LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA
PENENTUAN BERAT
MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS
Disusun Oleh :
Nama : Erna
Rosinawati N.
NIM :
171810301043
Kelompok :
2
Asisten :
Weny Farida Ulfa
LABORATORIUM KIMIA FISIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kerapatan dari gas difungsikan untuk menghitung berat
molekul. Hal ini dapat ditempuh dengan jalan menampungkan suatu volume gas yang
akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat
molekulnya pada suhu dan tekanan yang sama. Persamaan gas ideal bersama massa
jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil.
Apabila jumlah mol dari suatu gas senyawa tertentu dinyatakan dalam mol (n)
maka suatu bentuk persmaan umum mengenai sifat-sifat gas dapat diketahui (Atkins,
1996)
Penentuan berat molekul dari suatu cairan yang bersifat
mudah menguap (volatil) akan menghasilkandata yang variatif bergantung pada
keadaan sistem dan lingkungannya. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan
data berat molekul dari suatu zat yaitu etanol, aseton dan kloroform
berdasarkan persamaan gas ideal, dengan terlebih dahulu menentukan kerapatan
atau massa jenis dari senyawa volatil tersebut.
Cairan yang mudah menguap terdiri dari molekul-molekul yang
mempunyai gaya antarmolekul yang lemah. Hal tersebut disebabkan memreka
cenderung bercerai-berai oleh gerakan masing-masing. Beberapa molekul
meninggalkan molekul induk cairan yang menguap. Gas mengembun menjadi cairan
apabila gaya antar molekul menjadi cukup kuat untuk mengalahkan energi kinetik
dari molekul.
Praktikum ini penting dilakukan karena dengan percobaan
menentukan berat molekul suatu zat maka akan dapat diamati pengaruh keadaan
sistem dan lingkungan seperti pengaruh suhu dan tekanan. Percobaan ini,
dilakukan untuk menentukan berat molekul suatu senyawa yang bersifat volatil
berdasarkan pengukuran berat jenis gas. Berat molekul senyawa volatil yang akan
ditentukan adalah kloroform. Syarat percobaan ini adalah cairan atau sampel
harus bersifat volatil dan gasnya (yang dihasilkan) memenuhi persamaan gas
ideal.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara
menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis
gas?
2.
Bagaimana
pengaplikasian persamaan gas ideal?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui cara
menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis
gas.
2.
Mengetahui
pengaplikasian persamaan gas ideal.
1.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)
2.1.1 Aseton (C3H6O)
Aseton dalam suhu kamar berwujud cairan tidak berwarna,
memiliki bau dan rasa. Berat molekul aseton adalah 58,08 g/mol, titik didihnya
sebesar 56,2ā dan titik lelehnya sebesar -96,35ā. Aseton mudah larut dalam air
panas maupun dingin. Aseton berbahaya jika terjadi kontak terhadap pada mata
dan kulit karena dapat mengiritasi. Penanganan bila terjadi kontak terhadap
mata dan kulit, segera basuh dengan air mengalir selama 15 menit (ScienceLab,
2013).
2.1.2 Etanol
Etanol dalam keadaan suhu kamar berwujud cair tidak
berwarna. Etanol memiliki berat molekul sebesar 46,07 g/mol dan titik didih
serta titik lelehnya sebesar 78ā dan -155ā. Etanol dapat larut dalam air, eter,
aseton, dan asam. Etanol mudah menguap jika dipanaskan sedikit. Bahan ini
reaktif terhadap agen pengoksidasi, asam, dan alkali. Bahan ini berbahaya jika
terjadi kontak terhadap mata karena dapat mengiritasi. Penanganan jika terjadi
kontak mata dengan tubuh segera basuh dengan air selama 15 menit, jika bahan
tertelan jangan memaksakan untuk dimuntahkan, segera cari bantuan medis (ScienceLab,
2013).
2.1.3 Kloroform (CHCl3)
Kloroform merupakan bahan yang
berwujud cair berbau nyaman agak manis, mempunyai rasa manis, membakar dan
tidak mempunyai warna. Bahan ini mempunyai berat molekul sebesar 199,38 g/mol,
titik didihnya sebesar 61ā dan titik lelehnya sebesar -63,5ā. Bahan ini sangat
sedikit larut dalam air dingin. Bahan ini termasuk bahan yang mudah menguap dan
reaktif dengan logam dan alkali. Bahan ini berbahaya, dapat mengiritasi apabila
terkena kulit. Pertolongan pertama apabila terkena kulit segera basuh degan air
mengalir selama 15 menit dan tutupi bagian terkena bahan dengan krim
anti-bakteri (ScienceLab, 2013).
