LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PEMBUATAN ALKENA
Tujuan
Percobaan :
1. Mempelajari reaksi dehidrasi suatu alkohol
untuk menghasilkan senyawa alkena (memiliki ikatan rangkap)
2. Mengidentifikasi senyawa dengan ikatan
rangkap
Pendahuluan
Senyawa hidrokarbon merupakan
senyawa organik yang paling sederhana. Atom-atom penyusun senyawa organik hanya
terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon dapat digolongkan menjadi 3
golongan yaitu hidrokarbon alifatik, hidrokarbon alisiklik dan hidrokarbon aromatik
(Riyanti, 2008). Senyawa hidrokarbon alifatik diantaranya alkana, alkena, dan
alkuna. Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena dan alkuna
merupakan hidrokarbon tak jenuh (Underwood, 2002).
Alkena adalah hidrokarbon yang
mengandung satu ikatan rangkap antara dua atom C yang berurutan. Alkena
mempunyai ikatan sigma dan ikatan phi antara dua atom C yang berhadapan. Alkena
merupakan senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana
karena terdapat ikatan rangkap karbon-karbon (C=C). Ikatan rangkap ini lebih
kuat dari ikatan tunggal alkana akan tetapi sebagian besar reaksi alkenaterjadi
pada ikatan rangkap yang menghasilkan dua ikatan tunggal (Wade, 2006).
Pembuatan alkena dapat dibuat
dengan melibatkan beberapa senyawa, antara lain alkil halida, asitelina, dan alkohol.
Alkil halida jika direaksikan dengan KOH atau NaOH maka akan mengalami dehidrohalogenasi
menjadi alkena. Asetilena jika dihidrogenasi dengan adanya Pd dalam BaSO4
akan menghasilkan alkena. Alkohol akan mengalami reaksi dehidrasi jika
ditambahkan asam sulfat pekat, P2O5, Al2O3
atau asam fosfat (Riswiyanto, 2009).
Alkohol adalah senyawa yang
mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana.
Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu
zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak
tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa.
Reaksinya dapat menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga
menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H (Fessenden, 1998).
Reaksi dehidrasi adalah reaksi
yang melibatkan pelepasan air dari molekul yang bereaksi. Reaksi dehidrasi
merupakan subset dari reaksi eliminasi. Gugus hidroksi (-OH) adalah gugus pergi
yang buruk. Pemberian katalis asam Bronsted dapat membantu protonasi gugus
hidroksil menjadi gugus lepas yang baik, H2O. Dehidrasi alkohol
merupakan rute sintesis yang bermanfaat pada alkena. Agen dehidrasi yang umum
digunakan diantaranya asam sulfat pekat, asam fosfat pekat, aluminium oksida
dan keramik panas (Hoffman, 2004)
Asam sulfat pekat atau asam
fosfat pekat sering digunakan sebagai reagen untuk dehidrasi karena asam ini
bertindak baik sebagai katalis asam dan sebagai agen dehidrasi. Alkohol
dicampurkan dengan asam sebagai agen dehidrasi, kemudian didihkan. Alkena mendidih
pada suhu yang lebih rendah daripada alkohol karena adanya ikatan hidrogen pada
alkohol. alkena adalah hasil dari destilasi. Hidrasi asam ini sangat
eksotermik. Gugus hidroksil dari alkohol adalah gugus pergi yang kurang baik
(-OH), tetapi protonasi oleh katalis asam mengonversinya menjadi gugus pergi
yang baik (H2O). Langkah selanjutnya, hilangnya air dari alkohol
terprotonasi membentuk karbokation. Karbokation yang merupakan asam yang sangat
kuat (Wade, 2006). Basa lemah seperti H2O atau HSO4-
memindahkan satu proton dari karbon Ī² (karbon yang berdekatan dengan
karbokation), membentuk alkena dan katalis asam terbentuk kembali (Bruice,
2011).
