Skip to main content

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA KONSENTRASI KRITIS MISEL



KONSENTRASI KRITIS MISEL
LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA







Disusun Oleh :
Nama                        : Erna Rosinawati N.
NIM                          : 171810301043
Kelompok                 : 2
Asisten                      : Nurul Zahro’ul Vikriya









LABORATORIUM KIMIA FISIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Misel adalah molekul-molekul sufaktan yang mulai berasosiasi karena adanya penambahan surfaktan berikutnya, sehingga pada suatu saat akan tercapai keadaan dimana permukaan antarmuka menjadi jenuh atau tertutupi oleh surfaktan dan adsorbs surfaktan ke permukaan-permukaan tidak terjadi lagi. Surfaktan berasar dari kata surface active agent, yang merupakan senyawa kimia yang dapat mengaktifkan permukaan suatu zat lain yang sebelumnya tidak dapat berinteraksi dengan senyawa yang polar dan juga non polar. Kutub polar dari surfaktan ini dapat berinteraksi dengan air sehingga bersifat hidrofil (Atkins, 1997).
Fenomena yang sering dijumpai dikehidupan sehari-hari salah satunya yaitu pada detergen. Detergen dapat membersihkan bahan seperti minyak kotoran atau lemak yang tidak dapat air bersihkan. Detergen dapat membantu membrsihkan suatu benda yang kotor dengan menurunkan tegangan permukaan air. Surfaktan dapat meurunkan tegangan permukaan sehinga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air (Effendi, 2003).
Sifat fisik yang terjadi pada misel seperti tekanan osmosis, turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Percobaan kali ini akan menguji konduktivitas larutan SDS sebagai surfaktan. Percobaan ini dilakukan pada variasi konsentrasi pada berbagai temperatur (Sukardjo, 1997).

1.2         Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana cara menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air?
2.      Bagaimana cara menentukan harga entalpi konsentrasi kritis misel?



1.3         Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.      Menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan pada pelarut air
2.      Menentukan harga entalpi konsentrasi kritis misel

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1  Akuades (H2O)
Akuades meupakan distilat cair dari distilasi air sehingga tidak terkandung mineral didalamnya. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,0153 g/mol yang berwujud cair dalam keadaan ruang dan mendidih pada suhu 100℃. Akuades tidak berbahaya jika terjadi suatu tumpahan ataupun kontak dengan tubuh sehingga tidak memerlukan penyimpana dan penanganan khusus (Sciencelab,2018).

2.1.2  Sodium Dodesil Sulfat (SDS)
            Sodium dodesil sulfat atau yang biasa disebut SDS merupakan bahan berwujud cair yang tidak berwarna dan jernih. Derajat keasaman bahan ini pada suhu 25℃ yaitu sekitar 5-8. Titik didih terendah yang diketahui yaitu 100℃. Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan air panas. Bahan ini sedikit reaktif dengan agen pengoksidasi. SDS termasuk bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi, kemerahan dan sakit jika terkena mata langsung kontak kulit dapat menyebabkan iritasi kulit atau alergi. Pertolongan ertama jika terkena mata basuh dengan air selama kurang lebih 15 menit. Bahan ini merupakan bahan yang stabil dan higroskopis, bahan ini perlu disimpan ditempat yang kering dan sejuk didalam wadah (Sciencelab, 2018).