2.1.4 Akuades (H2O)
Akuades meupakan distilat cair dari distilasi air
sehingga tidak terkandung mineral didalamnya. Akuades memiliki berat molekul
sebesar 18,0153 g/mol yang berwujud cair dalam keadaan ruang dan mendidih pada
suhu 100ā. Akuades tidak berbahaya jika terjadi suatu tumpahan ataupun kontak
dengan tubuh sehingga tidak memerlukan penyimpana dan penanganan khusus (ScienceLab,2013).
2.2 Dasar
Teori
Gas merupakan suatu zat yang secara normal berada
dalam keadaan gas pada suhu ruang dan tekanan 1 atm. Suatu gas melakukan
tekanan pada permukaan apapun ketika saling bersentuhan, karena molekul-molekul
gas senantiasa dalam keadaan bergerak. Tekanan merupakan salah satu sifat gas
yang dapat diukur. Atom-atom dan molekul-molekul gas dalam atmosfer mengalami
gaya tarik gravitasi bumi, akibatnya kerapatan atmosfer di daerah yang dekat dengan
permukaan bumi lebih beser dari daerah yang memiliki ketinggian jauh diatas
permukaan bumi. Kerapatan udara menurun sangat cepat dengan meningkatnya jarak
dari permukaan bymi. Semakin rapat suatu udara maka semakin besar tekanannya.
Gaya yang diterima oleh suatu wilayah yang disebabkan oleh atmosfer bumi sama
dengan berat kolom udara diatasnya. Tekanan atmosfer adalah tekanan yang
diberikan oleh atmosfer bumi. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
atmosfer bumi dapat menggunakan barometer. Nilai dari tekanan atmosfer yang
sesunggungnya tergantung pada letak,
suhu, dan kondisi cuaca (Chang, 2004).
Gas yang terdiri atas molekul yang bergerak menurut
jalannya yang lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Molekul-molekul gas ini selalu bertumbukkan dengan molekul lainnya atau dengan
dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana ini menyebabkan adanya
tekanan. Karena molekul gas selalu bergerak ke segala arah, maka gas yang satu
mudah bercampur dengan gas yang lain (diffuse) asal keduanya tidak bereaksi,
misalnya N2, O2, CO2, dan H2 dan
sebagainya (Sukardjo,1989).
Suatu gas dikategorikan menjadi dua kategori
berdasarkan sifatnya, yaitu gas ideal dan gas nyata. Gas ideal adalah suatu gas
hipitesis yang mengikuti semua hukum-hukum gas. Gas nyata adalah suatu gas yang
ada dalam kehidupa sehari-hari yang mengikuti hukum gas pada tekanan rendah.
Suatu gas ideal sebenarnya tidak ada, tetapi sifat-sifatnya bisa didekatkan
oleh gas nyata monoatomik yang dianggap ideal apabila molekul-molekulnya tidak
saling berinteraksi atau tidak ada gaya tarik-menarik dan tidak memerlukan
ruang. Sifat-sifat umum dari gas dirumuskan dalam hukum-hukum gas. Hukum-hukum
ini menyatakan hubungan, volume, tekanan dan suhu dari gas. Percobaan umumnya
dilakukan dengan cara mengambil suatu sampel gas pada tempat tertutup, lalu
mengamati perubahan yang terjadi apabila salah satu variabel diubah sedangkan variabel
lain dibiarkan tetap (Yazid, 2005).
Hukum gas ideal didasarkan pada kombinasi dari hukum
Boyle, uokum Charles, dan hukum Avogadro. Berdasarkan hukum Boyle, suatu
tekanan (P) berbanding terbalik dengan volume (V) pada temperatut (T) tetap,
yaitu:
P = 1/T
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. (2.1)
Hukum
Charles menjelaskan bahwa pada sejumlah tertentu gas pada tekanan tetap, volume
berbanding lurus dengan temperatur. Hubunganya adalah:
V
= T .ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.ā¦ā¦ā¦.. (2.2)
Hukum
Avogadro memyatakan bahwa pada tekanan dan suhu konstan, volume suatu gas
berbanding lurus dengan jumlah mol gas yang ada. Sehingga persamaannya dapat
dituliskan sebagi berikut
V
= n ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..ā¦ā¦.. (2.3)
(Dogra, 1990)
Persamaan
induk tunggal untuk perilaku gas ideal dapat diperoleh berdasarkan hukum-hukum
yang telah dibahas, dapat digabungkan, sehingga:
P V = n R Tā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. (2.4)
dengan R adalah
konstanta gas yang nilainya 0,082 L.atm/K.mol
Kerapatan gas
dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara
membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat
gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur
atau suhu dan tekanan yang sama. Kerapatan gas didefinisikan sebagai berat gas
dalam gram per liter. Berat molekul ini dapat ditentukan dengan menimbang
sejumlah gas tertentu kemudian diukur pV dan T-nya. Menurut hukum gas ideal
P V = n R T ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.ā¦ā¦ā¦.. (2.5)
P V = m/V R Tā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
(2.6)
P(BM) = m/V RTā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
(2.7)
P(BM) = Ļ R T ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦...ā¦
(2.8)
(Respati, 1992).