Alkohol digunakan sebagi
pelarut dan regensia dalam dunia industri. Alkohol mempunyai titik didih yang
tinggi disbandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini
disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Kelarutan alkohol
juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya
gugus hidroksil yang terikat pada atom C, semakin banyaknya cabang pada alkohol,
semakin rendah titik didihnya. Rumus umum alkohol adalah R-OH, dengan R adalah
gugus alkil baik alifatik maupun siklik (Suminar, 1990).
Alkohol primer bereaksi
eliminasi dengan lambat yaitu E2. Alkena yang terbentuk dalam asam sulfat pekat
dan panas dapat mengalami isomerisasi dan reaksi-reaksi lain. Oleh karena itu,
biasanya alkohol primer tidak berguna dalam pembuatan alkena. Alkohol sekunder
menjalani eliminasi lewat jalan E1 dipanasi bersama asam suatu asam kuat,dan
dapat terjadi penataan-ulang karbokation sebagai zat antar, kecuali dalam
kasus-kasus sederhana. Alkohol tersier mengalami eliminasi dengan cepat melalui
kerbokation (E1) bila diolah dengan suatu asam kuat (Fessenden, 1989).
Berikut beberapa reaksi dari
senyawa alcohol yang memiliki jumlah atom C sama.
Alkohol Tersier
|
:
|
(CH3)3COH
t-butil alkohol
|
H2SO4
pekat
60ā
|
(CH3)3C-CH2
+ H2O
Metilpropena (isobutilena)
|
Alkohol Sekunder
|
:
|
(CH3)3COH
2-propanol
|
H2SO4
pekat
100ā
|
(CH3)3C-CH2
+ H2O
Propena (propilena)
|
Alkohol Primer
|
:
|
CH3 CH2OH
etanol
|
H2SO4
pekat
180ā
|
(CH3)3C-CH2
+ H2O
Etena (etilena)
|
(Fessenden, 1989)
Reaksi dehidrasi alkohol
dengan katalis asam pada kondisi yang tepat dapat menghasilkan reaksi eliminasi
dan pada kondisi yang lainnya menghasilkan eter (alkohol primer). Dehidrasi alkohol
tertentu dapat menghasilkan dua alkena berbeda, misalnya 2-metil-2-butanol
menghasilkan 2-metil-1-nutena dan 2-metil-2-butena yang lebih dominan
(Sjaifullah, 1999). Produk yang terbentuk lebih dari 1, maka produk mayor
adalah alkena yang lebih tersubtitusi kerena alkena yang lebih tersubtitusi
sifatnya lebih stabil (Bruice,2011).
Ekstraksi
adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Cara ekstraksi bermacam-macam, yaitu diantarnya
rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expressiom dan solvent
extraction. Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi (Kataren,
1986).
Berdasarkan
pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu dry rendering dan wet
rendering. Dry rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air
selama proses berlansung. Pemanasan dilakukan pada suhu 105-110ā ampas bahan
yang telah diambil minyaknya akan dendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak
yang akan dihasilkan akan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan
pengambilan minyak dilakukan pada bagian atas ketel. Wet rendering adalah proses
rendering dengan penambahan air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini
dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur
yang rendah dalam proses wet renderimg dilakukan
jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak (Kataren, 1986).
Senyawa alkena yang diperoleh dari hasil dehidrasi kemudian
diuji untuk memastikan adanya ikatan rangkap dalam senyawa yang telah diperoleh
tersebut. Uji yang dilakukan yaitu uji dengan pereaksi air brom. Pereaksi ini
menunjukkan bahwa senyawa organik sebagai senyawa tak jenuh. Pereaksi ini
memberikan tanda yaitu hilangnya warna coklat dari Brom (Br2)
apabila positif mengandung ikatan rangkap pada suatu senyawa organik. Reaksinya
yaitu sebagai berikut :
Br2 memutus ikatan
rangkap pada senyawa alkena dan bereaksi dengan Br sehingga menghasilkan
senyawa halo alkana yang dapat diidentifikasi keberadaannya (Hoffman, 2004).