2.2     Dasar Teori
Surfaktan adalah molekul amfifilik yang mempunyai sifat hidrofobik dan hidrofilik. Molekul surfaktan secara umum mempunyai ekor yang berupa rantai hidrokarbon panjang yang larut dalam hidrokarbon dan pelarut non polar lainnya, dan kepala hidrofilik yang larut dalam pelarut polar seperti air. Bahan yang memiliki karakter seperti ini salah satunya adalah Sodium Dodesil Sulfat (SDS). Zat pengaktif permukaan (surfaktan) dalam larutan encer bersifat sebagai zat terlarut normal. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi atau larutan pekat akan terjadi perubahan mendadak pada bebrapa sifat fisik seperti tekanan osmotic, turbiditas, daya hantas listrik dan tegangan muka. Surfaktan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka dua fase seperti hidrofil dan hidrofob. Surfaktan berakumulasi pada antarmuka dan mengubah tegangan permukaan. Sifat khas yang dimilki surfaktan salah satunya adalah pembentukan misel. (Atkins, 1997).
Misel merupakan  koloid sabun asam organic yang molekulnya mempunyai ujung hidrofobik (tidak larut dalam air) dan ujung hidrofilik (larut dalam air). Kehadiran misel mungkin akan meningkatkan kelarutan hidrokarbon dalam air dengan bertindak sebagai penghubung antara radikal OH pada ujung hidrofilik dan molekul hidrokarbon pada ujung hidrofobik. Prinsip mengenai sabun digunakan untuk meningkatkan hidrokarbon. Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris, akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Misel adalah struktur bulat dengan diameter sekitar 5 nm yang terbentuk dari monomer-monomer surfaktan. Bentuk dan ukuran misel merupakan fungsi dari geometri molekular  dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan seperti konsentrasi surfaktan, temperature, pH, dan kekuatan ionic. Proses pembentukan misel disebut miselisasi (Selley, 1985).
Teori misel laminar memperkirakan bahwa molekul surfakan terkumpul dalam bentuk double layer dengan bagian kepala menghadap keluar. Teori misel laminar didukung dengan kenyataan bila berkas sinar x yang monokromatis dilewatkan melalui lapisan tipis dari larutan sabun akan terjadi difraksi. Interpretasi melalui persamaan Bragg menghasilkan bentul laminar sesuai dengan yang diharapkan. Misel  bentuk laminar pada umumnya terjadi pada konsentrasi tinggi yang lebih tinggi dari konsentrasi kritis misel. Misel-misel tidak dianggap sebagi partikel padat. Harkin menganggap bahwa bentuk silindris juga mungkin ada. Berikut adalah bentuk misel (Shaw, 1980).
Gambar 2.1 Misel Sperik dan Laminer (Sumber : Shaw, 1980)
Gugus hidrofilik pada sabun memiliki afinitas yang sangat kuat pada medium air, sedangkan gugus hidrofobik bergabung dengan gugus hidrofobik dari molekul sabun lain membentuk agregat yang dinamakan misel. Misel-mosel ini dapat terdiri dari seratus molekul. Gugus-gugus hidrofonik molekul sabun baru akan membentuk misel apabila telah mencapai konsentrasi tertentu, pada sabun konsentrasi ini berkisar antara 10-2 dan 10-4 mol perliter (Bird, 1993).
Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan yaitu dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi surfaktan (sabun) yang mengalami adopsi pada antarmuka bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Titik dimana baik antarmuka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer keadaan inilah disebut kkm, jika surfakta terus bertambah lagi higga berlebihan, maka merea akan beragregasi terus membentuk misel. Miselisasi 1 mol zat dapat ditemtuka dengan persamaan berikut ini.
ΔGo =                                                    (2.1)
ΔGo = -(RT/m) ln (C.x/m) + RT ln [c(1-x)]                    (2.2)
Pada saat kkm x = 0 dan ΔGo = RT ln (kkm)
Sehingga:
ΔSo =                                         (2.3)
ΔHo = ΔGo + TΔSo, ΔGo = 0