Zat-zat
volatil adalah senyawa kovalen dengan titik didihnya rendah, sehingga pada suhu
kamar sudah cukup banyak yang menguap. Cairan volatil dengan titik didih lebih
kecil dari 100ā ditempatkan dalam Erlenmeyer tertutup yang mempunyai kubang
kecil pada bagian tutupnya, kemudian labu Erlenmeyer dipanaskan sampai 100ā,
maka cairan tadi akan menguap dan mendororng udara yang ada dalam labu Erlenmeyer
tersebut keluar melalui lubang kecil tadi. Udara yang telah keluar akhirnya uap
itu sendiri yang akan keluar, sampai uap itu akan berhenti keluar ketika sama
dengan tekanan udara luar. Labu Erlenmeyer hanya berisi uap cairan saat
kesetimbangan dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfir, volumenya sama dengan
labu Erlenmeyer dan suhu sama dengan titik didih air dalam penangas air
(kira-kira 100ā). Labu Erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air,
dinginkan dan ditimbang sehingga massa gas yang terdapat didalamnya dapat
diketahui. Kemudian menggunakan persamaan (3) berat senyawa dapat ditentukan
(Tim Penyusun Kimia Fisik, 2009).
Gas-gas
real (nyata) seperti metana dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat,
ternyata hal ini tidak benar. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum
gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideak. Gas nyata akan
menyimpang dari sifat gas ideal. Pada tekanan yang relative rendah termasuk pad
tekanan atmosfer serta suhu tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal
sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan
(Brady, 1999).
BAB 3.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1 Alat
-
Erlenmeyer
-
Alumunium foil
-
Gelas beaker
-
Penjepit kayu
-
Pipet volume
-
Ball pipet
-
Pembakar spirtus
-
Kawat kasa
-
Kaki tiga
-
Korek api
-
Termometer
-
Neraca
-
Jarum
-
Karet gelang
3.1.2 Bahan
-
Akuades
-
Kloroform
-
Aseton
-
Etanol
3.2 Diagram
Kerja
Senyawa volatil
|
-
Diambil erlenmeyer 100 mL yang bersih dan kering
kemudian ditimbang massanya. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil,
dikencangkan dengan karet gelang dan ditimbang massanya.
-
Dimasukkan
sebanyak 5 mL ke dalam erlenmeyer, ditutup kembali menggunakan alumunium
foil dan dikencangkan kembali dengan karet gelang sehingga tutup ini
bersifat kedap udara
-
Dipanaskan
air dalam gelas beaker hingga mendidih dan dicatat suhu saat mendidih.
-
Direndam
erlenmeyer dalam air yang telah
mendidih sedemikian hingga sehingga air dibawah alumunium foil, dilakukan
hingga semua menguap, dicatat suhu airnya.
-
Didinginkan
dan ditimbang massa uap air dalam erlenmeyer, pastikan tidak ada uap air
yang telah terkondensasi karena akan mempengaruhi massa.
-
Dibersihkan
erlenmeyer dan diisi air hingga penuh, kemudian ditimbang massanya dan
diukur suhunya.
-
Diulangi
percobaan untuk sampel yang berbeda.
|
Hasil
|
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No.
|
Sampel
|
T (Ā°C)
|
(g/L)
|
(L)
|
(g/L)
|
BM percobaan (g/mol)
|
Efisiensi
(%)
|
1.
|
Kloroform
|
28
|
996,23
|
0,066
|
2,694
|
80,85
|
67,73
|
2.
|
Aseton
|
28
|
996,23
|
0,065
|
1,080
|
32,33
|
55,66
|
3.
|
Etanol
|
29
|
995,94
|
0,063
|
2,873
|
85,28
|
185,1
|
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk
mengetahui cara menentukan berat molekul suatu senyawa volatil berdasarkan
pengukuran massa jenis senyawa tersebut. Penentuan berat molekul ini dilakukan
dengan menggabungkan persamaan gas ideal dan massa jenis gas senyawa volatil.
Metode yang digunakan merupakan bentuk alternatif dari alat Victor Meyer.