MSDS
Akuades (H2O)
Akuades
merupakan hasil penyulingan air sehingga tidak terdapat kandungan mineral
didalamnya. Akuades berupa zat yang berfase cair, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Akuades termasuk bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan
perlakuan khusus. Akuades tidak berbahaya jika terhirup maupun tertelan dan
tidak menyebabkan korosi jika terjadi kontak dengan tubuh (Sciencelab, 2013).
Etanol (C2H3OH)
Etanol
dalam keadaan suhu kamar berwujud cair tidak berwarna. Etanol memiliki berat
molekul sebesar 46,07 g/mol dan titik didih serta titik lelehnya sebesar 78ā
dan -155ā. Etanol dapat larut dalam air, eter, aseton, dan asam. Etanol mudah
menguap jika dipanaskan sedikit. Penanganan jika terjadi kontak dengan tubuh
segera basuh dengan air selama 15 menit, jika bahan tertelan jangan memaksakan
untuk dimuntahkan, segera cari bantuan medis (Sciencelab, 2013).
Asam
Sulfat (H2SO4)
Asam
sulfat atau hidrogen sulfat merupakan bahan yang berwujud cair (cairan
berminyak) tidak berwarna, mempunyai rasa asam yang kuat, dan ketika panas
mempunyai bau tersedak. Asam sulfat memiliki berat molekul sebesar 98,08 g/mol
dan merupakan asam kuat. Titik leleh sebesar -35ā dan titik leleh sebesar 270ā.
Bahan ini mudah larut dalam air dingin, sulfat dapat larut dalam air disertai
pembebasan panas, dan larut dalam etil alkohol. Reaktif dengan agen
pengoksidasi, agen pereduksi, bahan mudah terbakar, bahan organik, logam, asam,
alkali, dan lembab serta korosif terhadap alumunium, tembaga dan baja. Bahan
ini termasuk bahan yang mudah menguap (volatile) sehingga memerlukan
penyimpanan dalam wadah tertutup rapat. Berbahaya jika terjadi kontak mata,
kulit, inhalasi, dan proses menelan. Penanganan yang dapat dilakukan jika
terjadi proses menelan bahan segera longgarkan baju, dasi, sabuk atau ikat
pinggang dan jangan memberikan apapun ke mulut dan segera mencari pertolongan
medis (Sciencelab, 2013).
Kloroform (CHCl3)
Kloroform merupakan bahan yang
berwujud cair berbau nyaman agak manis, mempunyai rasa manis, membakar dan
tidak mempunyai warna. Bahan ini mempunyai berat molekul sebesar 199,38 g/mol,
titik didihnya sebesar 61ā dan titik lelehnya sebesar -63,5ā. Bahan ini sangat
sedikit larut dalam air dingin. Bahan ini termasuk bahan yang mudah menguap dan
reaktif dengan logam dan alkali. Bahan ini dapat mengiritasi apabila terkena
kulit. Pertolongan pertama apabila terkena kulit segera basuh degan air
mengalir selama 15 menit dan tutupi bagian terkena bahan dengan krim
anti-bakteri (Sciencelab, 2013).
Air Brom (Br2)
Air brom
merupakan bahan berwujud cair dan tidak memiliki warna. Air brom memiliki pH
yang netral dan mudah larut dalam air dingin. Titik didih terendah yang
diketahui adalah sebesar 58,85ā dan titik lelehnya sebesar -7,3ā. Bahan ini
korosif terhadap alumunium dan seng. Bahan ini berbahaya jika terjadi kontak
dengan mata, inhalasi dan proses penelanan bahan. Pertolongan pertama jika
terjadi inhalasi segera bawa ke tempat berudara segar, jika tidak bernafas beri
nafas buatan dan jika sulit bernafas beri oksigen. Hubungi segera tim medis
untuk pertolongan serius (Sciencelab,2013).