= [-RT2 d ln (kkm)]/dt                                               (2.4)
Integralkan persamaan 2.4, sehingga diperoleh
ln(kkm) =  konst                                                      (2.5)
(Tim Penyusun, 2018).
Kesetimbangan diantara molekul-molekul atau ion-ion dari misel yang tdak berikatan berlaku hokum aksi massa, dimana C merupakan konsentrasi stoikiometri larutan, x merupakan fraksi satuan monomer, m merupakan jumlah satuan monomer per misel. X menjadi semakin kecil pada nilai C tertentu da sesudah itu naik dengan tepat. Penentuan entalpinya didapat dengan cara membuat grafik in (kkm) terhadap 1/T, sehingga diperoleh harga ΔHo/R sebagi slopenya (Bird, 1993).
Termodinamika pembentukan misel menunjukkan bahwa entalpi pembentukannya dalam system air mungkin positif (endotermik). Kkm menunjukkan bahwa perubahan entropi yang menyertai pembentukkan pati positif pada temperature kamar. perubahan entalpi (entropi) yang positif walaupun molekul itu berkumpul menunjukkan adanya kontribusi pelarut pada entropi dan molekul akan lebih bebas bergerak setelah molekul terlarut terkumpul menjadi kumpulan kecil. Larutan surfaktan dalam air menunjukkan perubahan sifat fisik mendadak pada daerah pengemulsi yang akan melarutkan senyaw asecara normal tidak larut dalam pelarut yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies yang tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti misel dimana spesises tersebut terlarut didalam sebagian besar pelarut oleh kebalikan kepala gugus yang berinteraksi dengan baik pada spesises pelarut (Sukardjo, 2004).
Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Konduktometer memiliki kegunaan lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam larutan. Prinsip kerja konduktometer yaitu larutan dengan konsentrasi dan suhu tertentu akan dimasuki elektroda sehingga elektroda akan menerima rangsang dari ion-ion yang menempel atau menyentuhnya lalu hasilnya diproses dan dilanjutkan pada aoutputnya berupa angka. Konsentrasi misel semakin banyak dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor. Suhu suatu larutan yang semakin tinggi akan menyebabkan nilai daya hantar semakin besar. Hal ini disebabkan saat suatu partikel berada pada lingkungan yang memiliki suhu yang tinggi maka partikel dalam larutan tersebut secara tidak langsung akan mendapatkan tambahan energi dari luar dan energy kinetic partikel tersebut semakin besar. Energi kinetic yang semakin besar menyebabkan semakin sering konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan (Sukardjo, 1997).
Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, tetapi ketika surfaktan dilarutkan ke dalam air maka tegangan perumkaan dari larutan itu akan turun sampai tercapainya suatu konsentrasi. Konsentrasi dimana tegangan permukaan turun disebut konsentrasi kritis misel. Konsentrasi kritis misel (kkm) dapat ditentukan dari ketika sejumlah kecil dari surfakatan ditambahkan ke dalam air , ion-ion surfaktan atau molekul-molekul pada surfaktan terorientasi pada gugus hidrofil ke dalam air dan gugus hidrofob (menjauhi air). Surfaktan dapat dilarutkan dalam minyak maka gugus hidrofob akan ikut dengan minyak dan gugus hidrofil mejauhi minyak. Larutan menjadi jenuh dalam keadaan normal, tetapi pada kebanyakan surfakta, apabila dilarutkan pada cairan maka akan membentuk misel. Misel adalah kumpulan anion surfaktan atau molekul surfaktan yang berkumpul menjadi satu bentuk, dengan gugus hidrofil diluar dan terikat pada air sedangkan gugus hidrofob berada didalam untuk membentuk globulan-globulan minyak. Zat terlarut pada cairan dapat menaikkan atau menurunkan tegangan permukaan bergantung sifar zat terlarutnya. Penurunan tegangan permukaann oleh sabun menyebabkan perkuasan film air dengan pembentukkan gelembung atau busa (Yazid, E., 2005).



BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1     Alat dan Bahan
3.1.1  Alat
-        Labu ukur
-        Hot plate stirer
-        Gelas ukur
-        Pipet volume
-        Pipet tetes
-        Beaker glass
-        Ball pipet
-        Termometer
-        Neraca
-        Konduktometer
-        Batang pengaduk
-        Botol semprot
-        Waterbath

3.1.2  Bahan
-        Akuades (H2O)
-        Sodium Dodesil Sulfat (NaC12H25SO4)



3.2     Diagram Kerja
Surfaktan
-        dilarutkan sebanyak 1 gram dalam 250 mL akuades pada hot plate stirer
-        diambil dari larutan tersebut sebanyak 40,0 mL, 42,0 mL, 44,0 mL, 46,0 mL dan 48,0 mL, kemudian diencerkan dalam labu ukur 100 mL dengan akuades sampai tanda batas
-        diambil masing-masing hasil pengenceran sebanyak 20 mL
-        diukur daya hantar masing-masing larutan pada temperatur kamar (dicek suhu saat pengukuran)
-        diulangi pengukuran daya hantar pada temperatur 35℃, 40℃, 45℃, dan 50℃
Hasil
 


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
4.1.1    Tabel Hasil Penentuan Konduktivitas Surfaktan
Volume (L)
Konsentrasi(M)
Konduktivitas
Larutan induk
Pengenceran
301 K
308 K
313 K
318 K
323 K
0,040
1,424 x 10-2
5,69 x 10-2
1,93
2,12
4,20
4,48
2,53
0,042
5,98 x 10-2
2,1
2,33
4,22
4,63
2,67
0,044
6,26 x 10-2
2,21
2,35
4,36
4,75
4,55
0,046
6,55 x 10-2
2,3
2,47
4,62
5,12
4,74
0,048
6,83 x 10-2
2,41
2,57
4,80
5,29
6,97

4.1.2    Tabel Hasil Penentuan Entalpi Surfaktan
Suhu (K)
1/T (K-1)
kkm
ln kkm
ΔHo (J)
301
3,32 x 10-3
6,17
-5,088
-4140,21
308
3,25 x 10-3
4,76
-5,347
313
3,19 x 10-3
6,19
-5,084
318
3,14 x 10-3
6,2
-5,083
323
3,09 x 10-3
6,31
-5,065

4.2       Pembahasan
            Percobaan kali ini membahas mengenai konsentrasi kritis misel. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi kritis misel surfaktan SDS pada pelarut air dan menentukan harga entalpinya. Konsentrasi kritis misel merupakan konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk. Proses terbentuknya misel yaitu berada dibawah konsentrasi misel, konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar permukaan bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan, akhirnya tercapai suatu titik dimana antarmuka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer. Keaadan inilah yang disebut konsentrasi kritis misel. Surfaktan yang terus ditambah lagi hingga berlebihan, maka surfaktan akan beragregasi terus membentuk misel. Gugus polar (hidrofilik) dan gugus non-polar (hidrofobik) dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari larutan polar dan non-polar. Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan yang bekerja menurunkan tegangan permukaan pada cairan. Sifat dari surfaktan ini diperoleh dari sifat ganda yang dimiliki molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif, maupun netral. Bagian polar mempunyai gugus hidroksil, sementara bagian non-polar biasanya berupa rantai alkil panjang.
            Konsentrasi awal surfaktan SDS yang digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 1,424  10-2 M pada 250 mL akuades. Larutan induk kemudian diencerkan menjadi 100 mL dengan mengambil berbagai volume yang berbeda yaitu 40 mL, 42 mL, 44 mL, 46 mL dan 48 mL sehingga diperoleh konsentrasi tiap larutan berturut-turut 5,69 x 10-2 M; 5,98 x 10-2 M; 6,26 x 10-2 M;  6,55 x 10-2 M; dan  6,83 x 10-2 M. Pembuatan larutan dengan konsentrasi berbeda bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pada penentuan konsentrasi kritis misel.
            Larutan yang telah dibuat dalam berbagai variasi konsentrasi kemudian diuji konduktivitasnya dengan konduktometer, masing-masing pada suhu ruang (28℃), 35℃, 40℃, 45℃, dan 50℃. Konduktometer sebelumnya dikalibrasi dengan mencelupkan konduktometer ke dalam larutan KCl, kalibrasi ini bertujuan untuk mengetahui daya hantar listrik terhadap garam-garam terlarut pada KCl. Dengan demikian, dapat diketahui kinerja konduktometer tersebut. Uji konduktivitas pada berbagai varian suhu bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap konsentrasi kritis misel. Konsentrasi kritis misel (kkm) yang diperoleh pada suhu ruang dapat dilihat seperti pada grafik berikut.
Gambar 4.1 Grafik Penentuan Ln KKM pada Suhu Ruang
Konsentrasi kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 35℃ yaitu seperti pada grafik berikut ini.
Gambar 4.2 Grafik Penentuan Ln KKM pada Suhu 35℃
Konsentrasi kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 40℃ yaitu seperti pada grafik berikut ini.
Gambar 4.3 Grafik Penentuan Ln KKM pada Suhu 40℃
Konsentrasi kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 45℃ yaitu seperti pada grafik berikut ini.
Gambar 4.4 Grafik Penentuan Ln KKM pada Suhu 45℃
Konsentrasi kritis misel yang diperoleh pada saat suhu 50℃ yaitu seperti pada grafik berikut ini.
Gambar 4.5 Grafik Penentuan Ln KKM pada Suhu 50℃
            Berdasarkan data dari grafik-grafik diatas dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan sangat menentukan besarnya konduktivitas larutan. Konsentrasi yang semakin tinggi menyebabkan semakin tinggi pula konduktivitasnya. Hal ini terjadi karena gerakan dari larutan SDS memiliki energy kinetic yang besar untuk mencapai suatu larutan yang bersifat koloid. Tingginya garam-garam yang terlarut menyebabkan semakin baik pula daya hantar listrik tersebut. Pengaruh suhu pada percobaan juga dapat diamati dengan membandingkan Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.1. Berdasarkan grafik-grafik tersebut, semakin meningkatnya suhu maka konduktivitas larutan juga semakin meningkat, akibatnya kkm yang diperoleh juga meningkat. Hal ini disebabkan karena suhu yang semakin tinggi menyebabkan energy kinetic partikel dalam partikel semakin meningkat sehingga meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan. Menurut Sukardjo (1997), energi kinetic yang semakin besar menyebabkan semakin sering konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan sehingga daya hantar listriknya semakin besar.
            Nilai entalpi miselisasi pada percobaan ini diperoleh dengan mengubungkan ln kkm dan 1/T. Nilai entalpi merupakan slope dari grafik ln kkm terhadap 1/T, seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Ln KKM dengan 1/T
Nilai entalpi diperoleh sebesar -4140,21 J, yang berarti reaksi berlangsung dengan melepaskan energy sebesar 4140,21 J.