Penentuan berat molekul ini
didasarkan pada pengukuran massa jenis gas dari senyawa volatil. Senyawa volatil
yang digunakan pada percobaan ini yaitu kloroform, aseton dan etanol yang
masing-masing mempunyai titik didih yang berbeda yang besarnya dibawah 100Ā°C. Cairan volatil ini sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang ditutup alumunium foil dan diikat dengan karet gelang agar kedap serta
diberi lubang kecil. Cairan volatil ini kemudian dipanaskan dalam waterbath hingga habis menguap, uap dari
cairan volatil ini akan mendorong udara yang ada dalam erlenmeyer keluar lewat
lubang kecil tadi dan akan berhenti saat terjadi keseimbangan tekanan uap sistem
dengan udara luar. Proses pemanasan dilakukan hingga seluruh cairan volatil habis menguap dan didinginkan serta
dikeringkan. Pendinginan labu erlenmeyer tidak dilakukan hingga uap cairan volatil
terkondensasi, karena jika ada uap cairan volatil terkondensasi menjadi cairan
kembali akan mempengaruhi massa dari uap yang akan ditimbang. Massa uap
diperoleh dari selisih massa erlenmeyer yang berisi uap dan massa erlenmeyer
kosong. Volume dari uap senyawa volatil diperoleh dengan mengisi penuh labu erlenmeyer
dengan akuades yang telah diketahui massa jenisnya dan ditimbang massanya,
sehingga dapat diperoleh volume uap sama dengan volume akuades dari data massa
jenis dan massa akuades. Berat molekul senyawa volatil ini didapatkan dari
data-data yang diperoleh dari percobaan diantaranya massa jenis uap cairan volatil
dan suhunya, sehingga diperoleh nilai berat molekul dengan memasukkan data
tersebut pada persamaan (2.8).
Percobaan pertama dilakukan terhadap senyawa volatil
kloroform. yang dipanaskan hingga tepat habis pada suhu waterbath sebesar 93Ā°C. Massa jenis kloroform diperoleh sebesar 2,694
g/L dan berat molekulnya diperoleh sebesar 80,85 g/mol. Keakuratan data yang
diperoleh ini dilihat berdasarkan efisiensinya, yakni sebesar 67,73% dari data
sebenarnya. Berat molekul kloroform yang diperoleh dari percobaan kurang sesuai
dengan berat molekul yang diketahui sesungguhnya. Berat molekul kloroform
menurut ScienceLab (2013) yaitu sebesar 199,38 g/mol, nilai berat molekul dari
data ini lebih besar dibandingkan dari hasil percobaan. Ketidaksesuaian ini
kemungkinan disebabkan karena saat proses pemanasan cairan kloroform dipanaskan
sedikit lebih lama setelah cairan kloroform menguap seluruhnya, sehingga bisa
jadi uap kloroform yang diukur merupakan sebagian dari yang menguap karena
sebagian lain telah menguap keluar dari erlenmeyer sehingga tidak terukur. Oleh
sebab itu, uap yang terukur lebih sedikit dan menyebabkan berat molekul yang
dihitung pun menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya.
Percobaan kedua dilakukan terhadap senyawa volatil aseton yang
dipanaskan hingga tepat habis pada suhu waterbath
sebesar 92Ā°C. Massa jenis aseton
diperoleh sebesar 1,080 g/L dan berat molekulnya diperoleh
sebesar 32,33 g/mol. Berat molekul aseton yang diperoleh dari percobaan kurang
sesuai dengan berat molekul yang diketahui sesungguhnya dilihat dari efisiennya
yang bernilai 55,66% yang artinya hanya kurang lebih setengahnya dari data
sesungguhnya. Berat molekul aseton menurut ScienceLab (2013) yaitu sebesar
58,08 g/mol, nilai berat molekul dari data ini lebih besar dibandingkan dari
hasil percobaan. Ketidaksesuaian ini sama halnya seperti percobaan pad
kloroform yang disebabkan oleh pemanasan yang sedikit lebih lama. Kemungkinan
yang kedua yang menyebabkan ketidaksesuaian yaitu saat penimbangan erlenmeyer
yang berisi uap aseton dilakukan saat erlenmeyer masih dalam keadaan yang belum
dingin sepenuhnya, sehingga bisa jadi uap aseton yang diukur dalam suhu yang
tinggi memiliki kerapatan yang kecil. Oleh sebab itu, uap yang terukur lebih kecil
dan menyebabkan berat molekul yang dihitung pun menjadi lebih sedikit dari yang
seharusnya.