Propanol (C3H8O)
Propanol
merupakan bahan yang berwujud cair dalam keadaan ruang, memiliki bau seperti alkohol
dan tidak memiliki warna (jernih). Propanol dalam air memiliki pH 7 (netral)
dan memiliki titik didih sebesar 97,22ā dan titik leleh sebesar -126,2ā. Bahan
ini memiliki berat molekul sebesar 60,1 g/mol. Propanol sangat mudah larut
dalam air dingin, air panas, methanol dan dietil eter. Bahan ini reaktif dengan
agen pengoksidasi dan asam. Bahan ini
perlu disimpan dalam wadah tetutup rapat dan bahan ini mudah terbakar sehingga
perlu disimpan ditempat yang sejuk. Pertolongan pertama jika terjadi penelanan
bahan segera longgarkan pakaian yang ketat seperti dasi, sabuk atau ikat
pinggang dan jangan berusaha untuk memaksakan muntah, dan jika korban tidak
bernafas jangan berikan bantuan lewat mulut ke mulut. Hubungi tim medis dengan
segera agar mendapatkan perhatian medis (Sciencelab, 2013).
2-Butanol
(C4H10O)
2-Butanol merupakan
bahan yang berwujud cair tidak memiliki warna dan memiliki pH 7 (netral). Bahan
ini memiliki berat molekul sebesar 74,12 g/mol, titik didihnya sebesar 99,5ā
dan titik lilihnya sebear -114,7ā. Bahan ini mudah larut dalam methanol, dietil
eter dan sangat sedikit larut dalam air dingin dan air panas. bahan ini sangat
reaktif dengan agen pengoksidasi. Bahan ini perlu disimpan pada wadah yang
tetap sejuk dan tertutup serta jauh dari panas karena bahan ini merupakan bahan
yang mudah terbakar. Bahan ini berbahaya jika terjadi inhalasi, segera pindah
ke tempat udara segar dan jika tidak bernafas, korban segera berikan nafas
buatan (Sciencelab, 2013).
Prinsip
Kerja
Prinsip kerja pada
percobaan ini yaitu dengan reaksi elminasi pada senyawa alkohol (dehidrasi alkohol)
dengan bantuan asam kuat untuk memprotonasi gugus hidroksil (-OH) agar menjadi
gugus pergi yang baik dan menghasilkan senyawa alkena.
Alat
Tabung reaksi, lampu spirtus, pipet
mohr, gelas ukur, penjepit besi, corong pisah dan kertas lakmus.
Bahan
H2SO4,
propanol, etanol, 2-butanol, kloroform, dan air brom.
Prosedur Kerja
Tabung reaksi disiapkan terlebih
dahulu sebelum melakukan percobaan. Sampel 2-butanol nebanyak 3 mL dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 tetes H2SO4 dan
dipanaskan dengan penangas air selama 10
menit. Sampel yang sudah dipanaskan kemudian didinginkan selama 15 menit.
Sampel yang telah dingin dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan
akuades sebanyak 100 mL, dan ditambahkan 10 mL kloroform sambil dikocok dan
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan atas ditampung (berisi senyawa
alkena/senyawa organik) dan lapisan bawah dibuang (pada bak B3). Senyawa alkena
yang ditampung pada botol kecil untuk dilakukan pengujian menggunakan air brom.
Identifikasi senyawa alkena dengan
air brom dilalukan terhadap senyawa alkena dan senyawa organik yang telah diperoleh.
Senyawa alkena sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan bertetes-tetes air brom sampai warna konstan (warna air brom).
Jumlah tetesan air brom yang digunakan dicatat. Senyawa organik dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL, kemudian ditambahkan bertetes-tetes sampai
warna konstan (warna air brom). Jumlah tetesan air brom yang digunakan dicatat.
Hasilnya dibandingkan dengan senyawa alkena yang telah dibuat. Pembuatan alkena
demikian diulangi menggunakan bahan organik lainnya (propanol) dengan prosedur
yang sama.