BAB 5. PENUTUP
5.1       Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan kali ini yaitu:
1.      Konsentrasi kritis misel diperoleh dengan menentukan konduktivitasnya, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar konduktivitasnya, dan semakin tinggi suhunya semakin besar pula konsentrasi kritis misel yang diperoleh.
2.      Nilai entalpi diperoleh dari slope pada grafik hubungan ln kkm dengan 1/T.

5.2       Saran
            Saran yang dapat disampaikan pada percobaan kali ini yaitu diharapkan praktikan lebih telitii dan berhati-hati agar data yang diperoleh pada percobaan memiliki keakuratan yang tinggi. Pemanasan dilakukan dengan waterbath yang diatur pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang diinginkan, agar kenaikan suhu dapat berlangsung lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins. 1997. Kimia Fisik Jilid 1 Edisi IV. Jakarta: Erlangga
Bird. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Jakarta: Kanisius.
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Aquadest [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99196565
[Diakses tanggal 28 Oktober 2018].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Sodium Dodecyl Sulfate [Serial Online]. https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925004
[Diakses tanggal 28 Oktober 2018].
Selley, Richard C. 1999. Unsur Geologi Petroleum. Malaysia: Universitas Teknologi Malaysia Skudai.
Shaw, Duncan. 1980. Introduction To Colloid & Surface Chemistry 3rd Edition. London: Butterworth.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta: Pt. Rhineka Cipta.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Termodinamika Kimia. Jember: Universitas Jember
Yazid, Eistein. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedic. Yogyakarta: Penerbit Andi.



LEMBAR PERHITUNGAN
A.    Penentuan Konsentrasi Larutan Induk
Massa surfaktan (SDS) = 1 gram
Mr SDS = 288 g/mol
Volume = 250 mL = 2,5  10-1 L
Mol SDS =
                =
                = 3,56  10-3 mol
Molaritas (M1) =
                        =
                        = 1,424  10-2 M
B.     Pengenceran
·         V1 = 40 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
    M2 =
          =
          = 0,569  10-2 M
·         V1 = 42 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
    M2 =
          =
          = 0,598  10-2 M

·         V1 = 44 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
    M2 =
          =
          = 0,626  10-2 M

·         V1 = 46 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
    M2 =
          =
          = 0,655  10-2 M
·         V1 = 48 mL
V2 = 100 mL
V1M1 = V2M2
    M2 =
          =
          = 0,683  10-2 M