Percobaan ketiga dilakukan terhadap senyawa volatil etanol yang
dipanaskan hingga tepat habis pada suhu waterbath
sebesar 89Ā°C. Massa jenis etanol
diperoleh sebesar 2,873 g/L dan berat molekulnya diperoleh
sebesar 85,28 g/mol. Berat molekul etanol yang diperoleh dari percobaan tidak
sesuai dengan berat molekul yang diketahui sesungguhnya dilihat dari efisiennya
yang bernilai 185,1% yang artinya berat molekul yang diukur jauh lebih besar
dari data sesungguhnya. Berat molekul etanol menurut ScienceLab (2013) yaitu sebesar
46,07 g/mol, nilai berat molekul dari data ini lebih kecil dibandingkan dari
hasil percobaan. Ketidaksesuaian ini kemungkinan disebabkan karena pada saat
pendinginan uap etanol dilakukan hingga sebagian uap etanol tersebut
terkondensasi dan menjadi cairan kembali, sehingga pada saat penimbangan, massa
cairan tersebut memperbesar massa uap yang seharusnya diukur. Oleh karena itu,
massa yang terukur menjadi lebih besar dan berat molekul etanol yang diperoleh
menjadi lebih besar dari yang seharusnya.
Penentuan
berat molekul berdasarkan percobaan ini dihasilkan data yang tidak sesuai
dengan seharusnya, karena beberapa peristiwa yang mempengaruhi data yang
diperoleh. Seluruh data dapat dikatakan kurang sesuai dengan yang seharusnya
karena dilihat dari efisiensinya tidak mendekati 100%. Data yang dapat
dikatakan sedikit mendekati sesuai yaitu pada percobaan kloroform, dimana
efisiensinya 67,73%, lebih dari 50%.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil berdasarkan percobaan ini yaitu :
1.
Berat molekul
senyawa volatil dapat diperoleh berdasarkan pengukuran massa jenis gas dari
senyawa volatil tersebut dengan menggunakan persamaan gas ideal
2.
Pengaplikasian
persamaan gas ideal yaitu pada penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran
massa jenis gas dari senyawa volatil tersebut, dengan mengetahui data massa dan
volume gas tersebut dan diaplikasikan pada persamaan gas ideal
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari
percobaan ini yaitu agar praktikan lebih berhati-hati saat melakukan percobaan.
Proses pemanasan dilakukan hingga cairan tepat habis agar uap volatil yang
terukur sesuai dengan sebenarnya. Proses pendinginan pun dilakukan hingga
sebelum uap cairan tersebut terkondensasi hingga mass uap tidak lagi murni
seluruhnya massa uap. Ketidakakuratan data dapat dipengaruhi dari hal-hal
tersebut, sehingga perlu adanya ketelitian dan ketekunan saat melakukan
percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Jakarta: Universitas Indonesia.
Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Yogyakarta: Rineka Cipta
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Aquadest [Serial Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99196565
Diakses
pada tanggal 10 November 2018
Sciencelab. 2013. Material
Safety Data Sheet Aseton [Serial
Online]. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99873958
Diakses
pada tanggal 10 November 2018
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet for Ethanol [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927431
Diakses
pada tanggal 10 November 2018
Sciencelab. 2013. Material Safety Data Sheet for Chloroform [Serial Online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321
Diakses
pada tanggal 10 November 2018
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta
Tim Penyusun Kimia Fisik. 2018. Penuntun
Praktikum Termodinamika Kimia. Jember: Universitas Jember
Yazid, Estein. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Jakarta:
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
1.
Kloroform
air pada suhu 28Ā°C
= 0,99623 g/cm3 = 0,99623 g/mL = 996,23 g/L
m (volatil) = m (erlenmeyer dipanaskan) ā m (erlenmeyer +
foil + karet)
=
35,478 g ā 35,301 g = 0,177 g
T = 93Ā°C = 93 + 273 = 366 K
=
= 67,73 %
2.
Aseton
air pada suhu 28Ā°C
= 0,99623 g/cm3 = 0,99623 g/mL = 996,23 g/L
m (volatil) = m (erlenmeyer dipanaskan) ā m (erlenmeyer +
foil + karet)
=
44,993 g ā 44,923 g = 0,07 g
T = 92Ā°C = 92 + 273 = 365 K
=
= 55,66 %
3.
Etanol
air pada suhu 29Ā°C
= 0,99594 g/cm3 = 0,99594 g/mL = 995,94 g/L
m (volatil) = m (erlenmeyer dipanaskan) ā m (erlenmeyer +
foil + karet)
= 45,204 g ā 45,023 g =
0,181 g
T = 89Ā°C = 89 + 273 = 362 K
=
= 185,11 %
Comments
Post a Comment