Waktu yang
Dibutuhkan
No
|
Jam
|
Keterangan
|
Waktu
|
1
|
07.00-07.10
|
Pengisian presensi
|
10 menit
|
2
|
07.10-07.20
|
Preparasi alat dan bahan
|
10 menit
|
3
|
07.20-08.00
|
Percobaan pembuatan alkena dengan sampel propanol
|
40 menit
|
4
|
08.00-08.40
|
Percobaan pembuatan alkena dengan sampel etanol
|
40 menit
|
5
|
08.40-09.20
|
Percobaan pembuatan alkena dengan sampel 2-butanol
|
40 menit
|
6
|
09.20-09.40
|
Pos tes
|
20 menit
|
Total
|
160 menit
|
Hasil
No
|
Sampel
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
|
2-Butanol
|
+ 1 tetes H2SO4 pekat
Dipanaskan dengan penangas listrik selama 10
menit
Dimasukkan kedalam corong pisah, ditambahkan
100 mL akuades dan 10 mL kloroform, dan dikocok
Dipisahkan lapisan atas dan bawah, lapisan
bawah dikeluarkan, lalu lapisan atas ditampung.
Diuji senyawa alkena (butena) dengan air brom
|
Kenaikan suhu
Terdapat dua fasa
Mengubah warna brom menjadi
tidak berwarna
|
|
|
2-Butanol
|
Diuji brom
|
Warna larutan
tetap warna brom
|
|
|
Propanol
|
+ 1 tetes H2SO4 pekat
Dipanaskan dengan penangas listrik selama 10
menit
Dimasukkan kedalam corong pisah, ditambahkan
100 mL akuades dan 10 mL kloroform, dan dikocok
Dipisahkan lapisan atas dan bawah, lapisan
bawah dikeluarkan, lalu lapisan atas ditampung.
Diuji senyawa alkena (propena) dengan air
brom
|
Kenaikan suhu
Terdapat dua fasa
Mengubah warna
brom menjadi tidak berwarna
|
|
|
Propanol
|
Diuji brom
|
Warna larutan
tetap warna brom
|
|
Pembahasan
Praktikum kali
ini merupakan pembuatan alkena menggunakan alkohol. Percobaan ini bertujuan mempelajari
reaksi dehidrasi suatu alkohol untuk menghasilkan senyawa alkena (memiliki
ikatan rangkap) dan mengidentifikasi senyawa dengan ikatan rangkap. Menurut Hoffman
(2004) dehidrasi alkohol merupakan
reaksi eliminasi suatu alkohol menjadi senyawa alkena dan merupakan
reaksi reversibel serta terjadi pelepasan H2O. Senyawa alkena pada percobaan ini akan dibuat dengan reaksi
dehidrasi alkohol menggunakan 2-butanol dan propanol.
Percobaan
pertama adalah pembuatan alkena menggunakan senyawa 2-butanol. Katalis yang
digunakan adalah asam sulfat. Senyawa 2-butanol direaksikan dengan asam sulfat
pada tabung reaksi, terjadi kenaikan suhu yg menandakan bahwa reaksi tersebut
berjalan secara eksotermis. Penambahan asam sulfat berfungsi sebagai
katalisator, menurut Fessenden (1989) alkohol dapat mengalami reaksi dehidrasi
membentuk senyawa alkena dengan asam sulfat sebagai katalis dengan jalan
memprotonasi gugus hidroksil agar menajadi gugus pergi yang baik. Perlakuan
selanjutnya adalah pemanasan menggunakan penangas air selama 10 menit yang bertujuan melewatkan uap dari 2-butanol, maka akan
menghasilkan senyawa butena dan uap air serta senyawa sampingan. Perlakuan ini
sesuai dengan literatur dimana menurut (Wade, 2006) yang menyatakan bahwa
alkohol ditambahkan asam sulfat sebagai katalis dan agen dehidrasi atau
pengikat molekul H2O kemudian dipanaskan/dididihkan. Katalis asam
sulfat yang ditambahkan menyebabkan terjadinya reaksi pembentukan ikatan
rangkap atau membentuk alkena pada sampel 2-butanol (reaksi eliminasi). Persamaan reaksi
eliminasi yang terjadi pada 2-butanol adalah sebagai berikut :
Sampel yang telah dipanaskan kemudian didinginkan selama 15 menit. Akuades sebanyak 100 mL dan 10 mL kloroform disiapkan. Kloroform
ditutup dengan aluminium foil yang bertujuan agar kloroform tidak mudah menguap
karena kloroform merupakan bahan yang bersifat volatil. Campuran 2-butanol dan
asam sulfat yang telah dingin kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan dengan akuades dan kloroform.