C.     Penentuan ln kkm
·           Suhu 28
y1 = 350,64x + 0,0112
y2 = 491,79x – 0,8598
y1 = y2
350,64x + 0,0112 = 491,79x – 0,8598
                          -141,15x = -0,871
                                      x = 0,00617
                            ln kkm = ln x
                                        = ln 0,0617 = -5,088          
             
·           Suhu 35
y1 = 386,13x – 0,0645
y2 = 405,42x – 0,1564
     y1 = y2
386,13x – 0,0645 = 405,42x – 0,1564
                     -19,29x = -0,0919
                                x = 0,00476
                        ln kkm = ln 0,00476 = -5,347
·         Suhu 40
y1 = 772,67x – 0,4651
y2 = 279,44x + 2,5899
     y1 = y2
772,67x – 0,4651 = 279,44x + 2,5899
                     493,23x = 3,055
                                x = 0,00619
                        ln kkm = ln 0,00619 = -5,084
·           Suhu 45
y1 = 949,32x – 1,1616
y2 = 473,94x + 1,7874
     y1 = y2
949,32x – 1,1616 = 473,94x + 1,7874
                     475,38x = 2,949
                                x = 0,00620
                        ln kkm = ln 0,00620 = -5,083
·      Suhu 50
    y1 = 4224,3x – 22,235
    y2 = 3525,6x – 17,822
                         y1 = y2
4224,3x – 22,235 = 3525,6x – 17,822
    698,7x  = 4,413
 x = 0,00631
    ln kkm = ln 0,0631 = -5,065
·         Hubungan Grafik In kkm dengan 1/T
    ln kkm
1/T (K)
-5,088
0,00332
-5,347
0,00325
-5,084
0,00319
-5,083
0,00314
-5,065
0,00309

D.    Penentuan H   miselisasi
y = -497,98x – 3,5409
   m = -497,98
    R = 8,314 J
   H  = m  R
           = -497,98  8,314 J
           = -4140,21 J


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI Tujuan Percobaan : 1.       Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk identifikasi senyawa organik 2.       Mempelajari Uji Kimia identifikasi gugus fungsional senyawa organik Pendahuluan Senyawa di alam begitu banyak dan melimpah, saat ini diperkirakan sudah mencapai jutaan dan akan terus bertambah dengan hadirnya senyawa-senyawa baru hasil sintesis para ahli kimia organik. Senyawa organik merupakan senyawa yang paling banyak dibandingkan dengan senyawa lain. Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor ( Riswiyanto,2009). Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa organik yang mengandung karbon dan hidrogen yang dapat di bedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana di golongkan sebagai senyawa hidrokarbon

LAPORAN PRAKTIKUM KELARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK   KELARUTAN Tujuan Percobaan : -           Mempelajari kelarutan suatu zat dan memprediksi kepolarannya. Pendahuluan Nilai suatu kelarutan didasarkan dengan sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada suatu zat terlarut-pelarut serta resultan interaksi zat pelarut-pelarutnya. Kelarutan didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut yang terdapat dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, definisi ini berdasarkan kelarutan dalam besaran kuantitatif. Kelarutan juga didefinisikan sebagai hasil dari adanya suatu interaksi spontan yang melibatkan dua atau lebih zat sehingga membentuk dispersi molekular homogen, definisi ini berdasarkan kelarutan dalam besaran kualitatif (Lachman, 1994). Larutan berdasarkan jumlah zat terlarut didalamnya dibedakan menjadi larutan jenuh, larutan lewat jenuh, larutan tidak jenuh dan hampir jenuh. Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan yang setimbang deng

LAPORAN PRAKTIKUM ENTALPI PELARUTAN

ENTALPI PELARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA Disusun Oleh : Nama                         : Erna Rosinawati N. NIM                           : 171810301043 Kelompok                  : 2 Asisten                       : Hanifa Hanun LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2018 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1          Latar Belakang Senyawa-senyawa yang terdapat dialam dapat dibagi dua berdasarkan kelarutannya yaitu senyawa yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut. Proses pelarutan biasanya didalamnya terdapat komponen yang dapat dihitung atau dicari dengan metode tertentu, misalnya entalpi. Entalpi adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi pelarutan menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat terlarut pada keadaan standar (Atkins,1999). Percobaan