140,21
J, yang berarti reaksi berlangsung dengan melepaskan energy sebesar 4140,21 J.
BAB
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
percobaan kali ini yaitu:
1. Konsentrasi
kritis misel diperoleh dengan menentukan konduktivitasnya, semakin tinggi
konsentrasi maka semakin besar konduktivitasnya, dan semakin tinggi suhunya
semakin besar pula konsentrasi kritis misel yang diperoleh.
2. Nilai
entalpi diperoleh dari slope pada
grafik hubungan ln kkm dengan 1/T.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan pada
percobaan kali ini yaitu diharapkan praktikan lebih telitii dan berhati-hati
agar data yang diperoleh pada percobaan memiliki keakuratan yang tinggi. Pemanasan
dilakukan dengan waterbath yang
diatur pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang diinginkan, agar kenaikan
suhu dapat berlangsung lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins.
1997. Kimia Fisik Jilid 1 Edisi IV. Jakarta:
Erlangga
Bird. 1993. Kimia
Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Effendi, Hefni.
2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.
Sciencelab. 2018. Material
Safety Data Sheet Aquadest [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99196565
[Diakses
tanggal 28 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Sodium Dodecyl Sulfate [Serial Online]. https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925004
[Diakses
tanggal 28 Oktober 2018].
Selley, Richard
C. 1999. Unsur Geologi Petroleum. Malaysia:
Universitas Teknologi Malaysia Skudai.
Shaw,
Duncan. 1980. Introduction To Colloid
& Surface Chemistry 3rd Edition. London: Butterworth.
Sukardjo. 1997. Kimia
Fisika. Yogyakarta: Pt. Rhineka Cipta.
Tim
Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Kimia
Termodinamika Kimia. Jember: Universitas Jember
Yazid, Eistein. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedic. Yogyakarta: Penerbit Andi.
LEMBAR
PERHITUNGAN
A. Penentuan
Konsentrasi Larutan Induk
Massa surfaktan (SDS) = 1 gram
Mr SDS = 288 g/mol
Volume = 250 mL = 2,5
10-1
L
Mol SDS =
=
= 3,56
10-3
mol
Molaritas (M1) =
=
= 1,424
10-2
M
B. Pengenceran
·
V1 = 40 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
M2
=
=
= 0,569
10-2
M
·
V1 = 42 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
M2
=
=
= 0,598
10-2
M
·
V1 = 44 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
M2 =
=
= 0,626
10-2
M
·
V1 = 46 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
M2 =
=
= 0,655
10-2
M
·
V1 = 48 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
M2
=
=
= 0,683
10-2
M
C. Penentuan
ln kkm
·
Suhu 28
y1 = 350,64x + 0,0112
y2 = 491,79x – 0,8598
y1 = y2
350,64x + 0,0112 = 491,79x – 0,8598
-141,15x = -0,871
x = 0,00617
ln kkm = ln x
= ln 0,0617 = -5,088
·
Suhu 35
y1 = 386,13x – 0,0645
y2 = 405,42x – 0,1564
y1 = y2
386,13x – 0,0645 = 405,42x – 0,1564
-19,29x = -0,0919
x = 0,00476
ln kkm = ln 0,00476 = -5,347
·
Suhu 40
y1 = 772,67x – 0,4651
y2 = 279,44x + 2,5899
y1 = y2
772,67x – 0,4651 = 279,44x + 2,5899
493,23x = 3,055
x = 0,00619
ln kkm = ln 0,00619 = -5,084
·
Suhu 45
y1 = 949,32x – 1,1616
y2 = 473,94x + 1,7874
y1 = y2
949,32x – 1,1616 = 473,94x + 1,7874
475,38x = 2,949
x = 0,00620
ln kkm = ln 0,00620 = -5,083
· Suhu
50
y1 = 4224,3x – 22,235
y2 = 3525,6x – 17,822
y1 = y2
4224,3x
– 22,235 = 3525,6x – 17,822
698,7x
= 4,413
x = 0,00631
ln kkm = ln 0,0631 = -5,065
·
Hubungan Grafik In kkm dengan 1/T
ln kkm
|
1/T
(K)
|
-5,088
|
0,00332
|
-5,347
|
0,00325
|
-5,084
|
0,00319
|
-5,083
|
0,00314
|
-5,065
|
0,00309
|
D. Penentuan
H
miselisasi
y
= -497,98x – 3,5409
m = -497,98
R = 8,314 J
H
=
m
R
= -497,98
8,314 J
= -4140,21 J
Semoga bermanfaat :)
ReplyDelete