Corong pisah tersebut dikocok yang bertujuan mengeluarkan gas yang dihasilkan.
Pengocokan dilakukan sampai tidak ada gas yang terbentuk. Proses pengocokan
senyawa campuran ini akan bereaksi menghasilkan gas. Gas yang terbentuk yakni
CO2 dan SO 2 yang merupakan gas hasil reaksi sampingan
dari kloroform dan larutan sampel butanol dengan asam sulfat. Penambahan
kloroform bertujuan
memisahkan antara senyawa alkena yang terbentuk dengan senyawa B3. Senyawa B3
yang dihasilkan merupakan limbah yang terbentuk saat penambahan alkena dari
2-butanol dengan kloroform yang berada di lapisan bawah. Lapisan bawah yang
ditampung terlebih dahulu pada beaker glass sebelum dibuang pada bak B3
sedangkan butena ditampung dalam tabung reaksi untuk selanjutnya diuji dengan
air brom. Sampel alkena dari 2-butanol yang dihasilkan dari proses dehidrasi
alkohol akan diuji dengan menggunakan air brom. Fungsi pengujian dengan air
brom ini adalah untuk menguji adanya ikatan rangkap pada senyawa dengan melalui
reaksi adisi atau pemutusan ikatan rangkap pada alkena. Sampel alkena dari
2-butanol yakni butena yang tidak berwarna ditetesi air brom dapat
menghilangkan warna brom yang ditetesi pada larutan. Hal ini menunjukkan bahwa
brom tersebut telah bereaksi melalui pemutusan ikatan rangkap pada butena
sehingga tidak ada lagi brom pada larutan karena telah bereaksi dengan butena
menjadi 2,3-dibromo-butena. Persamaan reaksi yang terjadi saat butena hasil
dari dehidrasi 2-butanol dengan ditambahkan air brom adalah sebagai berikut :
Percobaan
pertama ini juga dilakukan pengujian terhadap 2-butanol murni dengan air brom
sebagai pembanding. Larutan 2-butanol ditetesi air brom, warna larutan berubah
menjadi kuning pada penambahan air brom. Hal ini menunjukkan bahwa brom tidak
bereaksi atau tidak terjadi pemutusan ikatan rangkap, yang artinya tidak ada
ikatan rangkap pada larutan tersebut. Reaksi 2-butanol dengan brom adalah
sebagai berikut.
Percobaan kedua
adalah pembuatan alkena menggunakan senyawa propanol. Proses dan perlakuan
dehidrasi alkohol pada etanol sama dengan proses dan perlakuan dehidrasi
alkohol pada 2-butanol. Senyawa alkena yang diperoleh pada percobaan ini adalah
etena. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Sampel yang telah dipanaskan selama 10 menit kemudian
didinginkan selama 15 menit. Akuades
sebanyak 100 mL dan 10 mL kloroform disiapkan. Kloroform ditutup dengan
aluminium foil yang bertujuan agar kloroform tidak mudah menguap karena
kloroform merupakan bahan yang bersifat volatil. Campuran propanol dan asam
sulfat yang telah dingin kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan dengan akuades dan kloroform.
Corong pisah tersebut dikocok yang bertujuan mengeluarkan gas yang dihasilkan.
Pengocokan dilakukan sampai tidak ada gas yang terbentuk. Proses pengocokan
senyawa campuran ini akan bereaksi menghasilkan gas. Gas yang terbentuk yakni
CO2 dan SO 2 yang merupakan gas hasil reaksi sampingan
dari kloroform dan larutan sampel propanol dengan asam sulfat. Penambahan
kloroform bertujuan
memisahkan antara senyawa alkena yang terbentuk dengan senyawa B3. Senyawa B3
yang dihasilkan merupakan limbah yang terbentuk saat penambahan alkena dari
etanol dengan kloroform yang berada di lapisan bawah. Lapisan bawah ditampung
terlebih dahulu pada beaker glass sebelum dibuang pada bak B3 sedangkan propena
ditampung dalam tabung reaksi untuk selanjutnya diuji dengan air brom. Sampel
alkena dari propanol yang dihasilkan dari proses dehidrasi alkohol akan diuji
dengan menggunakan air brom. Fungsi penambahan air brom ini adalah untuk
menguji adanya ikatan rangkap melalui reaksi adisi atau pemutusan ikatan
rangkap pada alkena. Sampel alkena dari propanol ditetesi air brom yang
berwarna kuning dapat menghilangkan warna brom. Hal ini menunjukkan bahwa brom
yang diteteskan pada senyawa tersebut bereaksi dengan memutus ikatan rangkap
sehingga brom yang berwarna kuning tidak terdapat lagi karena telah bereaksi
menjadi 1,2-dibromo-propena. Persamaan reaksi yang terjadi saat propena hasil
dari dehidrasi propanol dengan ditambahkan air brom adalah reaksi sebagai
berikut:
Percobaan kedua
ini juga dilakukan pengujian terhadap propanol murni dengan air brom sebagai
pembandin. Larutan propanol yang ditetesi air brom tetap berwarna air brom
tidak dapat menghilangkan warna brom, yang berarti bro tidak bereaksi karena
tidak ada ikatan rangkap. Berikut
persamaan reaksinya:
Kesimpulan
Reaksi
dehidrasi merupakan reaksi eliminasi alkohol membentuk senyawa alkena.
2-butanol dan propanol merupakan senyawa alkohol yang dapat mengalami reaksi
dehidrasi dengan bantuan katalis asam sulfat membentuk senyawa alkena butena
dan propena. Uji air brom bertujuan mengidentifikasi ada atau tidaknya ikatan
rangkap pada suatu sampel melalui reaksi adisi pada senyawa yang memiliki
ikatan rangkap.
Referensi
Bruice, P. Y. 2011.
Organik Chemistry 4th Edition. London: Prentiee-Hall, Inc.
Fessenden, J. Ralph.
1998. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa Aksara
Hoffman, Robert, v.
2004 Organik Chemistry Second Edition. New Jersey: John Wiley & Sons.
Ketaren, S. 1986. Pengantar
Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka
Riswiyanto. 2009. Kimia
Organik. Jakarta: Erlangga
Sciencelab.
2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of 2-butanol. [serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 7 November 2018].
Sciencelab.
2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Bromin. [serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 7 November 2018].
Sciencelab.
2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Kloroform. [serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 7 November 2018].
Sciencelab.
2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Propanol. [serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 7 November 2018].
Sciencelab.
2018. Material Safety Data Sheet (MSDS) of Sulfuric Acid. [serial online] http:///www.sciencelab.com. [Diakses pada tanggal 7 November 2018].
Seminar, A. 1987. Kimia
Dasar Prinsip Dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sjaifullah, A. 1999.
Buku Ajar Kimia Organik 2. Jember: Universitas Jember
Underwood, A. L. 2002.
Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Wade, L. G, Jr. 2006.
Organik Chemistry Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education International.
Saran
Saran yang
harus dilakukan pada percobaan ini yaitu praktikan harus lebih berhati-hati
saat melakukan pengocokan saat larutan corong pemisah karena saat itu
dihasilkan gas. Praktikan juga harus berhati-hati saat melakukan pemisahan
karena bisa saja senyawa alkena yang diambil tercampur kembali dengan senyawa organik hasil samping. Praktikan juga
harus memerhatikan MSDS (Material Safety Data Sheet) juga mempelajarinya supaya
mengetahui sifat dari setiap zat dan bahaya penanganannya.
Nama
Praktikan
Erna Rosinawati N. (171810301043)
Semoga bermanfaat :)
ReplyDelete